25. Rasa Asing yang Baru

35 4 0
                                    

[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.


Cahaya dari jalanan yang tembus ke dalam ruangan melalui jendela kaca membuat uap panas yang mengepul dari dalam cangkir berisi cokelat cair terlihat begitu jelas dari sisi lainnya. Tak lama kepulan uap tersebut di tutupi oleh kedua telapak tangan putih pucat karena efek suhu di luar ruangan yang begitu rendah hingga mampu menembus kulit dan memberi sensasi seolah pegal di sendi-sendi yang menghubungkan dua tulang.

Sang empu tangan tersenyum tipis saat dirasa sensasi hangat mulai memenuhi telapak tangannya.  Pandangannya terangkat guna menatap teman lama yang tengah duduk manis seraya memandanginya dengan pandangan yang amat sulit diartikan oleh dirinya sendiri.

"Kenapa?" Tanya Sera mulai risih ditatap Taeyong terus menerus.

Lelaki di depannya menggeleng pelan, tangan kekarnya mengangkat secangkir espresso dan menyeruputnya sedikit. Lalu mengecap pelan saat pahit mulai menguasai lidah depan.

"Apa kabar?" Taeyong mendongak dan menatap Sera dengan pandangan bingung, Sera tersenyum maklum, "Apa kabar kamu? Setelah pergi." Jelas Sera. 

Taeyong mengangguk paham lalu meletakkan kembali cangkir putih tersebut. "Baik."

"Setelah itu kamu pindah ke Jeju?"

"Ne." Jawabnya seraya mengangguk.

"Bagaimana Jeju?" Tanya Sera setelah menelan kue brownis yang tadi ia kunyah, tangannya ia gunakan untuk menopang dagu. Mencoba fokus pada lelaki di depannya.

"Indah, terlebih tunanganku." Lelaki tersbeut terkekeh pelan di akhir kalimat. Kekehan tersebut menjadi tawa renyah saat ia mendapati wajah Sera yang menahan kekesalan. "Mian!" Ujarnya di sela tawa.

"Tak bisa, ya? Untuk tak membahas orang lain saat kita bersama? Aku hanya ingin bertanya tentang kehidupanmu setelah pergi dariku. Sesusah itu?" Tanya Sera datar setelah meminum cokelat hangat miliknya.

Taeyong segera meredakan tawanya dan menatap Sera penuh rasa bersalah. "Mianhae." Lelaki tersebut tersenyum tipis.

"Hah, terserah!" Sera memalingkan pandangannya ke luar jendela, memilih mengamati padatnya jalan yang semakin hidup.

Kenapa ia tiba-tiba emosi?

Hanya pertanyaan itu yang menguasai pikirannya untuk beberapa saat, sebelum ia menemukan jawaban sendiri.

Sera tak akan munafik soal ini, karena ia benar-benar tak suka saat ada perempuan lain yang diikut sertakan dalam pembicaraan keduanya.

Ya, ia cemburu.

Benar-benar tak nyaman saat membicarakan orang lain, padahal keduanya baru saja ingin mengulang masa lalu dan bertukar sedikit cerita.

"Ah, apakah kamu cemburu pada tunangan orang?" Sera menoleh dan mendapati kerlingan aneh dari lelaki tersebut. Ia hanya mendengus lalu meminum kembali cokelat hangatnya, mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan padanya. 

"Aku tak salah, 'kan? Aku hanya menyebut tunanganku, dan kamu juga tak punya hak untuk marah ataupun cemburu. Kita hanya teman."

Oh, ia lupa akan salah satu fakta ini. Mereka hanya berteman, tak seharusnya ia seperti ini.

Sera mengangguk mengerti, "Ya, hanya teman. Aku tahu itu, mianhae! Lanjutkan saja ceritamu, akan ku dengarkan." Ujarnya datar dengan pandangan yang terfokus pada pemandangan luar.

"Tapi asal kamu tahu, aku tak cemburu!" Potong Sera saat Taeyong akan membuka mulut.

Mendengar pengakuan tersebut mampu membuat Taeyong terkekeh pelan. "Asal kamu tahu juga, bertahun-tahun kita tak bertemu. Aku tetap tahu gelagatmu saat berbohong!"

KABISAT | TAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang