28

627 86 7
                                    

"Sooyoung?"

Jaehyun begitu bersemangat begitu mendapat panggilan dari gadis yang sudah sangat ia rindukan beberapa bulan terakhir. Tak menunggu lama pria itu pun segera menjawab panggilannya.

"Aku tak akan lari lagi. Aku akan mencoba mendengarkanmu sekali lagi. Aku akan memberimu kesempatan. Karena itu, mari kita bertemu."

Seulas senyum tampan terlukis jelas di wajah pria itu. Ia tak akan menyianyiakan kesempatan yang Sooyoung berikan.

"Tentu. Dimana kita akan bertemu?"

"Ditempat biasa. Besok jam sepuluh."

Sambunganpun terputus begitu saja. Namun Jaehyun tak mempermasalahkannya. Ia akan melakukan apapun yang ia bisa untuk meyakinkan gadisnya. Sebuah panggilan masuk membuat senyum di bibir pria itu memudar. Nama Joy tertera disana. Ia memutuskan mengabaikannya, namun gadis itu kembali menghubunginya. Hingga di panggilan ketiga, Jaehyun memutuskan untuk menjawab panggilan dari Joy.

"Aku.. hamil."

Ucap Joy dengan nada pelan dan sedikit ragu begitu Jaehyun menjawab panggilannya. Sukses membuat pria itu diam mematung. Berusaha mencerna kalimat singkat yang baru saja Joy katakan.

"Jaehyun, aku hamil. Sudah dua bulan aku tidak menstruasi. Dan aku sudah memeriksakannya pada dokter dan menggunakan testpack."

Joy kembali berucap, namun pria itu masih sibuk dengan pikirannya.

"Aku harus bagaimana? Kenapa kau diam saja!'

Setelah keheningan menyelimuti keduanya, terdengar helaan nafas kasar milik Jaehyun. Pria itu mengusap wajahnya dengan gusar.

"Kau dimana?"

"Aku tau aku tak seharusnya menghubungimu. Ini semua memang salahku. Tapi.."

"Cepat katakan kau dimana.."

Sahut Jaehyun terdengar acuh. Sementara Joy kembali menggigit bibir bawahnya.

"Rumah."

"Mari bertemu di tempat latihanku."

Ucap Jaehyun dan memutus sambungan telfon. Pria itu menghela nafas dengan kasar dan mengacak rambutnya sendiri. Baru saja ia merasa bisa tidur dengan tenang. Namun ucapan Joy kembali membuatnya tak bisa bernafas dengan baik.

---

"Jadi kau memutuskan untuk memberinya kesempatan?"

Tanya Sehun sembari menyeruput segelas teh hangat miliknya. Sooyoung tersenyum tipis dan mengangguk.

"Aku tau aku terdengar plin plan dan menjilat ludahku sendiri. Tapi.."

"Aku tau dan aku mengerti. Tidak mudah untuk mengakhiri suatu hubungan."

Potong Sehun dan Sooyoung mengangguk menyetujui.

"Terima kasih untuk selama ini kak. Kau sudah banyak membantuku. Membiarkanku tinggal di tempatmu untuk menenangkan diriku."

"Tak perlu sungkan. Aku juga senang bisa membantu. Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu."

"Bagaimana dengan Soo Jeong? Apa kau berpikir untuk memberinya kesempatan juga?"

Senyum di wajah Sooyoung perlahan memudar. Ucapan pria dihadapannya membuat gadis itu kembali teringat akan bayangan menyakitkan itu lagi.

"Ah maaf. Harusnya aku tak menanyakannya."

Ujar Sehun yang menyadari perubahan raut wajah Sooyoung, membuat gadis itu tersenyum kikuk kini.

"Aku rasa aku membutuhkan waktu lebih lama untuk itu. Soo Jeong saudaraku dan kekecewaanku padanya lebih besar dari kekecewaanku pada Jaehyun."

Sahut Sooyoung pelan dan Sehun hanya menanggapinya dengan anggukan mengerti.

"Aku harap kau dapat memperbaiki semuanya. Hubunganmu dengan Jaehyun, dengan Soo Jeong. Dan aku harap kau dapat berdamai dengan hatimu. Itu yang terpenting Sooyoung."

Sooyoung tersenyum manis mendengar perkataan Sehun. Ia pun mengangguk mantap.

"Terima kasih kak."

-

Joy baru saja tiba di ruang latihan yang biasa Jaehyun gunakan. Dilihatnya pria itu terduduk di sebuah kursi dan memandangnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Setelah terdiam cukup lama, Joy memutuskan untuk berjalan mendekat dan duduk dihadapan Jaehyun.

Hening, keheningan menyelimuti keduanya. Tak ada percakapan apapun diantara mereka. Joy menunduk dan memainkan kuku-kuku jarinya sementara Jaehyun mengalihkan pandangannya menatap sudut ruangan. Setelah berdiam cukup lama, terdengar helaan nafas kasar dari pria itu. Membuat Joy mendongak menatap pria dihadapannya yang kini tengah memandangnya.

"Kau yakin benar-benar hamil?"

Joy terdiam untuk beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Jaehyun.

"Aku sudah memeriksanya. Tidak hanya dengan testpack. Aku juga pergi ke dokter kandungan dan melakukan USG. Dan dokter mengatakan usia kandunganku sudah dua bulan."

Sahut Joy dengan ragu-ragu. Gadis itu kembali menunduk, entah kemana nyalinya selama ini. Gadis itu menjadi tidak memiliki kepercayaan diri lagi.

"Jadi bagaimana?"

"Hm?"

"Apa yang akan kita lakukan?"

Tanya Jaehyun memberi tatapan seduktif pada Joy. Gadis itu menghela nafas pelan dan memberanikan diri menatap Jaehyun.

"Kau tenang saja. Aku menghubungimu bukan untuk meminta pertanggung jawabanmu. Karena kejadian itu terjadi murni karena ulahku. Aku hanya ingin kau tau tentang kehamilanku."

"Joy.."

"Aku akan menggugurkannya."

Jaehyun membelalakkan matanya begitu mendengar jawaban yang keluar dari bibir Joy.

"Joy, kau.."

"Aku akan menggugurkan bayi ini Jaehyun. Keberadaannya adalah sebuah kesalahan yang tak seharusnya ada."

"Kau gila!"

Bentak Jaehyun bangkit dari duduknya. Wajah pria itu memerah kini. Tampak jelas jika ia tengah menahan amarahnya agar tak meledak.

"Aku tau kau memang licik. Tapi aku tak menyangka jika kau juga tak memiliki hati nurani! Bayi itu tak salah apa-apa! Mengapa kau ingin membunuhnya?!"

Bentak Jaehyun sembari mengacungkan telunjuknya kearah Joy. Membuat gadis itu menatapnya tak suka. Ia turut bangkit dan berjalan mendekat.

"Lalu aku harus apa hah? Karirku terancam Jaehyun!"

Jaehyun terdiam, ia memejamkan mata sejenak dan menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan.

"Beri aku waktu untuk berpikir."

Ujar pria itu dan berlalu meninggalkan Joy yang masih terdiam pada posisinya.

~~~

Affairs With My Sister's Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang