Satu Kenaifan

46 16 4
                                    

Visca dan Radit sama-sama terkejut. Melihat kebingungan mereka, Madelyn langsung menjelaskan, "Kita semua tahu kamu akan mencari El saat kamu tidak bisa menemukanku. El sengaja memberitahu tempat ini agar kita semua bisa berkumpul di satu tempat dimana kita bisa menyelesaikan masalah kita."

"Kalian merencanakan ini?" tanya Radit.

"Dokter, biar saya yang menjelaskan semuanya," ujar El. "Visca, apa kamu ingat? Karenamu dulu aku tidak lagi mencandu miras dan obat-obatan terlarang. Meski begitu, seperti yang kita tahu, kita kecanduan satu sama lain. Aku tahu insiden yang terjadi padamu, memang salahku. Karena sikap pengecutku, anak kita jadi korbannya. Aku frustrasi, seketika itu juga aku kembali ke dunia miras dan obat-obatan terlarang. Suatu hari aku meminum miras oplosan dan akibatnya aku dilarikan ke rumah sakit. Marina adalah perawat yang merawatku waktu itu dan berhasil membuatku kembali ke jalan yang benar, bahkan ia membuatku sadar akan batasanku sebagai pasangannya. Untukmu Visca, sebagai tanda permintaan maaf dan ucapan terima kasih, aku meminta Madelyn mendampingi seperti yang dilakukan Marina padaku. Tak kusangka kalian jatuh cinta satu sama lain. Meski tidak lazim, aku turut senang untuk kalian. Tenyata orang tuamu tidak setuju dan kamu frustrasi seperti yang kualami dulu. Bedanya aku ada Marina yang membimbingku, sedangkan kamu sendirian, itu yang membuatmu coba bunuh diri. Aku meminta Madelyn untuk tidak menyerah, namun Madelyn belum sanggup, dan aku pun tidak bisa memaksanya. Ternyata takdir berkata lain, orang yang membantumu bukan Madelyn tapi Dokter Radit. Persis seperti aku dan Marina."

Visca tak mampu berkata-kata lagi. Visca yang tadinya beradu argumen dengan Madelyn mendadak bisu setelah mendengar penjelasan dari El. Bahkan melihat semua orang yang ada di sini sekarang membuat Visca mematung karena situasi ini sama sekali tidak diduga oleh Visca.

"Mar, jadi selama ini Nino adalah pasien yang pernah kamu tangani? Dan juga ketika Visca datang, kamu tahu dia adalah mantan pacar dari pacarmu yang sekarang? Wow, untuk orang yang selalu curhat padaku soal segala sesuatu, banyak hal yang ternyata tidak kamu ceritakan padaku," kata Radit heran sekaligus takjub.

"Maafkan aku. Aku selalu cemburu ketika Nino sedang membicarakan Visca. Beberapa hari sebelum Visca dirawat di rumah sakit, Nino semakin sering membahas Visca dengan pacar barunya Madelyn, namun aku masih mengira Nino punya perasaan pada Visca. Dia terus meyakinkanku, dia bahkan membuat tato namaku di tubuhnya. Sampai akhirnya Visca tiba, Nino menyuruhku tidak memberitahu agar Dokter Radit dengan sendirinya ingin membantu Visca," papar Marina.

"Jadi, setelah Visca berada di rumah sakit, Marina, El, dan Madelyn merencanakan ini semua?" pastikan Radit.

"Maafkan kami karena melakukan ini, Visca. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kami senang kamu selamat dan kami ingin kamu bisa menjalani kehidupanmu seperti sediakala," tutur Madelyn. "Visca, berbicaralah sesuatu."

"Kehidupanku sebelumnya bersamamu, Madelyn," ucap Visca.

"Bukan itu yang aku maksud. Kehidupan jauh sebelum aku, sebelum El. Kehidupan dimana kamu tidak perlu memikirkan orang lain, hanya dirimu sendiri," terang Madelyn.

Visca kembali tak bisa berkata-kata. Perasaan Visca yang campur aduk membuatnya tak berkutik. Nyatanya, serangkaian perasaan itu menjadi satu dan menyebabkan perasaan tunggal yang memuncak. Visca mulai meneteskan air mata.

"Vis, jangan menangis," bujuk Madelyn.

"Tidak. Biarkan Visca menangis. Terkadang tangis adalah cara seseorang untuk menerima sesuatu," saran Radit.

***

Setelah Visca mulai tenang, Radit meminjamkan sapu tangannya untuk menghapus air mata Visca. Visca pun berkata, "Maafkan perbuatan naifku. Aku tidak sadar bahwa masih ada yang mempedulikanku, meski tanpa aku sadari."

Komplikasi KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang