Part 15

8.6K 754 36
                                    

Ini senin terakhir di bulan agustus, dimulailah hari di mana Sasuke harus pergi merantau ke kota Kiri. Siang ini Sakura ditemani Mikoto mengantar Sasuke pergi ke bandara, penerbangan pria itu pukul sebelas siang. Sasuke akan tiba di Kiri tepat pukul dua belas dan akan segera melaju ke perusahaan yang baru Uchiha akuisisi. Pria itu akan pergi bersama Kakashi karena Suigetsu sudah ada di Kiri sejak kemarin. Mereka meninggalkan urusan pekerjaan di Konoha pada Karin dan Jugo.

Begitu juga dengan Fugaku dan Itachi yang sudah terbang ke Kiri sejak subuh tadi. Sasuke memang sengaja berangkat pada siang hari karena tadi ia masih harus bertemu dengan seorang klien.

Mulai malam ini atau mungkin juga sampai akhir pekan nanti Sakura akan menginap di rumah keluarga Uchiha menemani Mikoto yang mengeluh sendirian ditinggal suami. Sakura sebenarnya tidak masalah jika tinggal sendiri di apartemen. Usia kandungannya baru dua bulan dan ia masih bisa mengurus diri sendiri. Namun, karena dua hari belakangan ini gejala morning sickness menyerangnya hingga pada akhirnya Sasuke memaksanya untuk tidak tinggal sendiri.

"Jaga mata, ingat istrimu sedang hamil!"

Sasuke menipiskan bibirnya mendengar pesan Mikoto yang seharusnya lebih pantas dikatakan oleh Sakura. Memangnya Sasuke tipe pria yang suka melirik-lirik wanita lain? Dulu saja sebelum menikah ia mengunci hatinya dari wanita lain hanya untuk seorang gadis aneh yang pernah ia tolak, apalagi sekarang di mana wanita itu sedang mengandung buah cinta mereka. Mana sanggup Sasuke berpaling.

"Kakashi, awasi dia!" lanjut Mikoto.

Sasuke mendekati istrinya dengan penampilan sederhana berupa daster abu-abu bermotif bunga lily sebatas lutut. Sejak menginjang usia kandungan enam minggu Sakura memang lebih senang memakai daster. Sasuke mengusap rambut merah muda wanita itu yang diikat asal.

"Di mana mantelmu?"

Sakura mendengus serta memutar bola matanya secara bersamaan. "Serius Sasuke, ini musim panas dan aku tidak butuh mantel," pria itu mengerutkan keningnya terlihat tidak suka dengan bantahan Sakura.

Sakura mengangkat tangan untuk merapikan rambut hitam Sasuke yang sedikit berantakan. "Kau harus menata rambutmu seperti seorang pria yang sudah beristri, bukannya seperti mahasiswa akhir yang sibuk mengejar tanda tangan dosen penguji."

Tidak menemukan benda apapun yang bisa membantunya untuk membuat rambut Sasuke terlihat klimis dengan belahan tengah, Sakura hanya bermodalkan tangannya sendiri menekan-nekan rambut gelap Sasuke.

Di detik selanjutnya Sakura dikejutkan dengan sebelah tangan Sasuke yang meraih pinggangnya. Membawa tubuh mereka merapat hingga Sasuke bisa menyentuhkan bibirnya pada bibir Sakura yang sedikit terbuka.

Kakashi memalingkan wajah ke arah lain. Malu dan mungkin merasa iri dengan apa yang bosnya lalukan pada istrinya sendiri. Maklum saja, meski sudah berusia tiga puluh tahunan Kakashi masih hobi sendiri.

Lain halnya Mikoto Sang Ratu Drama yang justru memekik senang. Wanita itu buru-buru mencari ponselnya untuk mengabadikan momen romantis itu. Mikoto bersemangat mengambil foto dari berbagai sudut yang berbeda. Ia berseru puas karena baik Sakura maupun Sasuke merasa tidak terganggu ataupun risih dengan banyaknya pandangan yang tertuju pada mereka.

Pelukan kedua lengan Sakura pada leher Sasuke mengerat kala pria itu menariknya semakin rapat. Cara Sasuke menciumnya saat ini berbeda dari biasanya. Gerakan bibir Sasuke terburu-buru seolah mereka sedang dikejar waktu. Ini ciuman tergila yang pernah mereka lakukan, di mana rasa malu karena pandangan orang-orang tidak lagi mereka pedulikan.

Salah satu tangan Sakura bergerak naik mengacak rambut hitam Sasuke yang tadi sempat ia rapikan. Wangi Sasuke memenuhi indra penciuman Sakura yang sejak hamil jadi semakin tajam. Di usia kandungannya yang ke lima minggu kemarin, Sakura merasa mual dengan wangi Sasuke, namun kini ia sangat menggilai hal itu.

Rich Man & Poor WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang