Pergi Jauh

26 4 0
                                    

Pagi hari, Radit bersiap untuk memulai hari. Entah apa yang dipikirkannya, namun ia merasakan firasat yang tidak enak tentang hari ini. Radit menolak segala pikiran buruknya itu, karena ia harus membawa pikiran-pikiran baik ketika berhadapan dengan para pasiennya nanti.

Untuk menyegarkan pikirannya, Radit memutuskan berangkat lebih awal untuk menyempatkan diri menghampiri rumah Shanti. Radit selalu senang merusuh di kediaman Shanti itu, sebab segala pikiran yang ada di benaknya akan terlupakan sejenak. Radit mengingat kalau sekarang Shanti tidak sendiri. Ia sendiri yang menyarankan Madelyn untuk menginap di rumah Shanti untuk beberapa waktu.

Ting. Tong.

"Oh, hai, Madelyn. Aku hanya sekadar mampir. Boleh aku masuk?" ucap Radit.

"Silahkan, Dok," persilahkan Madelyn dengan sopan.

Radit masuk ke rumah Shanti. Butuh waktu beberapa detik sampai Radit tahu bahwa Shanti sedang berbaring di sofa ruang tamu.

"Wah, wah. Shanti lagi santai ya?" sindir Radit.

"Eh, Dit, datang tidak bilang," sanggah Shanti. "Tapi kebetulan juga."

"Kebetulan apa?" tanya Radit.

"Itu. Madelyn lagi buat sarapan. Katanya dia juga buatkan untukmu. Baguslah kalau kamu di sini, dia tidak harus mengantar ke rumah sakit," jelas Shanti.

"Benar ya?" tanya Radit kali ini pada Madelyn.

"Ya, Dok. Sesuai permintaan yang kemarin," benar Madelyn.

"Wah, jadi repot-repot," sungkan Radit.

"Kan kamu yang minta, ya kamu juga merepotkan dia," sindir Shanti.

"Ikut campur saja ini, Nenek Sandal," ketus Radit.

"Mulai mengejek ya! Kemarin saja memanggilku Sunshine," kesal Shanti.

"Kalian begitu akrab ya? Mengapa tidak pacaran saja?" sela Madelyn.

Radit tertawa, Visca terbangun. Visca menjelaskan kembali, "Kemarin kan aku sudah cerita soal ini."

"Aku hanya ingin mendengar versi Dokter Radit, kalau berkenan," mohon Madelyn.

"Kemarin Visca penasaran hubunganku dengan Ayu, sekarang kamu penasaran hubunganku dengan Shanti. Kalian berdua sama-sama tanpa basa-basi ya, saat bertanya," bahas Radit.

"Kalau tidak berkenan-" ucap Madelyn langsung dipotong Radit.

"Tidak apa. Tidak ada yang perlu ditutupi," ujar Radit. "Dulu Shanti itu gadis paling populer di sekolah. Hampir semua siswa menaksir dirinya. Tapi, tidak ada yang berani mendekatinya, karena mereka mengira aku pacarnya. Ya, aku dan Shanti memang dekat, tapi pada dasarnya karena kita ini punya ikatan yang lebih dari pacaran, namanya persahabatan," terang Radit.

"Itulah Radit, dengan segala kebijaksanaan dan kewibawaannya," puji Shanti.

"Baru kali ini aku melihat pria dan wanita yang dekat tanpa ada rasa ingin memiliki," takjub Madelyn.

"Ikatan kami didasarkan saling mengerti, bukan saling memiliki. Kami mungkin tidak sedarah, tapi kami searah. Sejauh apapun kami pergi, pasti akan kembali. Itu yang membedakan sahabat dan teman biasa," ceramah Radit.

"Setuju, Bang Radit Dika," ujar Shanti.

"Dikata pelawak aku," ujar Radit.

"Masih mending daripada Nenek Sandal," singgung Shanti.

"Ok, I'm sorry," pinta Radit.

"Me too," balas Shanti.

"Wow, persahabatan sejati. Berharap bisa seperti itu," respon Madelyn.

Komplikasi KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang