BAB 15

18.7K 2.1K 95
                                    

~ Happy reading ~

=================

Aku kelelahan, kepalaku berat dan aku harus bertempur melawan kantuk yang menyerangku. Sepanjang malam beberapa kali aku terjaga, dipenuhi keringat, gemetaran dan ketakutan. Mimpiku terpotong-potong, diisi oleh bayangan Billy atau gambaran dari masa lalu yang samar tetapi seperti hendak datang untuk mencekikku.

Hingga pagi ini saat memaksa kedua kakiku turun dari tempat tidur, gelisah sudah membungkusku seperti kabut gelap. Seluruh otot di tubuhku memancar kewaspadaan. Aku harus memastikan seluruh ruangan dan sudut-sudut apartemenku dalam keadaan aman. Mengecek tidak ada benda-benda yang berpindah tempat, atau lubang kunci yang rusak__semalam pun pintu dan lubang kuncinya tidak dalam kondisi rusak.

Aku dibuat tidak mengerti. Situasinya benar-benar menguras energiku.

Aku melakukan aktivitas pagiku dengan cepat. Terakhir, aku membawa kedua kakiku berkeliling di setiap ruang apartemen untuk meyakinkan diriku kembali sebelum aku pergi bekerja. Meski sebenarnya hatiku tidak benar-benar menjadi tenang.

Aku berpapasan dengan Janet di lantai dua. Mulutku sedang tidak berniat untuk menyapanya, begitupun dengan dirinya. Kekasih Billy tersebut hanya memandangku penuh kebencian lantas mendengus tajam. Ia langsung membuang muka dariku saat kami berlintasan.

Kupikir lebih baik bertemu Janet daripada Billy, karena masalahnya bisa menjadi lebih rumit.


~oOo~


Tidak seperti kemarin, aku tiba di tempat kerjaku dengan membawa seringai bahagia. Hari ini wajahku kaku dan tegang. Tidak hanya wajahku, tetapi kurasakan di seluruh tubuh.

Awalnya tadi pagi sebelum aku meliukkan badan memasuki chevy, aku sudah mengamati sekitarku sekilas. Sedikit menarik napas lega, sedan coklat tua tersebut sudah menghilang dari tempatnya semalam.

Berharap setidaknya aku bisa mencoret sedan coklat tua dari daftar masalahku.

Namun, kelegaanku tidak berlangsung lama. Belum selesai roda chevy melewati satu blok, ekor mataku sudah menangkap keberadaan sedan coklat tua lagi. Terselip__atau bersembunyi?__di antara tembok-tembok apartemen.

Sial. Tubuhku kembali gemetar. Jemariku mencengkeram setiran chevy semakin kencang. Telapak tanganku berkeringat.

Situasinya memaksaku harus berdiam diri sejenak di dalam chevy begitu roda mobilnya berhenti di parkir basement empat rumah sakit. Aku harus memastikan tidak diikuti oleh sedan coklat tua tadi hingga tiba di tempat ini.

Jangan-jangan sedan coklat tua itu sudah mengikutiku sejak lama, tetapi aku tidak menyadarinya. Bulu-bulu di sekujur tubuhku mendadak meremang dengan sendirinya.

Cukup melegakan__untuk saat ini. Aku tidak menemukan hantu berwujud sedan coklat tua di tempat ini.

Tenang, Laura. Dia tidak sedang mengawasi . Ini hanya kebetulan.

Kebetulan!

Sejak kakiku menjejak tanah, aku terus menjejalkan dengan paksa pemikiran ini dalam otakku, hingga sepanjang hari ini.


~oOo~


Pukul dua belas siang Alexander mengirimkan pesan melalui ponselku kalau sore ini ia sudah tiba di New York dan ingin bertemu denganku. Aku merasa kondisiku sedang tidak stabil, seharian aku gemetaran di tempat kerja dan mudah terlonjak dari kakiku hanya karena hal-hal sepele saja. Aku merasa seseorang mengawasiku di mana-mana.

[ END ] Broken ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang