34. Sudah siap?

30 7 0
                                    

[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.

Cklek!

Ia menghela napas sejenak lalu mengedarkan pandangannya pada seisi apartemen yang dapat dijangkau penglihatannya.

Lagi-lagi, sunyi yang menyambutnya. Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya, hanya sunyi yang menjadi teman terbaiknya dalam kondisi apapun.

Selebihnya tak ada yang bisa diharapkan.

Malas menjadi melakonis, ia menutup segera pintu berwarna hitam tersebut lalu melangkah mendekat pada sofa yang juga berwarna hitam.

Ia buang asal tas gendongnya pada sofa, lalu ia rebahkan raga yang lumayan lelah dengan perasaan yang sedikit remuk redam, hanya karena sosok yang ia benci tak hadir dalam kelas.

Mau ia mengelak pun, rasanya tak bisa, karena reaksi dirinya selalu berbeda dengan logikanya. Keduanya tak pernah selaras hingga Sang empu tubuh pening dibuatnya.

Ia memejamkan matanya saat pening tersebut kembali hinggap di sela letih tubuhnya.

Tanpa ia minta, ingatannya dengan apik memutar kembali kejadian beberapa hari yang lalu.

"Apa kamu tak bosan membuang waktuku?!" Hardiknya saat ia sudah sampai di atap rumah sakit.

Bahkan, angin dingin pun tak kuasa meredam emosinya yang tiba-tiba tersulut begitu saja saat sosok di seberang sana mengiriminya pesan untuk datang ke tempatnya saat ini.

Ia jengah terus-terusan berbicara empat mata dengan Sang rival yang entah kapan akan keluar dari circlenya. Ia tak suka ada hama yang perlahan menggerogoti rencananya.

Tak mau membuang waktu lebih banyak, ia memutuskan mendekat dengan tatapan yang amat tajam, bak sudah ia asah sebelum datang ke sini, lalu berharap tajamnya tatapan miliknya mampu melenyapkan sosok yang kini tepat berada di sampingnya.

Lelaki di sampingnya tetap diam penuh ketenangan bahkan saat ia merasa ada aura tak mengenakkan di sekitarnya.

"Cepat bicara! Jangan membuang lebih banyak waktu berhargaku." Ujar lelaki tampan pemilik garis wajah tegas dengan datar.

Laki-laki yang tengah lengkap dengan seragam sekolahnya tersenyum sejenak sebelum menyenderkan beban tubuh pada pembatas dan menatap penuh sosok dingin di depannya.

"Tiga hari penuh kamu membolos hanya untuk dia?" Tanya lelaki dengan almameter cokelat.

Yang diberi pertanyaan enggan menjawab, lebih memilih mengerutkan dahinya tak suka.

"Apapun yang aku lakukan tak ada urusannya denganmu." Jawabnya ketus.

"Ayolah, Taeyong-ah! Apapun yang berhubungan dengan dia, juga punya hubungan denganku."

Taeyong menanggapi dengan kekehan ringan yang mengalun di tengah sunyi. Menciptakan sedikit aura runyam setelah Sang empu menyudahi kekehan yang terdengar terpaksa.

KABISAT | TAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang