Part 17

7.6K 742 22
                                    

Pagi yang cerah dengan langit biru. Cuaca pagi ini lebih sejuk meski kini masih musim panas. Mikoto berbinar menatap anggota keluarganya yang lengkap. "Jam berapa kau pulang semalam?"

Kursi meja makan keluarga Uchiha terisi lebih banyak orang dari hari sebelumnya. Bahkan Itachi bersama istri dan putranya juga bergabung. Sejak kemarin mereka memang menginap di sini karena Mikoto dan Fugaku yang merindukan cucu pertama mereka.

"Hampir tengah malam," jawab Sasuke yang duduk di samping Sakura menikmati kopi pahit dengan dua lembar roti tawar tanpa selai. Sasuke membantu Sakura mengambil selai cokelat yang terletak di sisi kiri piringnya. Wanita itu meletakan dua lembar roti di piringnya setelah menghabiskan satu tanpa selai. Susu khusus wanita hamil yang tidak pernah lupa ia konsumsi sudah tersisa setengah. Juga satu buah telur yang matang sempurna. Sakura dengan napsu makannya yang memang sudah besar menjadi jauh lebih besar sejak hamil.

"Sakura-chan, apa kau mau makan buah-buahan?" Izumi dengan baik hatinya menawarkan. Teringat dengan buah segar yang kemarin ia bawa.

"Aku sudah kenyang dengan ini semua, Nee-san," Sakura menolak dengan halus. Menunjuk pada menu sarapannya yang lebih banyak dari yang lain. Ia juga tidak ingin merepotkan orang lain dan menjadi manja. Hanya mengupas buah Sakura masih bisa melakukannya sendiri.

"Bagaimana jika nanti siang?" kini Mikoto yang bersuara.

"Setelah ini kami akan kembali ke apartemen," Sasuke menyahut. Ia sudah membicarakan ini dengan Sakura tadi pagi. Bagaimanapun juga rumah sendiri adalah yang terbaik. Mereka butuh waktu berdua untuk melepas rindu dan mungkin melakukan sedikit aktivitas suami istri.

"Oh, ibu mengerti," Mikoto tersenyum penuh arti yang dibalas seringai penuh makna dari Izumi. Sebagai sesama yang pernah berada di masa seperti Sakura ini tentu saja keduanya paham. "Nikmati waktu kalian berdua dan secepatnya berikan aku cucu lagi setelah kelahiran anak pertama kalian."

Sakura merinding dengan permintaan Mikoto. Satu saja belum keluar sudah minta dibuatkan lagi.

"Kalian juga, Yuki sudah cukup umur untuk memiliki adik," Mikoto beralih pada anak sulungnya yang tersedak kopi karena menerima serangan mendadak.

"Bisa kita pergi dulu ke suatu tempat?" Sakura berkata tiba-tiba di tengah keheningan dalam mobil yang Sasuke kendarai. Mereka baru sepuluh menit yang lalu meninggalkan rumah kedua orang tua Sasuke.

"Kau ingin pergi ke mana?" Sasuke memelankan laju mobilnya. Menunggu wanita yang duduk di sampingnya berkata.

Sakura mengubah posisi duduknya condong ke arah Sasuke. Terlihat sangat bersemangat. Lima hari sudah ia berdiam diri dalam rumah. Wanita hamil juga butuh piknik.

"Mall. Aku ingin melakukan sesuatu."

Dan apakah sesuatu itu yang membuat Sasuke menjadi penasaran. Apa yang bisa dilakukan di mall selain berbelanja, makan, dan menonton? Adakah hal yang begitu menarik sampai membuat Sakura begitu bersemangat? Atau kah ini permintaan anak mereka?

"Sejak dulu aku sering pergi ke mall bersama Ino. Banyak pasangan di sekitar kami yang bergandengan tangan," wajah Sakura merona. Sebenarnya keinginannya ini sangat sederhana namun cukup memalukan. "Aku juga ingin digandeng seperti gadis-gadis itu."

Sasuke menahan diri untuk tidak menertawakan Sakura jika tidak ingin wanita itu menendang dashboard mobilnya.

"Apa kau benar-benar tidak pernah berkencan sebelumnya?" Sasuke bertanya dengan nada sedikit meremehkan. Seolah ia lebih banyak memiliki pengalaman daripada Sakura.

"Jangan mengejekku," rajuk Sakura sedikit cemberut. "Kita sepasang manusia yang sama-sama belum pernah berkencan," Sakura mengingatkan siapa Sasuke di masa lalu. "Jangan mengejekku karena itu sama saja kau sedang mengejek dirimu sendiri."

Rich Man & Poor WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang