BAB 17

18.5K 2.4K 245
                                    

Hai bertemu kembali...

Sudah kangen belum?

Oh nggak ya.. oke deh ntar next part lebih lama lagi.. wwkwkw

Happy reading yaow..

=============


"Alexander?" Bisikku, terengah-engah. Seketika aku dibanjiri luapan emosi tak bernama yang mengundang tusukan-tusukan di sudut-sudut mataku. Kelopak mataku mengerjap cepat, menahan mereka agar tidak meluncur di sepanjang pipiku.

Kedua lengan Alexander terentang, dan langsung membungkusku dengan erat.

"Laura. Ya Tuhan, aku lega sekali."

Alexander menekan lembut kepalaku agar melekat di dadanya, sedangkan aku melingkarkan lenganku di sepanjang perutnya. Rasa nyaman perlahan mengalir melalui pembuluh darahku.

Kelopak mataku terpejam, menyerap manisnya aroma woody dan citrus segar yang membelai hidungku. Aku meleleh dalam dekapannya.

Kami berdiri saling memeluk untuk beberapa saat, hingga suara Tuan Bayarev berdeham dan memecahkan gelembung yang menyelubungi kami berdua.

"Maafkan aku, Alexander. Aku harus pulang segera karena istriku sudah menunggu sedari tadi." Ujar pengacara tersebut dengan tak nyaman.

Alexander segera membebaskan lengannya, tetapi satu tangannya masih melingkar di atas bahuku. Ia mengulurkan tangannya ke arah Tuan Bayarev.

"Maaf, Bayarev. Kami terlalu gembira." Alexander berpaling padaku sekilas seraya mengelus lenganku lembut. "Terima kasih bantuanmu karena sudah membebaskan Laura."

"Terima kasih, Tuan Bayarev." Aku juga ingin mengucapkan terima kasihku kepadanya.

"Tentu, Laura. Alexander." Tuan Bayarev tersenyum padaku, sebelum berpaling ke arah Alexander. "Mengenai pembicaraan kita tadi, kamu masih berhutang penjelasan padaku, Alexander."

"Tentu. Aku akan mengingatnya. Sampai jumpa lagi, Bayarev."

Tuan Bayarev melambai kecil ke arah kami. Tubuhnya menghilang bersama dengan sebuah sedan putih mewah yang membawanya pergi.

Alexander menghela tanganku yang ada dalam genggaman tangannya. Kami menuju range rover miliknya di mana Reno sudah berdiri menunggu di sampingnya.

"Untuk sementara waktu kamu tinggal di tempatku, Laura." Ujar Alexander.

"Sampai kapan? Malam ini saja, bukan?" Tanyaku memastikan. Aku tidak membawa apapun dari rumah, bahkan pakaian dalampun aku tak punya sekarang.

"Sampai aku menyatakan kamu bisa pulang." Tandas Alexander. Pelan, tegas dan tak terbantahkan.

Aku mengurungkan niat membuka mulutku kembali. Alexander sudah menyelamatkan hidupku dengan membayar sejumlah uang jaminan dan memberiku alibi kalau pada malam pembunuhan Billy, aku tengah bersama dia. Selayaknya aku menutup mulutku sekarang.

Meski aku tak yakin apakah malam itu aku bertemu dengannya? Aku berusaha menggali ingatanku, dan selalu berakhir di satu titik. Malam itu aku menghentikan chevy dan istirahat. Itu saja.

Tuhan. Aku tak ingin memikirkan apa-apa lagi, apalagi dalam kondisi kepalaku ditindih oleh berton-ton batu seperti sekarang.

"Selamat malam, Nona Laura." Suara datar Reno menyapaku. Ia melebarkan pintu range rover untukku.

"Malam, Tt.. Reno. Terima kasih." Aku merangkak masuk diikuti oleh Alexander.

Reno menutup pintunya untuk kami sebelum duduk di belakang kemudi. Perlahan roda range rover menggilas jalanan aspal dan meninggalkan kantor polisi.

[ END ] Broken ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang