Tanggal 30 maret mendekati tanggal perkiraan, Sakura mengalami yang dinamakan depresi antenatal. Banyak pikiran yang mengganggunya hingga membuatnya merasa cemas dan panik sendiri.
Bagaimana jika proses proses persalinannya nanti tidak berjalan lancar? Terlebih lagi kepulangan Sasuke yang masih menjadi tanda tanya besar. Ataupun pertanyaan lain tentang bagaimana nanti setelah melahirkan? Apa Sakura bisa mengurus anaknya?
Mebuki dan Mikoto tidak berhenti untuk menenangkannya. Mereka selalu meyakinkan Sakura bahwa semuanya pasti akan berjalan lancar. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Sudah ada banyak wanita melahirkan dan mereka bisa melewatinya. Sakura juga pasti bisa. Apalagi kandungannya sangat sehat. Cukup buat dirinya sendiri berpikir positif dan berhenti berpikir yang buruk-buruk.
Sasuke tidak menghubunginya sama sekali hari ini dan Sakura juga tidak ingin menghubunginya lebih dulu. Sebenarnya sejak hari setelah ulang tahunnya Sakura mengabaikan ponselnya di atas nakas.
Ia tertidur pada pukul delapan malam. Mungkin kelelahan berpikir. Rasanya baru sebentar ia tertidur bahkan belum sempat bermimpi ketika merasakan kecupan di dahi dan usapan lembut di atas perutnya yang membuncit.
Matanya masih terlalu berat untuk terbuka tapi wangi familiar yang tercium olehnya membuat Sakura memaksakan matanya untuk terbuka.
"Sasuke," panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Pria itu mencium bibirnya yang membuat Sakura kembali memejamkan mata. Dihirupnya wangi pria itu dan hangatnya tubuh Sasuke. Si tampan itu masih menggunakan setelan kantornya dengan dua kancing paling atas kemeja yang terbuka. Jam di dinding baru menunjukan pukul sembilan malam. Ternyata ia memang hanya tertidur sebentar.
Sasuke dengan hati-hati membaringkan kepalanya di dada Sakura. Salah satu tangannya masih tidak berhenti menyapa sang buah hati lewat usapan lembut.
"Maaf," sesal pria itu.
Sakura menggerakan jarinya untuk bermain-main pada rambut Sasuke. Menikmati momen berdua mereka yang jarang sekali. Dengan kemunculan pria itu saat ini Sakura merasa semuanya akan baik-baik saja. Semua kecemasan dan rasa takut yang sebelumnya menghantui kini hempas seiring dengan aroma Sasuke yang memenuhi penciumannya.
Sakura menarik wajah pria itu mendekat padanya. Mencium Sasuke dalam yang dibalas pria itu tidak kalah menggebu. Mereka terlarut dalam ciuman panas dan keinginan untuk lebih dekat. Rindu yang membuncah mereka lepaskan dengan menyentuh satu sama lain.
Sasuke bergerak agresif di bibirnya dan Sakura tidak merasa keberatan dengan itu. Tangan kirinya tenggelam dalam surai gelap lebat Sasuke, sedang yang lain mengusap punggung tegang pria itu yang membuatnya menggeram dalam.
Sakura meremas rambut Sasuke sebab pria itu mencumbu lehernya. Merasakan basah di sana yang diakibatkan oleh lidah panas Sasuke. Pria itu semakin turun. Membuka dua kancing depan daster Sakura sampai bagian atas dadanya terlihat.
Mereka sudah terlalu lama tidak bercinta. Sakura merasakan seperti kembali pada awal Sasuke mencumbu dadanya. Ia mendesah pelan teringat dengan kamar kedua orang tuannya yang terletak tidak jauh.
Bagian bawah pakaiannya diangkat Sasuke sampai sebatas pinggang. Sakura mengigit bibir bawahnya begitu menyaksikan suaminya mencumbu paha dan bergerak semakin berani ke pangkalnya.
Ini terlalu indah. Sakura dibuat pusing dengan kenikmatan yang Sasuke berikan pada tubuhnya. Pikirannya hanya tertuju pada pria di bawah sana yang sedang memanjakannya. Sakura merasa dirinya sudah begitu basah. Terlalu siap untuk menyambut Sasuke.
Pria itu kembali merangkak naik. Menyentuhkan kening mereka yang berpeluh. Nafas Sakura masih memburu sehabis pelepasan hebatnya setelah sekian lama. Ia tersenyum begitu Sasuke mencium ujung hidungnya. Bibir lembut Sasuke bergerak pelan mulai dari bibir menuju telinganya yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
ספרות חובבים"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"