19. Jebakan Teman Batman

30 3 0
                                    

[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.


Manik biru yang biasanya menatap sekitar dengan datar, kini menatap ke depan dengan begitu tajam dan menusuk.

Helaan napas panjang sedari tadi ia keluarkan. Ia tak habis pikir dengan kelakuan keponakannya yang kelewat batas. Matanya beralih menatap murid lainnya yang duduk seraya menundukkan kepala masing-masing.

"Saya tak habis pikir dengan kelakuan kamu!" Ujar Belle dingin.

Kara yang sedari tadi menatap meja di depannya mengangkat pandangannya menatap Sang bibi yang menatapnya tajam. "Jangan dipikirkan, nanti pusing, gak kuat, terus meninggal. Nenek saya nanti nangis-nangis gak jelas!"

Belle hanya memejamkan matanya dan menghela napas berat, benar-benar tak paham jalur pikiran Kara yang sangat rumit bagi ia yang sudah berumur.

"Kepala sekolah dan orangtua kalian akan segera datar. Siapkan pembelaan kalian masing-masing, terlebih kamu, Kara-ya! Saya tak akan membantumu membela diri kali ini."

Kara tersenyum sinis. "Memang siapa yang minta pembelaan anda? Jangan terlalu percaya diri, saya tak butuh bantuan anda."

"Benar-benar kamu ini!" Desis Belle tak percaya.

"Memang orangtua saya sudah pulang?" Belle mengangguk menanggapi. "Jangan membual, mereka tak akan sudi menghadiri sidang anak tak berguna ini dan meninggalkan sumber pundi-pundi uang mere──"

"Kamu memang sangat tidak berguna, nak!"

Semua mata di dalam ruangan teralih ke arah ambang pintu yang menampakkan empat lelaki paruh baya dan dua wanita paruh baya──orang tua Kara dan Seulgi serta kepala sekolah dan wakilnya.

"A-ppa?" Gumam Kara tak percaya. Ia mengucek matanya perlahan mencoba membenarkan pengelihatannya.

Nihil, lelaki paruh baya tersebut masih berwujud sama, ayahnya.

"Kenapa, hm?" Tanya Donghyun, ayah Kara, setelah duduk di samping Belle.

Kara hanya mampu diam dan menunduk, ia sama sekali tak percaya.

"Baik, Shin Kara?" Kara mendongak menatap Sang kepala sekolah yang kini menatapnya lembut.

"Ne?"

"Kenapa kamu memukuli Kang Seulgi?" Tanya Sooman dengan nada pelan, sama sekali tak ada tekanan dalam kalimatnya.

"Karena dia menindas sahabat saya dan setelah itu menguncinya di gudang yang tak terpakai di lantai empat gedung fasilitas, dan berakibat pada sahabat saya yang harus menginap di rumah sakit selama tiga hari." Jawab Kara dengan begitu tenang.

"Bohong! Dia berbohong!" Seulgi menimpali, gadis tersebut sudah tersadar sejak tadi.

Kara mengernyit, "Kenapa kamu panik? Kenapa kamu berkeringat?"

"A-aku tak panik! Di sini gerah!"

"Ck! Bodoh, sejuk seperti ini malah bilang gerah!" Kara geleng-geleng kepala.

"Jaga mul──"

"DIAM KALIAN!" Belle berteriak menatap dua gadis yang tengah beradu pandang tajam tersebut.

"Hargai kepala sekolah!"

"Bisa saya lanjut?" Tanya Sooman baik-baik. Semua orang yang ada dalam ruangan mengangguk menyetujui.

"Siapa yang ditindas oleh Seulgi?" Sooman sama sekali tak mengalihkan pandangannya pada Kara.

"Park Sera." Kara mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya lalu menaruh di meja depan Sooman.

KABISAT | TAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang