[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.Gerbang sekolah yang menjulang tinggi tersebut dibuka oleh dua satpam, dan kemudian beberapa mobil bermacam merk mulai memasuki area sekolahan.
Sang sopir mengurangi kecepatan laju dan perlahan memasuki basement sekolahan yang mungkin sekarang juga padat.
Para tamu mulai berdatangan.
Dari atap gedung utama, Sera dan Kara bisa memperhatikan murid dengan berbagai almameter berbondong-bondong keluar dari basement, lalu diikuti dengan para guru yang mengenakan pakaian formal.
Sera menghela napas pelan kemudian mendongak menatap langit biru dengan awan putih yang menggumpal, menerawang seberapa tinggi langit yang ia pandang dengan pikiran yang berkecamuk.
Tak terasa dua bulan sudah berlalu, dan semua masih sama.
Taeyong masih pada pendiriannya, membisu saat Sera melontarkan pertanyaan tak berbobot bagi lelaki tersebut. Dan, Sera masih belum mendapat jawaban akan beberapa pertanyaan yang bersarang di benaknya.
Hanya satu fakta yang ia dapat selama dua bulan ini.
Taeyong membencinya.
Dua bulan ia hanya mendapat satu fakta, dan bukan jawaban.
Bagaimana dengan pertanyaan yang membuatnya bertekad untuk terus hidup hanya untuk mendapat sebuah jawaban itu? Apa cukup? Waktunya tersisa empat bulan lagi.
Dan, sebentar lagi mungkin tunangan Taeyong akan bergabung di sekolah ini.
Sebenarnya kecil kemungkinan, tapi jika Tuhan sudah berkehendak para ciptaanNya bisa apa?
Apa bisa ia terus menggali?
Sera memejamkan matanya kuat-kuat, lalu menarik napas dalam-dalam.
Kemudian dikeluarkanlah semua emosi yang ada dalam jiwanya dengan berteriak sekencang yang ia bisa.
Suaranya merambat lewat zat tak kasat mata lalu bergema. Mungkin orang yang berada di bawah sana bisa mendengarnya, namun ia tak peduli.
Ia hanya peduli tentang beban hatinya yang sama sekali tak berkurang, dengan menipisnya waktu beban hatinya semakin bertambah.
Egois memang, tapi ia tak sanggup berpura-pura terus menerus pada dirinya.
Merasa belum lega sepenuhnya, ia berteriak lagi dan menaikkan teriakannya beberapa oktaf, bergema dengan begitu baik hingga membuat sahabat yang berada di sampingnya menutup telinganya dan memejamkan mata erat-erat.
"Sera-ya!" Kara menggeram pelan.
Menyadari ia tak sendiri, Sera menoleh lalu mengeluarkan cengiran tak berdosanya. "Mianhae!" Sera terkekeh.
Kara hanya geleng-geleng heran lalu menepuk bahu sahabatnya pelan, sekon berikutnya bibir yang sering mengucapkan sumpah serapah pada Jaehyun tersebut mengulas sebuah senyum tipis.
"Lakukan apa saja yang bisa meringankan beban kamu," Kara menatap lurus pada hamparan awan di sekitarnya. "Kecuali menyakiti dirimu, terlebih bunuh diri. Itu tak akan menyelesaikan masalahmu, aku tahu, berteriak juga tak akan menyelesaikan masalahmu. Tapi, setidaknya batinmu sedikit lega walau sesaat."
Sera mengangguk paham lalu mengenakan almameter berwarna navy dengan lambang bintang bersinar di bagian dada kiri.
Hari ini tak ada waktu untuk merenungi segalanya, ia harus menjadi seseorang yang profesional hari ini. Tanpa beban hati menyertai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABISAT | TAEYONG
Romance[On Going] Park Sera, gadis yang mengorbankan 17 tahunnya di rumah sakit. Bangunan yang berbau obat dan penuh orang sakit itu seakan menjadi rumahnya sejak bayi. Masa kecilnya ia habiskan dengan berbaring di ranjang rumah sakit dan mendengarkan mesi...