Salah Paham

50 16 0
                                    

"Jangan terburu-buru, Visca. Aku, aku ke sana sekarang. Jangan lakukan apapun sebelum aku sampai di sana. Ingat jangan gegabah dulu!" peringatkan Radit.

"Buruan, Dit. Aku melihat seseorang mendatangi El. Seorang perempuan, tapi bukan Madelyn. Aku curiga dia korban El selanjutnya," ujar Visca.

"Hmm... Kamu tetap awasi saja mereka. Jangan bertindak sebelum aku tiba," perintah Radit.

"Ya, makanya buruan. Keburu mereka pergi nanti," minta Visca.

"Ok. Tunggu saja," ucap Radit.

Setelah menutup panggilan dari Visca, Radit langsung melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimana Visca berada. Di dalam benaknya, Radit mengingat omongan Marina siang tadi bahwa dia dan El akan berkencan malam ini. Itu artinya orang yang sedang diawasi Visca adalah El dan Marina.

Radit tiba di Taman Fatahillah. Meski Visca memberitahu padanya untuk ke Kota Tua, ia tahu yang dimaksud Visca adalah Taman Fatahillah. Orang-orang seringkali salah kira jika Kota Tua adalah Taman Fatahillah, padahal taman tersebut hanya bagian dari Pinangsia, sedangkan Kota Tua meliputi Pinangsia, Tamansari, Glodok, Tambora, dan Penjaringan.

Kembali ke cerita, Radit melihat El dan Marina dari kejauhan dengan jelas, sedangkan ia tidak melihat keberadaan Visca. Setelah beberapa saat mencari, Radit menyadari ada seorang wanita yang memakai topi dan kacamata. Ia langsung menyimpulkan Visca menggunakan penyamaran ketimbang persembunyian. Radit mendekat dan menaruh tangan kanannya di bahu kiri wanita tersebut. Setelah berbalik dan melepas kacamatanya, Radit baru sadar ternyata wanita tadi bukanlah Visca. Radit mendadak tengsin sendiri.

Karena Radit tidak menemukan Visca, ia memutuskan untuk meneleponnya. "Vis, kamu dimana?"

"Maaf, maaf, aku sudah tidak tahan. Aku harus ke kamar mandi dulu. Kalau aku tetap diam di situ, yang ada bocor nanti," ujar Visca.

"Kamu angkat telepon di toilet? Pertama, banyak kuman dan bakteri. Kedua, orang lain bisa mendengarmu." respon Radit.

"Lagian kamu teleponnya pas aku lagi di toilet," komentar Visca.

"Memangnya dari mana aku bisa tahu kamu ada di toilet? Sekalipun kamu kasih koordinat, tetap saja bagaimana aku tahu ada di toilet wanita." komentar Radit balik.

"Andai saja bisa kutelepon video, kamu pasti tahu," balas Visca dengan pura-pura polos.

"Tidak usah, terima kasih," tolak Radit.

"Dokter Radit!" teriak seseorang yang melihat keberadaan Radit di taman tersebut.

"Ada yang mengenalimu?" tanya Visca.

***

Radit secara refleks menutup panggilan telepon dengan Visca sebelum sempat menjawab pertanyaan Visca.

"Hei, Mar. Kamu di sini juga," sapa Radit pada Marina yang menghampirinya.

"Lho, aku 'kan tadi siang cerita kalau aku ada kencan malam ini. Tempat ini sudah jadi tempat wajib untuk kencan kami. Oh ya, ini Nino, pacarku. Nino, ini Dokter Radit, teman di tempat kerjaku," jelas Marina.

"Teman curhat, lebih tepatnya," ucap Radit untuk mencairkan suasana, padahal dalam hati ia merasa bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini.

Nino menjulurkan tangannya kepada Radit, Radit pun membalas dengan menjabat tangan Nino. "El Nino, panggil saja El. Yang boleh memanggilku Nino hanya Marina, karena itu panggilan sayang darinya."

Visca spontan menyahut, "Apaan sih?"

"Yang penting 'kan yang memanggil orang tersayang," rayu El.

Komplikasi KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang