16. Ternyata Dia

47 5 0
                                    

[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.

Tak terasa hari Senin tiba, dan semua murid pertukaran akan melaksanakan kegiatan seperti biasanya, namun dengan status murid Bright Light School.

Sera beranjak duduk di jendela. Menutup matanya dan membiarkan angin berhembus menabrak tubuhnya. Memberikan sensasi sejuk pada raga yang sama sekali tak gerah.

Perlahan Sera membuka matanya lalu menatap langit biru yang dihiasi oleh gumpalan awan berwarna putih, benar-benar hari yang cerah.

Bibirnya mengulas sebuah senyum tipis saat netranya menatap segerombol burung yang terbang ke arah utara, semua kompak mengepakkan sayapnya hingga melewati gedung fasilitas bersamaan.

Hatinya benar-benar lega saat pamannya membiarkan ia keluar rumah sakit setelah hampir tiga hari di sana. Bahkan, ia yang biasanya mencibir Sang paman seketika memeluk pria botak tersebut dengan amat erat setelah membiarkannya keluar rumah sakit.

Ia terkekeh sesaat ketika mengingat bagaimana senangnya Sang paman saat ia peluk, seperti menang lotre dan Sera juga bahagia melihat pamannya yang berusia tua bahagia.

Setidaknya ia bisa membuat pria tua itu bahagia selain membuatnya naik darah karena kelakuan Sera yang berdampak pada diri sendiri.

Satu yang perlu kalian ketahui, bahwa Sera sebenarnya sayang dengan dokter botak tersebut. Namun, cara mengungkapkannnya saja yang berbeda.

"Sera-ya, annyeong!"

Sera tersentak kaget saat Kara berbisik tepat di telinganya, membuatnya nyaris jatuh jika Kara tak menariknya.

"Lain kali kalau ngagetin lihat posisi! Kalau aku jatuh dari lantai tujuh gimana, hah?!" Sera menatap Kara yang hanya tersenyum dengan tatapan heran.

Bisa-bisanya gadis itu senyum setelah nyaris membuatnya terjun bebas dari lantai tujuh.

"Mianhae!" Kara terkekeh sesaat. "Tumben kamu datang pagi?" Kara mengambil duduk di tempat yang tadi Sera duduki ──jendela.

"Pengen aja, gak boleh?" Tanya Sera setelah duduk di bangkunya.

"Basa-basi aja!" Kara merotasikan bola matanya yang mendapat kekehan dari Sera.

"Tzuyu satu kelas sama kita gak, ya?" Tanya Sera entah pada siapa, gadis tersebut menatap mejanya seolah menerawang.

"Semoga aja satu kelas sama kita!" Jawab Kara seraya memainkan ponselnya.

"Kara-ya?"

"Ne?" Kara menoleh sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya lagi.

"Nanti nginap di rumahku, ya?" Ujar Sera dengan nada memohon.

Ia tak tahu kenapa tapi yang pasti hatinya merasa akan membutuhkan Kara malam ini.

"Ne, tentu saja." Kara mengangguk dengan pandangan yang masih setia menatap layar.

"Gomawo!" Kara hanya berdeham sebagai balasan, sebenatnya ia tak mau mengabaikan sahabatnya seperti ini. Namun, nomor tak dikenal yang mengiriminya ancaman membuatnya sedikit frustasi.

Merasa sahabatnya sedikit sibuk dengan dunianya sendiri, Sera memilih mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh Kara ──bermain ponsel.

Sera larut dalam sosial media beberapa saat hingga dirinya tersentak saat rungunya menangkap suara teriakan keras dari jendela di sampingnya.

Sera segera menolehkan kepalanya dan mendapati Jaehyun tengah tersenyum lebar memperlihatkan dimplenya saat Kara memaki lelaki tersebut. Entah apa yang dilakukan Jaehyun hingga Kara naik pitam pagi-pagi seperti ini.

KABISAT | TAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang