BAB 5

21K 2.5K 64
                                    

Happy reading guys..

===========


Aku dan mama menempati satu kamar sendiri di dalam apartemen milik Sylvia. Luas kamar kami lebih kecil daripada milik Sylvia, tetapi jauh lebih baik daripada kamarku sebelumnya yang berbau busuk.

Seperti janji Sylvia padaku, setiap hari aku selalu minum susu coklat hangat kesukaanku. Kata mama, dalam beberapa bulan ini tubuhku lebih berisi.

Aku juga mempunyai teman baru, seorang laki-laki, bernama Marcus yang tinggal di lantai bawah unit Sylvia. Ia berbadan tinggi besar, pirang dan bola matanya berwarna biru, sama sepertiku. Hanya saja, rambutku tidak pirang seperti Marcus tetapi berwarna coklat gelap, mengikuti mamaku.

Aku menyukai warna mata Marcus. Keduanya terlihat sangat jernih, sewarna dengan langit di atas apartemen Sylvia pada pagi hari. Setiap kali melihat langit berwarna biru, aku langsung teringat bola matanya.

Marcus juga sangat baik dan perhatian padaku. Sylvia pernah bilang kalau Marcus menyukaiku. Aku tidak begitu memahami hal ini, apakah meminjami aku buku atau alat pemutar lagu, atau kadang-kadang ia memberiku sekotak coklat, artinya laki-laki itu menyukaiku?

Sore itu, Sylvia mengizinkan aku memasuki kamarnya untuk pertama kalinya. Sylvia pernah berpesan, aku dan mama boleh menjelajah dan membersihkan di setiap sudut ruangan, kecuali kamarnya.

Kamar Sylvia berisi selain buku yang berdiri teratur di rak, tongkat baseball serta bola basket, tidak banyak barang yang ada di kamar Sylvia. Tempat ini terlihat rapi, bersih serta wangi. Saat kutanya wangi apa dalam kamarnya, kata Sylvia wangi bunga magnolia.

Paling menarik perhatianku adalah dua buah laptop dengan layar berkedip yang ada di atas meja di sudut kamarnya. Aku dan mama tidak tahu apa persisnya pekerjaan Sylvia, kami juga terlalu takut untuk bertanya. Kalau Sylvia sudah berada di dalam kamarnya, mama sama sekali tak berani mengganggu walau hanya sekedar mengetuk pintu kamarnya.

"Ini pekerjaan jahat." Sylvia berkata muram pada dirinya sendiri ketika aku duduk di kursi memandang dua benda ajaib di depanku dengan bola mata berbinar. "Otakku dimanfaatkan oleh sekelompok orang jahat untuk mencuri uang dari orang-orang kaya di seluruh negeri yang mendapatkan kekayaannya dari hasil tindak kejahatan juga. Kamu bisa lihat? Ini adalah aliran rekening di mana uang busuk mereka disimpan, lalu uang tersebut akan dialirkan ke sini untuk dicuci."

Whoa! Sylvia pasti sangat pintar. Dia berhasil mencuri uang dari orang kaya lantas membagikan uangnya kepada orang miskin, seperti kami.

Aku berpaling dari layar laptop dan memandang Sylvia kagum.

"Nope. Aku bukan Robin Hood kalau itu yang ada di kepalamu sekarang. Aku orang jahat, Laura. Bisa sangat jahat. Aku tidak akan mengajarimu bagian ini. Okay?" Tegur Sylvia karena melihatku terkagum-kagum padanya. "Aku yakin sekali kalau kamu anak cerdas, kamu harus terus mencatat dan mengingat setiap pelajaran apapun yang aku berikan padamu. Di sini."

Sylvia menunjuk kepalaku. Aku langsung mengangguk antusias padanya. Tentu saja aku selalu mengingatnya!

"Ikut aku." Tiba-tiba Sylvia berdiri. Aku mengekor meski tak sepenuhnya mengerti maksudnya.

Kami sekarang ada di sudut lain kamarnya. Ia berlutut dan aku mengekor gerakannya lagi.

"Aku tak selamanya bisa menjagamu, begitu juga dengan mamamu. Mulai sekarang, tidak ada lagi Laura lemah dan penakut seperti Laura yang aku temukan beberapa bulan lalu. Kamu sekarang adalah Laura kuat serta pemberani, dan bisa melindungi dirimu sendiri. Mengerti?"

[ END ] Broken ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang