29. Ijin Untuk Membenci

31 6 0
                                    

[🍅] enjoy!
.
.
.
.
.

"K-kok kamu datang?" Tanya Sera kebingungan melihat sosok yang begitu marah padanya siang tadi, kini tengah berdiri tegap di depan pintu rumahnya.

Taeyong diam sesaat setelah mendengar suara sumbang gadis di depannya, netranya bergerak pelan meneliti wajah Sera yang jauh berbeda dari biasanya. Mata sembab, ujung hidung memerah, pipi dengan sedikit ruam merah dan bibir yang juga ikut memerah, tak mau ketinggalan.

Apa gadis ini menangis begitu hebat sepulang sekolah?

"Aku masih butuh maaf eomma dan kamu." Sahutnya setelah diam sesaat.

"K-kamu 'kan masih marah."

Taeyong merotasikan bola matanya, "Berarti nanti tugasmu meminta maaf padaku. Sekarang biarkan aku masuk." Ujarnya enteng, dan kemudian masuk ke dalam rumah begitu saja tanpa menunggu dipinta Sang empu rumah.

"Kamu tadi nangis?" Tanya Taeyong saat keduanya berjalan menuju meja makan.

Sera menggeleng dan membuat langkah Taeyong berhenti, begitu pula gadis tersebut.

"Kenapa berhenti?" Tanya Sera bingung.

"Kenapa bohong?" Tanya Taeyong balik.

"Bohong apa?"

Tangan dengan beberapa urat yang menonjol mendarat pelan di pucuk kepala Sera, sepersekian detik berikutnya mengusak pelan rambut gadis tersebut. "Mianhae, jangan menangis lagi!" Sera mengerjap tak percaya, secepat itu lelaki di depannya berubah? Sepeduli ini?

"Dan jangan jadi murahan dengan mau di peluk laki-laki lain."

Ah, Lee Taeyong tetaplah Lee Taeyong, lelaki tampan dengan mulut sarkasnya.

"Bukan urusanmu, bagaimana keadaan Tzuyu?" Tanyanya seraya keduanya melanjutkan langkah.

"Aku masih marah padamu, jangan berlagak akrab!"

Ia semakin yakin, berharap berlebih itu tak baik. Terlebih pada lelaki seperti Taeyong.

"Sayang?" Tanya Irene saat netranya berhasil menangkap dua oknum yang tampak serasi berjalan menuju arahnya.

"Apa kabar, sayang?" Tanya Irene seraya memeluk erat Taeyong. Sera segera mengambil duduk di samping ayahnya guna menikmati pemandangan dua orang yang tengah temu kangen. Padahal beberapa waktu yang lalu keduanya sempat bersua.

"Baik, eomma bagaimana?" Tanya Taeyong setelah Irene melepas pelukannya dan menuntun Taeyong duduk di sebelah Sera.

"Sangat baik dan semakin baik lagi setelah bertemu kamu." Irene terkekeh di akhir.

"Apa kabar, nak? Lama tak berjumpa." Sapa Chanyeol setelah mereka mendapat piring dari Irene.

"Baik." Jawabnya seadanya yang hanya ditanggapi senyum tipis oleh lelaki berumur kepala empat tersebut.

Sepertinya waktu tak akan merubah keadaan. Begitu yang dipikirkan lelaki paruh baya tersebut setelah mendengar sahutan Taeyong.

KABISAT | TAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang