Visca mempunyai cara. Cara untuk menghentikan segala kekacauan yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak senang dengan keberadaannya di dunia. Mereka yang gagal menghentikan Visca selama ini telah salah memilih wanita untuk mereka hadapi. Visca mempunyai kesempatan. Kesempatan untuk melawan balik dan ia pastikan dirinya akan menang.
Visca tidak berencana untuk melibatkan Radit dalam endgame yang ia rencanakan. Sebesar apapun niat Radit untuk membantu Visca. Seusai Visca dan Radit pergi ke kantor ayah dan makam ibunya, Visca meminta untuk kembali ke rumahnya. Sesampainya di sana, Visca meminta Radit pulang. Visca ingin masing-masing dari mereka mengambil waktu untuk sendiri. Mereka berdua baru saja mendapat informasi yang sulit untuk mereka bayangkan sebelumnya. Terungkap bahasa ibu kandung Visca dan Radit sama-sama pernah menjadi wanita yang terpilih.
Visca mendapati Mama dan Robbie sudah kembali ke rumah setelah berjalan-jalan berdua. Visca lagi-lagi teringat ibu kandungnya sambil melihat Mama yang merupakan ibu tirinya. Visca tidak ingin menyia-nyiakan waktu lebih lama lagi untuk menyampaikan rasa sayang dan terima kasih Visca kepada Mama. Visca berlari kecil sambil mengeluarkan air mata, kemudian memeluk Mama.
"Ma, Visca minta maaf. Selama ini sudah sering merepotkan, meremehkan, dan merendahkan Mama," ujar Visca kepada Mama. "Visca tidak peduli anak kandung atau anak angkat, Visca janji mulai saat ini akan selalu sayang sama Mama."
"Mama juga tidak peduli semua syarat itu. Yang Mama pedulikan sekarang, kamu putri Mama satu-satunya yang akan selalu Mama sayangi apapun situasinya," balas Mama kepada Visca.
"Terima kasih, Ma," ucap Visca.
"Sama-sama, Visca. Kamu juga seorang ibu sekarang. Kamu harus memberi semua yang terbaik untuk Robbie," nasihat Mama.
"Pasti, Ma. Pasti," yakin Visca dengan mantap.
"Bicara tentang Robbie, dia tadi minta dibelikan permen kapas di ujung jalan. Sepanjang jalan pulang, dia makan sampai habis. Dia seperti bundanya yang suka makan makanan manis," cerita Mama tentang Robbie.
"Robbie suka permen kapas?" tanya Visca.
"It's pink. It's sweet," respon Robbie.
"Jangan banyak-banyak ya. Nanti sakit gigi," nasihat Visca.
"Ya, Bunda," angguk Robbie.
Visca kembali berbicara kepada Mama, "Visca ingin jadi ibu yang baik seperti Mama, seperti Bunda. Tadi Visca dari makam Bunda. Berdoa dan berharap Bunda bahagia di alam mana pun sekarang ia berada. Berdoa dan berharap Visca bisa membahagiakan Robbie seperti dulu Bunda membahagiakan Visca."
"Kamu pasti bisa, Visca," semangat Mama.
"Mama mungkin tidak kenal Bunda semasa hidupnya, tapi dia orang yang baik. Kehilangan Bunda sempat membuat Visca terpuruk dan rapuh. Sampai membutakan Visca untuk menerima Mama yang sama baiknya dengan Bunda," sesal Visca.
"Dunia bekerja secara misterius. Kadang dunia memberimu cobaan, kadang dunia memberimu capaian. Namun, dunia terus berputar, meninggalkan yang lama dan memulai yang baru. Caramu menanggapinya menggambarkan duniamu hari ini," petuah Mama.
"Mama bisa puitis juga ya?" canda Visca memecah suasana.
"Begini-begini, Mama dulu juara membaca puisi satu sekolah asal kamu tahu," tanggap Mama.
"Wah, boleh kapan-kapan kita buat dramatisasi puisi. Aku bagian pertunjukan dramanya, Mama bagian baca puisinya," usul Visca.
"Awas, nanti kamu kalah pamor satu panggung sama Mama," gurau Mama.
Visca senang, walau tidak ada Bunda yang bisa ia ajak bicara, namun ada Mama yang senantiasa menemani Visca di kala senang maupun susah. Visca tak habis pikir, kenapa dunia masih ingin merampas kebahagiaan yang ia peroleh sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplikasi Kehidupan
Fiksi UmumRadit, seorang dokter di sebuah rumah sakit umum, tidak menduga akan kehadiran pasien bernama Visca, seorang gadis yang gagal melakukan percobaan bunuh diri. Radit berusaha meyakinkan Visca bahwa hidup layak untuk dijalani apabila seseorang menemuka...