[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.Rambut yang lepek oleh keringat tersebut ia sugar ke belakang dengan kasar lalu detik berikutnya ia mengacak-acaknya sesekali menjambak rambutnya sendiri dengan begitu kencang, mencoba menyalurkan emosi pada diri sendiri namun rasa bersalah tersebut tak urung pergi dari batinnya.
Ya, lagi-lagi perasaan bersalah akan kelakuannya sendiri pada gadis yang ia benci datang menghampiri tanpa mau pergi dengan mudah.
Bahkan perasaan bersalah yang dulu-dulu masih hinggap di batinnya, mungkin berencana menetap selamanya, sampai gadis tersebut memenuhi panggilan Tuhan. Ah, atau sampai ia sendiri yang memenuhi panggilan tersebut dan mendapatkan semua balasan di akhirat? Entahlah, tak ada yang tahu kehendakNya.
Matanya mendongak menatap bulan yang tengah bersinar seorang diri tanpa ada kerlip indah bintang yang menemani malam ini, sendiri sepertinya. Namun ia ditemani oleh perasaan bersalah.
"Apa ini karma karena aku durhaka padamu?" Ujarnya lirih seraya menatap lamat-lamat bulan.
Matanya terpejam sesaat kala dinginnya angin malam di musim ini menerpa epidermisnya dan menyalurkan sensasi dingin ke seluruh tubuh.
"Aku benci punya perasaan," Ia menghela sesaat. "Kenapa aku tak diciptakan dengan hati layaknya hewan? Tak berperasaan. Aku benar-benar benci dengan perasaan ini, appa."
Dari ketinggian ini matanya bisa menangkap keindahan Kota Seoul saat malam hari. Bahkan kota ini semakin hidup saat jarum jam semakin berputar ke arah kanan, semua orang sepertinya terlihat masa bodoh dengan temperatur yang semakin malam semakin berkurang angkanya.
"Aku sangat benci di sini, rasanya ingin mati saja, huh!"
Mata yang sebelumnya ia fokuskan pada televisi segera teralih pada bocah perempuan yang tengah mengerucutkan bibirnya lucu, membuatnya terkekeh sebentar sebelum teringat celetukan gadis tersebut yang sedikit ngawur.
"Jangan asal bicara!" Peringatnya tak suka dengan ucapan temannya.
"Tapi aku sungguh lelah terus berbaring dan minum obat setiap hari, aku ini juga manusia butuh menghirup udara luar! Kamu kira enak apa terus-terusan di sini?!" Sungut gadis tersebut tak terima.
Ia menghela napas pelan lalu menatap temannya dengan pandangan lembut, dan detik kemudian senyum manis terpatri di wajah tampannya. "Mau membuat janji denganku, lagi?" Tawarnya yang mendapat anggukan antusias dari gadis cilik tersebut.
"Tentu! Janji apa?" Mata sayu tersebut berbinar bahagia.
"Jika kamu sudah sembuh, aku akan membawamu ke Namsan Tower dan berjalan-jalan di sekitar Sungai Han, bagaimana?" Ia mengulurkan jari kelinging kanannya dengan senyum yang masih setia tercetak di wajahnya.
"Mau! Ayo berjanji!" Seru gadis tersebut girang dengan kelingking mungil yang menyambar cepat kelingking lawan.
Ia tersenyum melihat binar bahagia di wajah temannya.
"Janji!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KABISAT | TAEYONG
Romance[On Going] Park Sera, gadis yang mengorbankan 17 tahunnya di rumah sakit. Bangunan yang berbau obat dan penuh orang sakit itu seakan menjadi rumahnya sejak bayi. Masa kecilnya ia habiskan dengan berbaring di ranjang rumah sakit dan mendengarkan mesi...