[11] PDKT

62 5 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!!!

"masuk! Ayo!" Zafran menarik tangan Zeina untuk masuk.

"ih Japran! Ngapain si? Gue cuman di siram doang kenapa harus pulang sih?" ucap Zeina kesal.

Gimana tidak? Setelah kejadian di kantin tadi, Zafran langsung menarik Zeina untuk segera kembali ke rumah. Zeina yang memang tidak mau berusaha berontak.

Dengan muka memelasnya Zeina memohon kepada Nathaniel untuk membantunya. Tapi, kakaknya itu hanya mengedikan bahunya dan tersenyum tidak jelas. Zafran terus menarik Zeina, tidak perduli Zeina yang terus memberontak.

"Topan! Tolong izinin gue sama Zeina ya. Bilang ajaa Zeina sakit," teriak Zafran, dia tetap menarik Zeina untuk segera pulang. Ulah Zafran tidak luput dari perhatian penghuni kantin.

"huh. Gila, susah juga ya nyuruh lo pulang." Zafran menghempaskan dirinya ke sofa, dia sedikit lelah karena harus memaksa Zeina pulang. Di rumah Zeina sedang tidak ada siapa-siapa, hanya ada Bibi dan Pak Satpam. Damar, jam segini pasti sedang sibuk di kantornya, sedangkan Lalisa pasti sedang sibuk mengontrol Cafenya. Jangan salah, Lalisa memang sudah punya Cafe sejak pertama kali dia menikah dengan Damar, dan sekarang sudah ada 5 cabang yang tersebar di Jakarta ini.

"sukurin siapa suruh gak jelas," ketus Zeina.

"lo tuh ya Zei. Aneh banget. Biasanya nih ya, kalo orang normal tuh malah seneng gak masuk kelas. Lah ini? Periksa sono lo,"

"ya gue kan bukan lo. Lagian lo juga lebay banget si, gue cuman di siram jus jeruk aja langsung di bawa pulang." omel Zeina, dia duduk di samping Zafran bersedekap dada.

Zafran memposisikan duduknya menghadap ke Zeina, dengan mimik wajah yang terlihat kesal. "lo tuh ya masih gak ngerti juga. Iya lo cuman di siram doang, tapi tadi dia nyiram banyak banget ya. Dan terus baju lo itu nerawang banget, udah gitu pasti badan lo lengket, pasti lo gak nyaman. Lo mau ganti? Emang lo bawa baju ganti gitu?" cerocos Zafran panjang lebar.

Zeina hanya diam meresapi kata-kata yang memang benar terlontar dari mulut Zafran. Sekarang Zeina sedikit merasa bersalah, harusnya dia berterima kasih pada Zafran, karena Zafran masih perhatian kepadanya bukannya malah marah-marah seperti tadi.

"yaudah yaudah kalo gue salah, gue minta maaf. Gak ngulangin lagi gue," putus Zafran, dia menyalakan tv yang ada di depannya.

Zeina mendengar itu, menoleh ke Zafran, gak ada ekspresi yang bisa dia baca di raut wajah Zafran. Zafran itu, terkadang sangat sulit untuk di baca ekspresinya.

"ngambek?" tanya Zeina melihat Zafran. Yang ditanya hanya diam fokus pada tayangan di tv.

"iya deh. Makasih ya Jap." Zafran melihat Zeina sengit.

"gue gak perlu kata terima kasih Zei. Yang gue butuh tuh lo ngertiin gue doang, gue ngelakuin ini karna gue sayang sama lo." tubuh Zeina kaku mendengar ungkapan Zafran yang sayang kepadanya. Meskipun Zafran sering bilang sayang ke Zeina, tapi respon dari tubuh Zeina selalu saja sama.

"tapi emang gue berlebihan banget si tadi, hahah." celetuk Zafran menertawakan dirinya sendiri.

Zeina menghembuskan nafas lega. "emang anjir. Rada geli gue ngebayangin lo nyeret gue di kantin. Kesannya lo tuh kaya pacar gue tau gak?"

"lo lebih dari pacar buat gue kali Zei," balas Zafran santai. Zeina yang mendengar itu, entah kenapa membuat hatinya tersenyum senang.

"sabtu besok jadi?" tanya Zafran penasaran.

"jadi. Temenin ya," pinta Zeina.

"iya." Zafran bangun dari duduknya menuju dapur, dia ingin mengisi tenggorokannya yang kering. Ternyata, menyeret Zeina untuk pulang bikin haus juga.

ZEIFRAN [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang