Ide yang gila, liar, bahkan tak masuk akal. Mana ada gerangan yang ingin membuat film pendek hanya dalam beberapa hari untuk ditayangkan pada pemutaran perdana suatu film besar. Tak pernah terpikir oleh siapapun, kecuali Visca. Jelas bagi seorang produser seperti El mempertanyakan dan meragukan usulan Visca ini. Namun, Visca telah mantap dengan apa yang dia rencanakan.
"Hei, El. Bagaimana perkembangannya?" cecar Visca langsung pada inti pembicaraan mereka.
"Video-video yang kamu minta sudah aku dapat dari media, izin juga sudah aman. Orang-orang yang bakal mengurus edit audio dan video sudah bersedia, walau mereka minta bayaran lebih," beber El.
"Tidak masalah, semua biaya untuk film pendek ini aku yang tanggung," ujar Visca.
"Baiklah. Siang ini jam 11 kita ambil gambar untuk dokumenter itu sekaligus pemotretan untuk media promosi. Tempatnya nanti aku kirim koordinatnya," informasikan El.
"Siap, nanti aku ke sana," sanggup Visca. "El?"
"Ya? Apa ada yang terlewat?" tanya El.
"Tidak. Hanya ingin berterima kasih," ucap Visca.
"Aku senang bisa membantumu," balas El. "Sudah dulu ya, aku mau siap-siap ke set. Peluk cium untuk Robbie. Dah, Vis."
Visca membalas, "Dah, El." Kemudian, Visca menutup teleponnya.
"Barusan Mama tidak sengaja dengar. Itu tadi El ya?" kejut Mama.
"Oh ya. Kami ada janji nanti siang," ungkap Visca.
"Kalian mau ajak Robbie ke mana?" tanya Mama.
"Ah, soal itu. Aku mau titip Robbie, Ma. Aku dan El ada urusan kerjaan," mohon Visca.
"Begitu rupanya, Mama pikir ada yang cinta lama bersemi kembali," goda Mama.
"Apa sih, Ma. Tapi Mama bisa kan?" pastikan Visca.
"Mama sih bisa. Tapi Robbie belum tentu mau ditinggal. Dia merenggek terus di kamar, katanya mau main ke panti," kata Mama.
"Robbie bilang begitu? Tumben," heran Visca.
Kring... Kring...
"Ada panggilan masuk lagi," bahas Visca. "Halo, dengan siapa ya?"
"Hei, Visca. Ini Vishanti," sapa Shanti.
"Vishanti?" gumam Visca.
"Shanti, Gals & Pals," jelas Shanti.
"Oh, Shanti. Maaf-maaf. Aku sampai tidak mengenalimu," ingat Visca. "Pasti dapat nomorku dari Madelyn ya?"
"Begitulah. Apa aku mengganggu?" tanya Shanti.
"Tidak, tidak. Aku lagi santai kok. Bukannya kamu ya yang lagi kerja?" balik Visca.
"Tepat, aku sedang menjalankan pekerjaanku. Jadi begini, Visca. Atasanku ingin aku membuat satu artikel eksklusif tentang kamu," jelas Shanti.
"Kalau ini soal pekerjaan harusnya berurusan dengan manajerku dong," gurau Visca.
"Kalau langsung ke kamu kan bisa dapat harga teman," canda Shanti balik.
"Boleh, boleh, Shan. Aku juga lagi butuh publisitas untuk filmku nanti," ujar Visca.
"Gals & Pals saling membantu satu sama lain," ujar Shanti.
"Itu terdengar seperti motto yang bagus untuk geng kita," bahas Visca.
"Barusan aku asal bicara. Tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga. Nanti kita kasih tahu yang lain," akui Shanti. "Oh ya, bisa bertemu kapan untuk agenda kita ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplikasi Kehidupan
Fiksi UmumRadit, seorang dokter di sebuah rumah sakit umum, tidak menduga akan kehadiran pasien bernama Visca, seorang gadis yang gagal melakukan percobaan bunuh diri. Radit berusaha meyakinkan Visca bahwa hidup layak untuk dijalani apabila seseorang menemuka...