Sakura menghabiskan waktu dengan Ino lebih lama dari yang ia pikirkan. Setelah kemunculan Shion di café mereka memutuskan untuk hengkang. Sakura harus menemani Ino yang memaksanya berbelanja, dan percayalah tidak ada waktu singkat jika sudah bersama Ino beserta kegiatan berbelanjanya.
Wanita merah muda itu baru tiba di apartemen pukul enam sore. Ia terkejut saat melihat Sasuke keluar dari kamar mereka dengan kaos hitam tanpa lengan juga celana kain pendek. Terlihat segar sehabis mandi.
"Kau sudah pulang," tidak biasanya Sasuke pulang secepat ini. Apalagi ini hari Selasa. Biasanya Sasuke akan sampai di rumah pukul tujuh lewat. Hanya di hari Jumat Sasuke pulang lebih awal. "Kau sudah makan? Aku membelikanmu makanan." Ia mengangkat kantung kertas di tangan kanannya. Tadi sebelum pulang Sakura memutuskan untuk mampir membeli makanan.
Sasuke berjalan ke arahnya. Sakura bertanya-tanya apa yang akan dilakukan pria itu dengan menghampirinya. "Kau mandilah, aku yang akan menyiapkan ini," ucap Sasuke dengan wajah cemberut entah karena apa.
Sakura membiarkan Sasuke merebut kantung makanan yang ia beli. Pria itu berjalan ke arah dapur dan bisa ia dengar suara piring dan sumpit yang saling beradu.
Sakura tahu Sasuke tidak dalam suasana hati yang baik. Raut wajahnya yang memang selalu datar jadi lebih menyebalkan meski tetap tampan. Bayangkan saja, ia harus makan berhadapan dengan manusia jenis Sasuke. Membuatmakanannya terasa hambar. Sakura jadi kehilangan nafsu makannya dan justru bernafsu menghajar pria itu.
"Tahu tidak, kau membuatku kesal," Sakura mengutarakan keluhannya tepat di depan muka Uchiha Sasuke yang hanya menaikkan sebelah alisnya bingung. Ciri Sasuke ketika tidak berhasil memahami maksud Sakura. "Jangan merengut di depan makanan. Jika kau tidak suka tidak perlu dimakan."
"Aku tadi sibuk menemani Ino, jadi tidak sempat memasak. Jika kau tidak suka dengan makanan yang kubeli, kau bisa memasak sendiri apa yang kau mau."
Sakura tahu apa yang ia katakan tidak pantas. Ibu dan ayahnya bilang ia harus menjadi istri yang baik dan melayani suaminya dengan benar. Apa yang barusan ia katakan bukanlah sikap istri yang baik. Sasuke tidak mengatakan apapun dan justru meletakan sumpitnya di atas meja. Sakura pikir pria itu sedang merajuk.
"Aku kenyang," ketusnya.
"Wah, tidak bisa! Kau harus menghabiskannya! Ini mahal!" Tadi ia memang menyuruh Sasuke untuk tidak memakannya jika tidak suka, tapi setelah Sakura pikir lagi makanan ini akan mubazir. Tidak baik membuang-buang makanan di saat banyak orang masih kekurangan pangan.
"Duduk, Sasuke!" perintahnya seperti sedang berbicara pada anaknya dan bukannya suaminya.
Sasuke masih tidak menghiraukannya. Pria itu membuat dua langkah menjauh meja makan. Lalu berbalik menatap Sakura yang duduk kesal di kursi makan.
"Jika sudah selesai cepat masuk kamar," ucapnya tiba-tiba. Melenceng dari topik sebelumnya. "Aku menunggumu."
"Kau mau apa? Ini masih belum jam sembilan, aku belum mengantuk." Rona merah menghiasi wajah Sakura. Gabungan dari kata kamar dan menunggumu jadi mengerikan. Ia tidak ingin memahami maksud dari kalimat terselubung Sasuke meski sebenarnya ia sangat paham.
"Besok aku masih harus ke kantor. Karena itu sebaiknya kita bercinta lebih awal agar bisa lekas tidur."
Sakura mendengus tidak percaya. Sasuke bahkan sekarang berani berkata terang-terangan.
"Aku tidak mau!" tolak Sakura tidak percaya diri. Dalam pikiran kotornya ia tahu tidak akan bisa menolak Sasuke. Ia sama menyukainya dengan Sasuke sesi bercinta mereka, tapi bukan berarti ia langsung menyetujui ajakan pria itu. Jual mahal sedikit tidak apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
Fanfiction"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"