Sakura berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengikuti acara reuni semacam ini. Ia tidak suka bertemu dengan beberapa teman SMA-nya dan ia kesal harus berhadapan dengan Uchiha Sasuke yang dulu ia kutuk menjadi unggas, namun kini justru berubah menjadi elang yang siap mematuknya.
"Kita harus sering-sering mengadakan acara seperti ini lain kali." Usul Naruto saat mereka berjalan ke tempat parkir.
Sakura berjalan di barisan paling belakang. Ada Naruto yang memeluk pinggang Hinata mesra serta Ino yang memeluk lengan Sai manja, dan ia menjadi yang paling menyedihkan.
Sakura sering berpikir, apa yang salah dengan dirinya? Jika dilihat ia tidak terlalu jelek. Sakura juga bukan tipe gadis pemilih dan rambut merah mudanya cukup menarik. Tapi ada apa dengan mata para pria yang tidak pernah meliriknya?
Di usia yang hampir seperempat abad ia sama sekali belum pernah merasakan memiliki kekasih. Bahkan anak sekolah dasar zaman sekarang sudah fasih memanggil sayang kepada lawan jenisnya.
"Baiklah, aku akan menghubungi kalian lagi nanti." Pamit Naruto sebelum pria itu masuk ke dalam mobil putih mahalnya bersama Hinata. Sakura mendesis. Ia tahu Naruto memang berasal dari keluarga kaya. Pria itu sama kayanya dengan Uchiha Sasuke. Mereka adalah dua orang berandalan yang beruntung.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang? Ini belum jam dua belas malam." Ino ingat dengan pesan ibu Sakura.
"Bawa aku ke rumahmu." Sakura tahu ibunya tidak main-main. Wanita itu tidak akan membukakan pintu untuknya jika ia kembali sebelum jam dua belas malam.
"Sebenarnya, Sakura." Ino menggigit bibir bawahnya gugup. Ia melirik pada Sai yang tidak membuka mulut. "Aku dan Sai berencana pergi ke suatu tempat setelah ini." Lanjutnya dengan menyesal.
Sakura mendengus tidak percaya. "Apa kau bilang?"
"Kami akan pergi ke toko perhiasan untuk memesan cincin." Sai bersuara.
"Kalian?" Pekik Sakura tidak percaya.
"Maafkan aku. Bukannya aku ingin mengejekmu karena belum pernah memiliki kekasih sampai saat ini, tapi kami memutuskan untuk bertunangan bulan depan." Jelas Ino kurang ajar.
Jadi apa maksud Ino mengatakan kalimat berbelit seperti itu? Intinya mereka akan segera bertunangan dan ia masih tetap pada status sendiri dan Ino tidak bermaksud menghinanya karena meninggalkan Sakura yang masih single sampai sekarang ini.
"Oke." Sahut Sakura kalem. Ingin marah juga tidak ada gunanya? Ia akan terlihat semakin menyedihkan. Lagipula, ibunya pernah bilang untuk ikut berbahagia dengan kebahagian orang lain. "Selamat kalau begitu."
"Apa kau mau kami antar pulang lebih dulu?" Ino menawarkan karena merasa tidak enak jika menelantarkan Sakura di tempat ini.
"Tidak perlu. Aku bisa pulang naik taksi." Ya mungkin ia bisa naik taksi ke suatu tempat dan pulang ke rumah saat jam dua belas malam seperti perintah ibunya. "Apa lagi yang kalian tunggu? Cepat pergilah." Usirnya halus.
Ino masih terlihat enggan, Sakura bahkan sampai harus mendorong tubuh Ino untuk masuk ke dalam mobil Sai.
"Kau yakin?" Ino menahan pintu mobil yang akan ditutup Sakura dari luar. Ia benar-benar merasa tidak enak dengan Sakura.
"Tentu saja!" Jawab Sakura yakin. Ia buru-buru menutup pintu mobil dan berteriak kepada Sai untuk segera menjalankan mobilnya sebelum Ino kembali menayakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
Fiksi Penggemar"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"