[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.
"Apa mau mu? Kamu membuatku membuang waktu yang berharga hanya untuk menemui orang sepertimu." Desis Taeyong tak suka. Lelaki tersebut kemudian mendekati lelaki dengan surai berantakan yang tengah memandang keluar jendela.Sesekali angin usil menabrak surai tersebut dan membuatnya semakin berantakan.
"Apa orangtuamu tak pernah mengajarimu bagaimana cara menghargai orang lain?" Tanya lelaki yang tengah asik menikmati hembusan angin yang masuk menyapa ruang olahraga.
Ya, lagi-lagi keduanya berbicara empat mata di ruangan yang kebetulan sepi ini. Mungkin mengantisipasi jikalau ada baku hantam dan saat guru datang, mereka bisa menjawab jika mereka sedang berlatih.
Mungkin saja.
Taeyong mengernyitkan dahinya tak suka.
"Aku tak masalah jika kamu mengajakku bersaing secara sehat, tapi jangan pernah sekalipun membawa-bawa orangtuaku." Peringat Taeyong dengan nada tajam.
Lelaki bermarga Kim tersebut menghela napas jengah, lalu menoleh menatap Sang lawan bicara. Tak lama kemudian ia memalingkan mukanya, mencoba menahan diri agar tidak melayangkan bogem mentah di pipi halus lelaki di sampingnya.
"Baiklah, aku tak akan membawa orangtuamu itu. Tapi coba sesekali tempatkan dirimu dalam kondisi orang la──"
"Kenapa? Kenapa aku harus melakukan itu saat semua orang tak peduli akan kondisiku sendiri?" Potong Taeyong cepat.
Lelaki Kim lagi-lagi menghela napas, ia menyesal terlahir menjadi orang yang begitu sabar. Namun terkadang bersyukur memiliki mulut pedas.
"Bodoh! Dengarkan dulu, jangan asal memotong! Aku belum selesai, kamu tahu? Aku semakin yakin kamu tak punya tata krama." Ia bersmrik kala Taeyong merotasikan bola mata kesal.
Agaknya lelaki tersebut juga menahan apa yang lelaki Kim rasakan.
"Bagaimana rasanya tidak dihargai?" Tanya lelaki Kim setelah beberapa saat sunyi menyelimuti dua anak Adam tersebut.
Taeyong berdecak sesaat lalu menjawab, "Menjengkelkan dan mengecewakan."
"Itu yang akan dirasakan eomma Sera jika beliau tahu bolunya tak kamu makan, terlebih kamu memberikannya pada orang lain." Timpal lelaki Kim dengan cepat.
Taeyong diam mencoba berpikir sesaat.
"Bagaimana jika eommamu yang berada dalam posisi tersebut? Sudah bersusah payah membuatkan sesuatu namun tak pernah dihargai?"
Lagi, lelaki pemilik marga Lee tersebut diam tak menjawab. Asik dengan pikirannya yang saling berkecamuk.
"Aku tak memakannya karena aku kenyang, dan menghargainya dengan memberikannya pada orang lain. Aku pikir itu tak terlalu bur──"
Bugh!
Tak mau membiarkan telinganya panas lebih lama lagi, lelaki Kim segera mendaratkan sesuatu yang sedari ia tahan. Tersenyum puas dalam hati saat cairan merah sedikit keluar dari sudut bibir tipis tersebut.
"Tak terlalu buruk katamu?"
Bugh!
"Kamu 'kan bisa memakannya selepas pulang sekolah! Apa isi kepalamu itu, hah?!"
Lelaki Kim segera melepas cengkramannya pada kerah Taeyong lalu menendang dada lelaki tersebut kuat-kuat. Semua punya batas, dan amarahnya sudah melampaui batas sabarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABISAT | TAEYONG
Roman d'amour[On Going] Park Sera, gadis yang mengorbankan 17 tahunnya di rumah sakit. Bangunan yang berbau obat dan penuh orang sakit itu seakan menjadi rumahnya sejak bayi. Masa kecilnya ia habiskan dengan berbaring di ranjang rumah sakit dan mendengarkan mesi...