"Sasuke."
Sasuke tersentak dari tidur singkatnya berkat panggilan Jugo. Ia tertidur sepanjang perjalanan dari bandara. Sebuah mimpi menemaninya. Mimpi yang lebih seperti reka ulang kejadian tempo dulu. Kenangannya tentang Haruno Sakura. Orang asing yang tak pernah Sasuke duga akan menjadi masa depannya.
"Kita sudah sampai," Jugo kembali berujar. Sekali lagi berhasil membuat Sasuke tersentak. Mereka sudah berada di depan kediaman Uchiha.
"Ah, terima kasih," gumam Sasuke serak. Ia keluar dari mobil Jugo. Pintu megah rumah orang tuanya sudah di depan mata. Jam di pergelangan tangan kirinya sudah menunjukkan pukul sebelas lewat. Semuanya pasti sudah tidur, termasuk istrinya.
Dan benar saja, Sakura telah berbaring terlentang tanpa selimut dengan mengenakan daster berwarna coklat yang baru kali ini Sasuke lihat dikenakan wanita itu. Ia melihat pendingin ruangan berada dalam suhu cukup dingin. Bahkan lampu kamar masih menyala.
Sasuke berjalan mendekati Sakura, bermaksud menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya. Namun, wanita itu sudah lebih dulu terbangun ketika Sasuke baru menyentuh ujung selimut.
"Sasuke?"
Sakura berusaha untuk duduk dibantu oleh pria itu. Matanya masih belum benar-benar terbuka. Masih mengantuk. Ia tertidur ketika menunggu kepulangan Sasuke. Harusnya tadi ia yang membukakan pintu ketika Sasuke tiba. Lalu memeluk tubuh pria itu untuk menyalurkan rasa rindunya yang membuncah. Melihat suaminya masih dengan setelan rapi, Sakura yakin Sasuke juga baru saja tiba.
Sakura menguap lebar sekali. Ia mencoba untuk menyingkirkan rasa kantuknya agar bisa melihat wajah pria di depannya dengan jelas. Sasuke menjadi lebih tampan setelah lima hari tak bertemu. Tapi Sakura tidak bisa melewatkan kantung mata pria itu.
Tangannya terulur untuk mengusapnya. Wajah lelah dan kantung mata ini menjadi salah satu bukti seberapa keras Sasuke berusaha dan menunjukan kemampuannya pada sang ayah. Baru lima hari saja kantung matanya sudah sehitam ini, bagaimana dengan bulan-bulan ke depan? Mungkin juga karena setiap malam ia yang merengek untuk melakukan panggilan video dengan pria itu. Sakura juga mengganggu jam tidur Sasuke.
"Apa kau lelah? Lapar?"
Pria itu menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan beruntun Sakura. Ia sudah makan tadi saat di bandara sebelum kembali pulang bersama Jugo dan yang lainnya.
"Tidurlah, aku akan mandi lebih dulu," Sasuke berkata.
Sebenarnya ia sudah terlalu mengantuk. Rasanya malas membuka semua pakaian dan menyentuh air. Ia hanya ingin tidur, tapi ia juga butuh mandi karena tubuhnya terasa lengket. Sakura mungkin akan mual dengan baunya dan menendang Sasuke dari ranjang jika ia bersikeras tidur tanpa membersihkan diri lebih dulu. Penciuman wanita ini menjadi lebih sensitif. Sasuke tidak ingin disebut bau ikan busuk oleh Sakura seperti bulan lalu.
"Tidak! Jangan!" Sakura menahan lengannya. Emerald yang beberapa waktu ini tidak ia lihat secara langsung kini menatapnya memelas. "Bisakah kita segera tidur?" pintanya dengan suara pelan yang hampir tak terdengar oleh Sasuke.
"Kau mungkin akan merasa terganggu dengan bau tubuhku," Sasuke memperingatkan. Tidak peduli seberapa tampan atau cantiknya seseorang, yang namanya keringat tetaplah bau.
Sakura tidak mengatakan apapun lagi yang justru menarik Sasuke untuk segera berbaring di sampingnya seperti malam-malam yang lalu. Ia merindukan pria itu di ranjang yang sama dengannya.
Sasuke menyerah. Sudah terlalu mengantuk untuk mendebatkan ia yang tidak mandi dan bau badannya. Hari sudah semakin larut. Wanita hamil seperti Sakura harus segera tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
Fanfiction"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"