BAB 2

33.9K 3K 110
                                    

Haiii.. aku up date pagi-pagi..

Kukuruyuuukk... happy reading

===================


Aku meringkuk pada dinding kotor yang sudah terkelupas, terpojok menahan sakit. Dia memukuliku di mana-mana dengan benda apa saja yang bisa ia temukan. Bau napasnya campuran antara alkohol dan rokok basi membuatku selalu ingin muntah.

"Hentikan, Roman! Jangan sentuh anakku!" Aku mendengar raungan mamaku. Telingaku mendengar sebuah tamparan keras melayang di atas permukaan kulit.

Aku tahu, jahanam itu pasti yang melakukannya.

"Layani pelangganmu dengan baik, Jalang! Sebentar lagi mereka datang dan membawa banyak uang untuk kita! Atau aku akan memukuli anak perempuanmu yang tidak berguna ini. Jadi beban saja! Aku akan menjualnya pada siapa saja yang mau menerima."

"Bajingan kamu! Aku akan membunuhmu kalau kamu melakukannya!" Terdengar teriakan mamaku, kemudian aku mendengar suara kesakitan dan beberapa pukulan dari ruangan di sebelahku.

Dia pasti menyeret rambut mamaku ke sana, seperti yang biasa ia lakukan kepadaku.

Tanganku menutup kedua telingaku. Aku tidak mau melihat ataupun mendengar apapun, dan hanya ingin melarikan diri dari sakit dan rasa lapar yang teramat sangat. Aku mengisi kepalaku dengan hal-hal menyenangkan, seperti membayangkan benda-benda yang laki-laki itu gunakan untuk memukuliku berbalik mendarat ke tubuh besarnya. Dengan sangat keras dan kuat.

Aku tidak akan mati sekarang. Atau pun dalam waktu dekat ini. Tidak, sebelum waktu pembalasan itu tiba. Dalam mulut terkunci amat rapat, aku memantrai terus diriku.


~ xXx ~


Lari, Laura! Lari!

Jangan sampai dia menangkap kita!

Suara mamaku terengah-engah. Tangannya yang berkeringat menyeretku kencang. Napasku tersengal-sengal, sementara kaki kecilku terus mengimbangi langkahnya. Dadaku sakit rasanya nyaris mau meledak. Namun, tidak kupedulikan. Karena aku tahu, rasanya pasti tidak lebih sakit dari tangan kotor suami mamaku yang sudah memukuliku bertahun-tahun.


~ xXx ~


Aku terbangun, terengah-engah. Dadaku sesak, keringat membanjiri di mana-mana.

Ya Tuhan.

Kilasan-kilasan masa lalu itu selalu mengunjungiku dalam mimpi. Layaknya mata setan yang mengintai di kegelapan, mereka terus mengejarku dan tidak membiarkanku hidup tenang.

Aku mengusap wajah, mengundang kembali kewarasan masuk dalam pikiranku. Mataku melirik jam yang menancap pada dinding kamarku. Saat ini terlalu pagi untukku mandi, tetapi masih lebih baik daripada aku terus berdiam diri di atas ranjang dihantui mimpi-mimpi buruk itu.

Tubuhku beringsut lesu. Merapikan ranjangku sebentar, aku melangkah menuju dapur dan memasak air, sementara aku meninggalkannya untuk mandi.

Segelas susu coklat hangat selalu berhasil menaikkan mentalku. Menyelinapkan suatu kegembiraan setiap kali lidahku mencecapnya. Susu coklat hangat adalah minuman terenak pertama yang aku minum sejak kami melarikan diri dari rumah mengerikan itu.

Jangan berpikir ke sana, Laura!

Aku menyesap habis susu coklat hangatku dengan cepat, dan segera mencuci gelasnya. Lantas memeriksa ranselku sebelum berangkat. Satu set baju seragamku yang sudah bersih berada di dalam ranselku. Bergegas aku membawa ke atas rambut panjangku hingga membentuk sebuah kuncir, menggelung dan mengikatnya kuat. Mengenakan jaket hitam, aku menarik ujung ritsletingnya hingga menyentuh dagu. Terakhir aku menutup rapat kepalaku dengan tudungnya sebelum menyambar kunci chevy tuaku.

[ END ] Broken ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang