Karna malam semakin larut dan juga angin yang menerpa semakin dingin, maka mereka berdua memutuskan untuk meningalkan rooftop dan masuk ke dalam apartmen lalu saling mendudukkan diri di atas sofa.
Tak ada percakapan di antara keduanya, Rose masih menunduk dengan diam walau di benaknya banyak hal yang berkecamuk sedangkan Jungkook masih setia memandangi Rose tanpa berniat mengeluarkan satu kata pun.
Rose menghela napas pelan karna merasa jengah dengan keheningan ini, terlebih mengapa Jungkook harus menatap nya terus-menerus?sejujurnya bukan benak Rose saja yang berkecamuk tapi hatinya juga. mungkin karna efek tak bertemu selama berbulan-bulan dan ketika pertemuan itu tiba pelukan Jungkook lah yang pertama kali menyambutnya.
ah sudahlah rasanya Rose ingin cepat-cepat menyudahi keheningan ini.
Rose mengangkat wajah dan tanpa sengaja langsung bertatap dengan Jungkook yang juga tengah menatapnya membuat Rose segera mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Aku haus." Celetuk Rose dengan asal tapi sedetik kemudian gadis itu memejamkan mata karna malu, kenapa harus haus?apakah tidak ada kata yang lebih konyol untuk menyudahi keheningan ini.
Jungkook tidak menjawab, ia hanya mengangkat kedua alisnya membuat Rose tanpa sadar mendengus.
"setelah tidak bertemu selama berbulan-bulan, kau hanya mengatakan haus untuk membuka percakapan?" ucap Jungkook dengan datar.
"lalu aku harus mengatakan apa?lagipula mengapa kita harus terjebak di antara keheningan seperti ini."
Rose jadi kesal sendiri dengan Jungkook, sepertinya pemuda itu memang sengaja membuatnya merasa seperti orang bodoh.
"aku merindukanmu, rasanya sampai ingin gila."
Penuturan tiba-tiba dari Jungkook membuat Rose menoleh pelan dan menatap Jungkook dengan tatapan lirih, apa Jungkook pikir Rose tidak merasakan hal yang sama?Rose juga sama rindunya dengan pemuda ini bahkan di malam-malam tertentu Rose sempat ingin menelfon Jungkook dengan nomor baru hanya untuk mendengar suaranya.
Karna tak mendapat jawaban, Jungkook jadi tersenyum kecut. "hm, ternyata hanya aku yang seperti itu." ucapnya dengan nada yang kecewa.
Rose mendelik tak setuju, "kau itu terlalu mudah menyimpulkan sesuatu, Jungkook-kah. Bagaimana bisa aku tidak merindukanmu?semua yang kau rasakan juga ku rasakan jadi kau tidak sendirian."
Mendengar itu Jungkook jadi tersenyum, lalu maju merengkuh tubuh Rose mengacak surai gadis itu dengan lembut, Rose juga ikut tersenyum dan membalas rengkuhan Jungkook.
"Jungkook-ah ini sudah larut malam." Ucap Rose ketika tak sengaja matanya melihat jam digital yang ada di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Jungkook melepaskan pelukannya. "memang sudah larut," jawabnya kemudian terlihat berfikir. "lebih baik kau menginap."saran Jungkook.
Rose mendelik lalu menatap Jungkook dengan tatapan horror. "KAU GILA?" pekiknya tanpa sadar.
Jungkook tersentak sampai harus termundur ke belakang. "kenapa kau panik sekali?aku hanya bilang menginap, memangnya apa yang ada di pikiranmu?"
"ani, maksudku kenapa harus menginap." Balas Rose mencoba biasa saja padahal fikirannya sudah bercabang kemana-mana.
"memangnya kau ada jadwal besok pagi?"Tanya Jungkook di sambut gelengan oleh Rose.
"Ya sudah kalo begitu menginap saja, lagipula ini terlalu larut malam untuk mengantarmu pulang."ucap Jungkook beralasan.
Rose berdecih pelan, "pukul sebelas kau bilang terlalu larut?kau lupa pernah membawaku ke gereja di waktu yang lebih larut lagi." Ucapnya mengingatkan pada kejadian malam natal yang lalu.