[24] Putus Asa

12 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!!!

Pagi sekali, Nathaniel sudah tiba di sekolah. Dia benar-benar tidak sabar untuk menanyakan perihal adiknya kepada Aldo.

Sedari tadi, tanggannya tidak berhenti memainkan pulen yang dipantulkan di meja. Matanya nyalang menatap pintu kelas dengan sesekali giginya gemertak. Bisa-bisanya Aldo salah satu teman baiknya membohongi adiknya sendiri. Jelas sekali Nathaniel tidak terima.

"Heh, lo ngapain dari tadi serius ngeliatin pintu aja?" Tanya David sambil menyenggol tangan Nathaniel.

David yang merasa tidak ada tanggapan dari Nathaniel hanya mengedikkan bahunya dan kembali menyalin pr milik Nathaniel.

Tak selang berapa lama, postur tubuh Aldo terlihat memasuki kelas. Tatapan Nathaniel tak terputus sedikitpun mengikuti Aldo sampai duduk dibangkunya.

Nathaniel menghampiri meja Aldo yang berada di barisan meja sampingnya dengan langkah pasti.

"Ngapa Niel? Mau pinjem pulpen? Tumben," itu suara Reyhan yang duduk sebangku dengan Aldo.

"Gue mau ngomong sama Aldo," jawab Nathaniel serius.

"Niel." Ucap David yang sudah berdiri di sebelah Nathaniel, sedikit meremas pundak Nathaniel.

Sebenernya, David tau jika Nathaniel sedang memendam sesuatu yang bisa meledak kapan saja. Berteman dengan Nathaniel dari kecil, membuat dia paham betul dengan segala sifat Nathaniel. Tapi, dia tidak menyangka kalau tujuan Nathaniel adalah Aldo, teman dekat mereka.

"Mau ngomong apa Niel?" Tanya Aldo santai mendongak menatap Nathaniel. Dia masih belum sadar akan bahaya yang bisa saja diterimanya kalau kalau Nathaniel tidak bisa menahan. Sedangkan David dan Reyhan seolah berbicara lewat mata mereka seolah mengerti.

"Lo kemaren kemana?"

Aldo mengernyitkan alisnya bingung dengan pertanyaan Nathaniel, bukankah Nathaniel sudah tau jawabannya.

"Lah perasaan gue kemaren udah izin sama lo, kok nanya lagi?"

"Iya, lo kemaren kemana?" Tanya Nathaniel mengulang.

"Ya kan gue bilang ke lo, gue kemaren ada urusan penting sama sodara gue. Santai aja kali Niel, nanti kerja kelompok selanjutnya gue yang banyak ngerjain," jawab Aldo lagi masih tampak santai.

"Oh, bukan rapat osis?"

Skak mat.

Nathaniel tersenyum sinis menatap reaksi Aldo yang terlihat kaget dengan pertanyaannya.

Aldo terdiam mendengar pertanyaan yang dilemparkan Nathaniel. Sial. Bisa-bisanya dia melupakan Zeina.

Nathaniel menatap tajam Aldo. "kok diem aja sih?" Tanyanya dengan nada sedikit mengejek.

Mereka menjadi pusat perhatian di kelas, tidak ada yang berani membuat suara ketika melihat aura yang Nathaniel pancarkan.

"Kemaren gue refleks bilang rapat ke Zeina, soalnya gue juga panik lupa bilang ke dia," jelas Aldo.

Nathaniel tertawa mengejek, tatapannya semakin mengintimidasi Aldo.

"Lo kira gue percaya? Hah? Apa yang lagi lo sembunyiin dari adek gue. Jawab!" Muka Nathaniel terlihat sedikit memerah karena menahan emosinya. Sudah dari lama dia curiga kepada teman didekatnya ini.

Emosi Aldo ikut tersulut, dia berdiri mendorong Nathaniel dari hadapannya.

"Sembunyiin apaan yang lo maksud? Gue udah jelasin ke lo dari tadi. Lagian, cuman masalah kecil kenapa juga lo seemosi ini sama gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZEIFRAN [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang