Part 10

9.9K 803 28
                                    


Pesta pernikahan Ino dan Sai tidak kalah megah dari milik Naruto dulu. Ino adalah penanggung jawab pesta ini. Ia yang memang menyukai pesta tidak akan main-main menyiapkan semuanya. Segalanya harus sempurna. Tamu yang hadir dipastikan tidak akan merasa bosan. Ino sudah merencanakannya dengan sangat matang.

Sakura bersyukur karena ia sudah menikah. Mengingat masa lalu di mana setiap kali datang ke acara seperti ini ia tidak memiliki seseorang yang bisa digandeng sungguh menyebalkan. Biasanya ia akan datang bersama Ino dan Sai, atau hanya dengan Ino, atau karena terlalu frustrasi ia pernah sekali meminjam Sai dari Ino untuk sedikit dipamerkan.

Kini ia datang dengan Uchiha Sasuke. Suaminya yang sangat membanggakan jika diajak datang ke acara seperti ini. Ketampanan Sasuke patut untuk disombongkan. Kurang bijaksana jika wajah setampan ini hanya dijadikan sebagai suami yang memanaskan ranjangnya.

"Wah! Ino benar-benar memanggil pesulap," Sakura berdecak kagum. Ino tidak bercanda dengan angan-angannya yang ingin mengundang pesulap di pesta pernikahannya, dan Sakura bertanya-tanya apa Sai juga memanggil penari ular seperti yang dulu pernah ia rencanakan?

"Sasuke!"

"Ini dia ularnya." Sakura tidak ingin mendengar suara melengking seperti anak kecil ini, bahkan dalam mimpi buruknya. Terlebih lagi bertemu dengan pemilik suaranya. Ia menatap sinis wanita tersebut yang berjalan membelah tamu untuk sampai di depan Sasuke.

"Aku senang sekali bertemu denganmu di sini."

Sakura tidak menduga anak kecil berdada besar ini bisa berada di Jepang. Makhluk ini harusnya tetap berada di Korea mengurus Oppa-Oppa daripada muncul di hadapannya.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" Sakura tidak tahu apa Sasuke memang selalu peduli dengan wanita ini atau ia menanyakan hal itu hanya untuk sekedar formalitas.

"Aku sedang mengambil cuti dan memutuskan untuk pulang kampung. Aku datang menemani sepupuku, dia kenal dengan pengantin prianya," Chino menjelaskan dengan semangat. Benar-benar senang bertemu dengan suami Sakura. Bukannya cemburu, Sakura hanya terbawa suasana dan peran menjadi istri Sasuke yang bertugas menjauhkan wanita-wanita sejenis Chino dari kehidupan rumah tangganya.

Sakura tidak cemburu!

Ia tidak bisa mengabaikan penampilan Chino yang mengenakan gaun berwarna merah mencolok dan belahan dada yang fenomenal. Gaunnya terlalu panjang untuk digunakan wanita itu dan tentu saja terlalu seksi. Tidak cocok untuk tubuh Chino, tapi ya sudahlah. Wanita ini memiliki tingkat kepercayaan diri setinggi menara Eiffel.

Sakura mengukur tingkat kemerahan lipstik yang dipakai Chino. Membandingkan dengan warna gaunnya. Penasaran merk lipstik apa yang warnanya sampai mencolok seperti itu.

"Bagaimana denganmu?"

"Keduanya teman baik kami," jawab Sasuke merujuk pada Ino dan Sai.

Begitu kata kami keluar dari bibir tipis menggoda suaminya, Chino otomatis melirik pada Sakura yang keberadaannya coba ia abaikan.

"Oh! Kalian datang bersama?"

Sakura mengeratkan pelukannya pada lengan Sasuke. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh menggoda suaminya.

"Jadi kalian benar-benar menikah? Aku pikir waktu itu kau bercanda."

Mata Sakura melotot.

"Apa kabar em – siapa namamu? Aku lupa."

Sakura kesal dengan wajah polos yang wanita itu tunjukan. Mau berkelahi?

"Tidak perlu mengingat namaku. Kita juga tidak akan saling menyapa di kemudian hari." Sakura puas dengan ucapannya sendiri. Tidak perlu lagi menyembunyikan rasa tidak sukanya. Lebih baik saling menyerang."Permisi, kami harus menyapa kedua mempelai."

Rich Man & Poor WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang