Part 12

10K 812 16
                                        


Sakura selesai memasukan barang-barangyang belum sempat ia bawa sebelumnya saat pindah ke apartemen Sasuke. Semuanya ia masukkan ke dalam tas ransel merah hadiah dari Ino hingga benda itu menggelembung seperti perut wanita hamil.

Sore nanti mereka akan kembali ke apartemen karena besok adalah hari senin. Sasuke harus kembali menggali emasnya demi masa depan rumah tangga mereka dan ia kembali pada rutinutasnya sebagai wanita pengangguran yang pagi sibuk mengurus rumah dan suami, siang hari menonton drama bollywood, sore hari menonton drama korea selama satu jam sebelum kembali mengurus rumah dan menunggu kepulangan sang suami yang lelah mencari nafkah.

Kini Sakura sadar bahwa ia cukup menikmati perannya sebagai istri Sasuke yang awalnya ia kira akan merepotkan dan menakutkan. Di masa lalu ia adalah pihak tersakiti dengan Sasuke yang menolaknya. Kini mereka menjadi satu. Haruskah ia menertawakan Sasuke yang dulu menolaknya namun sekarang berakhir bahwa Sakura adalah tulang rusuknya?

Sakura duduk di samping pria itu yang sejak tadi mengutak-atik ponselnya di atas ranjang yang spreinya baru tadi Sakura ganti untuk menghilangkan jejak kegiatan mereka tadi malam.

Ia iseng melihat apa yang membuat Sasuke begitu fokus pada ponselnya. Apa yang sedang pria itu lihat? Jangan-jangan Sasuke sibuk stalking media sosial wanita lain.

"Apa yang kau lihat?"

Sasuke memberikan ponselnya pada wanita itu. Mempersilakan Sakura untuk membacanya sendiri. Ia menarik laci di nakas Sakura dan menemukan ikat rambut berwarna hijau. Dengan telaten dan tidak berpengalaman Sasuke mengikat rambut merah muda panjang Sakura yang baru saja kering setelah wanita itu keramas.

"Undangan reuni," Sakura bergumam membaca email yang masuk di ponsel Sasuke. Ia mencoba untuk tidak bergidik karena jari-jari Sasuke menyentuh kulit lehernya yang sensitif seperti pantat bayi. "Kau tahu, banyak kasus di mana reuni menjadi awal dari keretakan rumah tangga seseorang."

"Aku memang tidak berencana datang." Sasuke berhasil mengikat rambut Sakura setelah memakan banyak waktu. Apa yang baru saja pria itu lakukan menyadarkan Sakura bahwa kini mereka sudah cukup dekat. Tidak akan ada yang menyangkah jika dulukebersamaan mereka adalahkemustahilan.

"Bagus," Sakura mengembalikan ponsel Sasuke. Ia berdeham canggung setelah kontak fisik sederhana yang Sasuke lakukan barusan. "Bisakah kita mampir berbelanja nanti sebelum kembali ke apartemen?" pintanya yang langsung disetujui oleh Sasuke. Sakura ingat untuk membeli isi kulkas, juga perlengkapannya sebagai wanita. Rasanya pembalut yang ia simpan di kamar mandi apartemen sudah habis.



Hari ini untuk pertama kalinya sejak Sakura mengenal Sasuke ia datang ke kantor pria itu. Tujuannya datang ke tempat ini bukan untuk memberi semangat pada suami tampannya yang sibuk bekerja, melainkan karena pria itu meminta Sakura untuk mengantarkan buku agenda bersampul hijau kumal yang tertinggal di kamar.

Begitu masuk ke lobi, Sakura dikejutkan dengan orang-orang yang membungkuk hormat padanya. Ia yang terkejut dengan hal itu justru balas membungkuk pada mereka. Bagaimana tidak jika sebelumnya ialah orang yang selalu memberi hormat kini justru dihormati. Betapa hidup bergulir begitu cepat.

Rich Man & Poor WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang