Di pagi harinya ketika Sakura turun ke dapur, ibunya sedang menata piring di meja makan. Ia melihat jam dinding berbentuk buah alpukat di dinding meja makan dan yakin jika ini masih terlalu pagi untuk sarapan.
"Ohayo, Sasuke-kun."
"Kenapa hanya Sasuke yang ibu sapa?" keluh Sakura. Ia yang kemunculannya lebih dulu justru diabaikan.
"Harusnya kau yang menyapa ibu, bukan sebaliknya."
Sakura mencebikkan bibir tanpa ibunya tahu.Mebuki jelas sudah berada di pihak Sasuke tanpa perlu suaminya berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Tidak peduli di manapun, pria tampan selalu berhasil meluluhkan hati wanita.
"Ohayo, Kaa-san." Sasuke menyahut dengan tenang. Dia mengambil tempat duduk di samping Sakura yang berhadapan dengan Mebuki.
Tak lama kemudian Kizashi ikut bergabung bersama mereka. Pria paruh baya tersebut sama terkejutnya seperti Sakura dengan keadaan meja makan yang sudah penuh sepagi ini.
"Apa rencana kalian hari ini?" Kizashi bertanya pada sepasang pengantin muda di depannya yang sama sekali tidak terlihat romantis.
"Aku akan mengajaknya naik motor mengelilingi komplek nanti sore." Onyx Sasuke bergulir pada istrinya yang makan dengan lahap. Ia baru mengetahui hal itu. Sebelumnya Sakura tidak mengatakan apapun tentang rencananya ini.
"Kalian baru akan pulang besok, bukan?" Kali ini Mebuki terlihat berharap. Tidak rela jika ditinggal menantunya pergi.
"Ah," gumaman Sasuke menjawab pertanyaan Mebuki. Sakura menganggukan kepala melengkapi gumaman singkat suaminya.
"Syukurlah," pekik Mebuki luar biasa senang. "Kalau begitu nanti malam ibu akan masak makanan kesukaanmu, Sasuke."
"Berikan saja tomat, dia sudah senang,"usul Sakura mengingat Sasuke adalah maniak tomat. Tidak perlu membuang tenaga untuk memasak makanan mewah, cukup tomat sudah berhasil membuatnya bahagia. Sakura terkekeh pelan memikirkan betapa mudahnya kebahagiaan Sasuke hanya dengan sebuah tomat.
Mebuki mengabaikan ucapan Sakura. Berpikir bahwa putrinya hanya asal bicara. "Kau ingin makan apa nanti malam?" ulang Mebuki.
"Aku akan makan apapun yang ibu masak," jawab suami Sakura lengkap dengan senyuman kecil yang berhasil membuat Mebuki tersipu malu seperti remaja kasmaran.
Sakura panik melihat betapa besarnya pengaruh ketampanan Sasuke bagi ibunya. "Ayah, sadarkan ibu. Dia seperti ingin merebut suamiku."
Kizashi santai menanggapi keributan di meja makan antara istri dan anaknya. Suara sumpit yang ia letakan di atas meja menarik perhatian dua wanita itu padanya. Dipegangnya dagu Mebuki lalu ia hadapkan pada wajahnya dan mengecup bibir cerewet itu pelan. Bisa ia lihat istrinya yang tersenyum malu dan mencubit lengan atasnya gemas.
"Kenapa kalian melakukan hal itu di depan kami?" protes Sakura merasa sedikit malu dengan tingkah romantis kedua orang tuanya yang asal ciuman seperti di dalam drama-drama.
Seperti yang Sakura rencanakan tadi pagi, sore ini wanita merah muda itu menuntun keluar motor matic miliknya yang dulu sering ia gunakan pawai bersama Ino. Ia memang tidak bisa mengendarai mobil meskipun sudah berkali-kali Kizashi mengajarinya. Kakinya tidak pernah bergerak sinkron sesuai perintah otaknya. Seringkali ia salah mengira pedal gas sebagai rem, tapi Sakura terlalu hebat jika naik motor.
"Kenapa kau masih berdiri di sana, Sasuke? Cepat naik!" Sakura menepuk jok di belakangnya, mengundang Sasuke untuk segera naik. "Ayo cepat!" teriaknya tidak sabaran.
Bukannya meragukan kemampuan Sakura mengendarai motor, tapi ini lebih kepada Sasuke yang merasa dirinya akan terlihat konyol jika duduk di sana. Apalagi motor Sakura berwarna merah muda mencolok dengan stiker katak hijau. Motor itu kelewat kecil dan pendek untuk tubuh tinggi kekar Sasuke. Kakinya sudah pasti tertekuk yang akan membuatnya pegal, dan duduk di belakang jelas membuatnya menjulang karena tubuh pendek Sakura tidak cukup untuk menutupi sosoknya. Wanita itu akan terlihat seperti memboncengkulkas dua pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
ספרות חובבים"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"