SELAMAT MEMBACA!!!
Zafran sedang bersantai di ruang keluarga, ngemper menggunakan alas tikar berbulu. Matanya fokus ke tv yang sedang menampilkan game kesukaannya. Ets, Zafran bukan sedang bersantai di rumahnya, tetapi dia sedang asik main PS di rumah Zeina dengan Nathaniel.
"woho. Gue menang lagi. Tuh liat kan? Gue emang gak bisa dikalahin," teriak Zafran heboh bergaya dengan sombongnya karena memenangkan gamenya.
"itu cuman keberuntungan lo aja," balas Nathaniel tidak terima.
"dih. Bilang aja lo ngiri kan sama gue?"
"gak ada gunanya gue ngiri sama bocah curut kaya lo," kata Nathaniel sinis.
Di sofa, Lalisa hanya memperhatikan Zafran dan Nathaniel yang sedang bertengkar. Senyumnya merekah dengan sendirinya. Bagi Lalisa, Zafran itu sudah seperti anak kandungnya sendiri. Dia malah berharap kalau Zeina dan Zafran akan berjodoh. Tapi tentu, dia tidak bisa memaksakan kehendaknya, dia lebih membebaskan Zeina dalam memilih pasangan hidupnya.
"hey kalian! Sudah gede masih aja berantem ya," tegur Damar tersenyum.
Damar memang sangat sibuk, tetapi dia sebisa mungkin untuk tidak pulang terlalu larut supaya bisa berkumpul dengan keluarganya. Sebelum maghrib pasti sudah di rumah, dia hanya sedikit mengontrol pekerjaannya lewat Ipad seperti yang sedang di lakukannya sekarang. Kecuali, kalau memang ada pekerjaan yang mendesak, Damar akan pulang larut.
"tau tuh Pa Zafran-nya, omel-in dia aja Pa." kata Nathaniel mendorong-dorong kaki Zafran dengan kakinya.
"enak aja lo, gue, jelas-jelas lo yang gak nerima kekalahan," balas Zafran sengit.
"kalian ya," ucap Damar menggelengkan kepalanya.
"Mama! Papa!" kehadiran Zeina yang tiba-tiba memeluk leher Lalisa dan Damar, membuat semua memusatkan perhatiannya ke Zeina.
"kemana aja lo baru pulang?" tanya Nathaniel penasaran.
Zeina melepaskan pelukannya dari leher Lalisa dan Damar.
"jalan-jalan dong," jawab Zeina santai. Yang berbeda dari Zeina, senyum manis Zeina terus saja tercetak di wajahnya.
Lalisa menyampingkan duduknya, agar lebih mudah melihat anak bungsunya itu yang berdiri di belakangnya. "tunggu-tunggu. Ini kayanya ada yang beda deh dari kamu." ucap Lalisa membuat yang lainnya mengernyit bingung.
"itu dari tadi kamu senyum mulu, kayanya muka kamu lagi seneng banget gitu. Kenapa sih kenapa,? Cerita dong!" sambung Lalisa penasaran.
"biasa Ma. Abis pacaran dia sama Aldo makanya senyum-senyum terus," celetuk Zafran, yang di tuduh seperti itu hanya tersenyum, pipinya bersemu merah.
"beneran lo jadian sama Aldo?" tanya Nathaniel memastikan.
Zeina yang di tanya seperti itu hanya tersenyum malu. Zeina melihat ke semuanya yang ternyata mereka menunggu jawaban darinya. Zeina menghembuskan nafasnya seraya menganggukkan kepalanya, tanda bahwa yang ditanyakan Nathaniel benar adanya.
"hah? Jadi beneran?" tanya Zafran bengong. Dia tidak menyangka bahwa Zeina beneran sudah pacaran. Padahal, tadi Zafran hanya ingin membuat Zeina kesal.
"lah gimana kaget lo? Tadi kan lo sendiri yang kasih tau duluan," tanya Nathaniel heran.
"tadi gue cuman bercanda doang njir,"
Nathaniel tersenyum geli melihat ekspresi Zafran saat ini, di tambah salah satu tangannya memegang dadanya.
Nathaniel mendekatkan bibirnya ke telinga Zafran. "mampus lo." bisik Nathaniel yang hanya dapat di dengar oleh Zafran. Sedangkan Zafran hanya memandang datar Nathaniel.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEIFRAN [ON GOING]
Teen Fiction"Ya Allah. Japran capek berteman sama harapan ya Allah. Cukup Nana aja yang cuman jadi temen Japran. Harapan jangan" - Hemano Zafran Attarik "Jodoh emng gak kemana. Buktinya gue satu sekolah lagi sama Kak Aldo. Hihihihi" - Zeina Asyidai Amazon "Cap...