Sakura sudah dipindahkan dari ruang bersalin. Kini ia berbaring di ranjang dalam ruangan sebelumnya bersama Sasuke yang enggan beranjak. Tak selang berapa lama salah satu perawat yang tadi membantu persalinannya datang dengan bayi mereka yang sudah dibersihkan dan sudah terbalut kain yang membuatnya hangat. Bayi dalam balutan kain tersebut berada dalam dekapan lembut Sakura. Kedua orang tua baru itu tidak bisa menahan rasa takjub mereka akan sosok mungil yang sedang mencari payudara ibunya.
"Dia benar-benar mirip denganmu," ucap Sakura. Lega karena paras Sarada lebih mirip pada Sasuke. Dia akan tumbuh menjadi anak yang rupawan seperti ayahnya.
"Hn," Sasuke bergumam. Masih terkagum-kagum melihat anaknya.
Sakura menatap pria itu. Wajahnya yang biasanya terlihat kaku seperti kanebo kering sedikit menunjukan raut berbeda. Sakura pikir Sasuke sedang terharu. Onyx pria itu tidak lepas menatap bayi mungil dalam rangkulannya.
"Kau mau menggendongnya?"
Sasuke terlihat terkejut atas pertanyaan Sakura. Pria itu menatapnya seolah Sakura baru saja memintanya terjun dari atas roller coaster.
"Kenapa? Kau tidak mau menggendong anakmu?"
Sebelum Sasuke sempat menjawab, pintu ruangan Sakura sudah lebih dulu terbuka. Mikoto muncul dari sana dengan jubah tidurnya dan rambut yang tergelung asal. Sudah pasti baru bangun tidur. Fugaku menyusul dengan tampilan lebih baik meski juga masih menggunakan piyama.
"Sakura-chan!"
Sasuke bergerak mundur menjauh dari ranjang Sakura saat Mikoto meluncur cepat untuk melihat menantu serta cucunya. "Ya Tuhan, cucu perempuanku."
"Ibu mau menggendongnya?"
"Ya! Tentu saja!" Mikoto tidak berhenti berdecak kagum melihat cucu perempuannya. Wanita itu juga berucap tentang Sarada yang justru lebih mirip dengan Sasuke. Ia menyayangkan warna rambut Sarada yang tidak merah muda.
Fugaku beringsur maju. Merasa penasaran juga pada cucu perempuannya. "Dia seperti Sasuke dalam versi perempuan."
"Kau benar. Gen Sasuke lebih mendominasi. Kata orang, jika anak lebih mirip pada sang ayah, maka saat pembuatan anak ini ibunya yang bersikap agresif."
Sakura berdeham canggung sebab mendengar ucapan Mikoto yang seperti biasa terlalu blak-blakan. Bisa ia lihat Sasuke yang menarik sedikit sudut bibirnya membentuk seringi menyebalkan yang ditujukan pada Sakura. Wanita merah muda itu jelas menentang teori yang Mikoto lontarkan karena memang pada faktanya Sasuke lah yang selalu bersikap agresif.
"Siapa namanya?"
"Sarada," jawab Sakura.
"Uchiha Sarada," gumam Mikoto yang matanya tidak berpaling dari sang cucu. "Dia lucu sekali."
Beberapa menit kemudian pasangan Haruno muncul setelah kembali mencari sarapan. Kizashi mengelu kelaparan selepas melewati masa tegang menanti proses persalinan putrinya.
"Dia cantik sekali," puji Mebuki ketika Mikoto membiarkannya menggendong cucu mereka.
"Cucuku," di belakangnya Kizashi terlihat terharu menatap sosok mungil dalam gendongan istrinya. Ia menolak saat Mebuki menawarkan untuk menggendong Sarada. Takut jatuh, katanya.
Sasuke mendekati ranjang Sakura, membiarkan para kakek dan nenek larut mengagumi putri mereka. Ia mengecup kening Sakura dan turun menuju bibirnya. Masih jelas dalam ingatan Sasuke momem menegangkan di ruang bersaling tadi. Sekarang ia paham kenapa banyak orang bilang surga ada di bawah telapak kaki ibu.
Sakura baru saja terlelap sebentar ketika mendengar suara tangisan Sarada. Ia mencoba memaksakan kedua matanya untuk terbuka dan menenangkan Sarada sebelum ayah dan ibunya terbangun karena mendengar tangisan melengking putrinya.
"Biar aku yang mengurusnya. Lanjutkan tidurmu." Sasuke bergegas turun dari ranjang menghampiri box bayi. Kini ia sudah ahli menggendong bayi. Tangannya mantap membawa Sarada dalam gendongan kuatnya.
Jam di dinding baru memunjukan pukul setengah dua. Ia dengan telaten membuatkan susu formula untuk Sarada sebelum tangisannya semakin keras.
Sakura tidak benar-benar kembali tertidur. Meski matanya terpejam tapi telinganya tajam mendengar Sasuke yang bersenandung nina bobo pelan. Bibirnya tertarik ke atas menertawakan pria itu karena demi Tuhan suara Sasuke luar biasa menyedihkan. Untung saja Sarada tidak terganggu dengan suara ayahnya. Bayi itu selalu diam setiap kali mendengar Sasuke bernyanyi untuknya. Mungkin berpikir suara Sasuke unik.
"Berhenti tertawa dan cepat tidur!" Sasuke memerintah dengan suara lirih agar tidak membangunkan Sarada yang mulai kembali terlelap.
Sakura mengatupkan bibirnya rapat. Kasihan Sasuke jika terus ia tertawakan, pria itu pasti tidak akan mau bernyanyi lagi.
Sasuke mengembalikan Sarada dalam box bayi dan memastikan anaknya sudah tidur nyenyak. Ia menyusul ke ranjang dan menatap Sakura yang berbaring terlentang. Istrinya terlihat kelelahan dan muncul kantung mata. Pandangannya bergerak turun menatap tubuh sang istri yang lebih berisi sejak hamil. Orang bilang seorang gadis tidak perlu panik karena memiliki tubuh kurus, saat menikah nanti tubuh mereka akan lebih berisi setelah menerima suntikan dari suami.
"Kenapa kau suka sekali mengusap pinggangku?" ia hampir terlelap ketika tangan nakal Sasuke iseng menyentuh pinggangnya dengan maksud menggoda. Akhir-akhir ini Sasuke lebih sering melakukan skinship dengannya dan Sakura belum terbiasa dengan hal itu.
"Karena kau jadi semakin seksi?" bisik Sasuke di dekat telinganya yang membuat Sakura merinding bukan karena kehadiran makhluk halus.
Jarum jam yang berdetak terdengar terlalu keras di tengah kesunyian dalam kamar mereka. Sarada sudah tertidur nyenyak setelah mendengar nina bobo yang dinyanyikan ayahnya.
"Apa tidak masalah jika kau meninggalkan pekerjaanmu terlalu lama?" Sejak Sarada lahir Sasuke belum sama sekali kembali ke Kiri. Ada orang-orang kepercayaannya di sana. Sepertinya pria itu sengaja mengulur waktu di Konoha untuk menebus rasa bersalahnya karena tidak menepati janji merayakan ulang tahun Sakura bersama.
"Kakashi bisa mengatasinya." Rencananya jika perusahaan sudah stabil Kakashi yang akan menjadi penanggung jawab sedang Sasuke mengurus perusahaan inti di Konoha bersama Itachi. Fugaku akan segera pensiun menikmati masa tuanya bersama cucu-cucunya.
"Sakura."
"Hm."
Jeda cukup lama. Sakura pikir Sasuke tadi hanya mengigau. "Terima kasih," lanjutnya dengan suara teredam karena Sasuke menempelkan bibirnya pada pelipis sang istri.
Seulas senyum terbit di bibirnya dengan jantung yang berdebar. Ia menarik wajah pria itu mendekat padanya dan mengecup bibir Sasuke. "Sama-sama, Sayang."
Sasuke ikut tersenyum dan balas mengecup dahi lebar istrinya. Keduanya sama-sama memejamkan mata menikmati keromantisan mereka. Tidak perlu banyak kata untuk mengungkapkan betapa wanita ini berharga bagi Sasuke. Pria sejati lebih banyak bertindak daripada berkata. "Ayo bersama sampai kita menua."
"Semoga kau tidak bosan denganku." Sakura memiringkan posisi tidurnya menghadap Sasuke dengan ikut melingkarkan lengannya pada tubuh pria itu. Sasuke menariknya semakin rapat. Menyandarkan dagunya pada kepala merah muda Sakura.
"Jangan berhenti mencintaiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
Fanfiction"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"