Hujan deras disertai angin mengguyur Konoha di malam harinya. Uchiha Sasuke baru saja tiba di area basement gedung apartemennya setelah pergi keluar membeli ramen untuk istri merah muda satu-satunya yang sedang mengidam.
Sekarang ini sudah memasuki pukul sembilan malam. Jika bukan karena Sakura yang meminta, ia tidak akan rela pergi menerobos hujan hanya untuk semangkuk ramen. Padahal di zaman modern saat ini yang tinggal klik sana-sini membeli ramen bukanlah hal sulit. Namun, Sasuke justru pergi seorang diri. Bukan karena ia tidak memiliki saldo uang elektronik atau ia yang tidak mengenal teknologi. Ini karena Sakura yang tidak hanya sekedar ingin makan ramen, melainkan juga ingin Sasuke sendiri yang membelinya. Wanita itu berkata,
"Ini kemauan anakmu. Tentu saja ayahnya yang harus membelikannya. Kenapa jadi orang lain? Sebenarnya ini anakmu atau anak ojek online?"
Jika sudah begitu, Sasuke yang memang sadar diri sebagai bapak dari anak dalam kandungan Sakura hanya bisa menurut. Jangan salah sangkah! Dia bukan tipe suami takut istri, Sasuke hanya terlalu menyayangi istrinya.
Ramen yang ia beli memerlukan waktu lebih dari setengah jam, kini di tangan Sakura makanan tersebut tandas kurang dari lima belas menit. Wanita ini dan napsu makannya yang luar biasa selalu mengejutkan Sasuke.
Sasuke duduk di kursi makan menopang dagu dengan pandangan tertuju pada sang istri di sebelahnya yang makan dengan lahap.
"Sasuke," panggil Sakura di detik terakhir ia menghabiskan ramen.
"Hm," jawab Sasuke dengan gumaman. Kening lebarnya berkerut mendapati wanita itu yang sebelumnya lahap makan kini terlihat seperti ingin menangis. Apa dia tersedak kuah ramen?
"Kenapa aku selalu mengidam makan ramen?" tanyanya sembari menatap ngeri mangkuk kosong di depannya. "Apa nanti anak kita akan jadi seperti Naruto?"
Sakura panik jika sampai dugaannya benar. Ia dan Sasuke bukan maniak ramen. Satu-satunya maniak ramen yang ia kenal adalah si kuning Naruto. Bagaimana jika anaknya jadi mirip Naruto?
Sasuke lebih tidak mengerti kenapa Sakura sampai bisa berpikir sejauh itu. Apa hubungannya dia yang mengidam ramen dengan Naruto yang maniak ramen?
Mana bisa begitu!
Anak yang saat ini dikandung Sakura adalah hasil dari kerja keras Sasuke sendiri, tidak ada campur tangan Naruto. Ia bahkan yakin saat proses pembuatan anak mereka bayangan Naruto sama sekali tidak terlintas. Siapa juga yang saat bercinta dengan istrinya justru memikirkan pria lain.
Tidak ada ceritanya anakmu mirip dengan tetanggamu jika memang itu benar-benar anakmu. Hanya dengan melihat bentuk perut Sakura yang meski belum terlalu buncit Sasuke sudah yakin itu anaknya.
Sasuke memutar tubuh Sakura hingga wajah wanita itu menghadapnya. Mata Sakura berkaca-kaca. Dia benar-benar ketakutan atas pemikirannya sendiri tentang kemungkinan anak mereka mirip Naruto. Bibir wanita itu mencebik persis seperti bocah yang permennya dirampas oleh anak lain. Sasuke bergerak maju. Mengecup bibir istrinya yang membuat Sakura terkejut. Pipi wanita itu merona.
"Kau jadi lebih bodoh sejak hamil," canda Sasuke.
Begitu mudah Sasuke menbuatnya merona, semudah itu juga dia membuat Sakura kesal. Cara bicaranya benar-benar mirip ibu Mikoto yang tidak pernah difilter.
"Kau mau kupukul dengan mangkuk," geramnya.
Sakura turun dari kursi hanya untuk membuatnya terlihat lebih tinggi dari Sasuke yang biasanya menjulang tinggi. Mencoba untuk mengintimidasi suami menyebalkannya.
Sasuke menyeringai tampan seperti playboy. Ia menarik istrinya yang sedang merajuk untuk duduk di pangkuannya. Bisa ia rasakan perbedaan memangku Sakura ketika sedang hamil seperti ini dengan sebelum wanita itu hamil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man & Poor Woman
Fanfiction"Menikahlah denganku." "Apa kau sedang ingin mengajakku berkelahi?"