Di siang yang cerah ini, Jeno berjalan santai menuju minimarket untuk membeli camilannya yang habis dimakan oleh kedua kakaknya yang menonton film tanpa mengajaknya. Mohon ditebali dan di garis bawahi, TANPA MENGAJAKNYA.
Mengingat itu membuat Jeno mendengus sebal. Nonton gak ngajak, makanan Jeno pula yang dimakan.
"Hai, Jeno!" Seseorang menyapa Jeno. Laki-laki itu pun menengok dan melihat Heejin yang berada disampingnya.
"Eh, Hai." Jeno balik menyapa dengan senyuman kecilnya.
"Mau kemana, Jen?" tanya Heejin menyamakan langkah nya dengan Jeno.
"Oh, mau ke minimarket. Lu sendiri ngapain disini?" jawab dan tanya Jeno balik.
"Sama dong? Mau kesana juga, hehehe," balas Heejin dengan cengirannya. Jeno pun hanya membalasnya dengan kekehan saja.
"Eh, emang rumah lu deket daerah sini?" tanya Jeno bingung. Ya karena selama 18 tahun hidup di komplek Sooman, gak pernah dia ngeliat Heejin.
"O-oh? Temen aku ada tinggal disini!" jawab Heejin panik dan sedikit berteriak yang membuat Jeno tertawa.
"Hahahaha, santai aja napa, Neng," balas Jeno yang membuat Heejin tersipu malu.
Setelahnya mereka hanya diam, memfokuskan diri masing-masing. Heejin yang entah sedang berpikir apa dan Jeno yang mempersiapkan dirinya untuk menanyakan sesuatu. Tapi tidak jadi, ia terlalu canggung untuk menanyakan perihal tentang pengagum rahasia.
Saat sudah sampai di Indomaret, mereka berdua pun masuk dan berpencar untuk mengambil belanjaan masing-masing.
Jeno pergi ke bagian makanan ringan, ia ingin membeli makanannya yang habis dimakan oleh Mbak dan Teteh nya.
Astaga, jika diingat hanya membuat Jeno kesal saja dan tanpa sadar meremas bungkusan chiki yang ia pegang.
"Heh, itu kalau makanan cuman buat diremes doang, mending buat gua!" celetuk seseorang yang membuat Jeno terkejut dan reflek membalikan badannya.
"Dih, ngapain lu disini?" tanya Jeno heran saat melihat Siyeon yang memandangnya dengan tatapan sebal, mungkin. Kalau diingat-ingat, Siyeon memang selalu menatapnya tajam, entah mengapa.
"Sapa lu nanya-nanya gue? Lagian emang ini indomaret punya nenek moyang lo? Terserah gue juga lah mau ngapain disini!" jawab Siyeon nyolot lalu merebut makanan yang Jeno pegang.
"Lo kalau gak mau chikinya, buat gue aja udeh!" Siyeon langsung berjalan tanpa menunggu jawaban dari Jeno.
"Jawaban dari Heejin sama Siyeon beda jauh banget asli," ucap Jeno dalam hati penuh kesal.
"Apa-apaan lu, Lampir," ucap Jeno tak terima lalu menarik rambut Siyeon saat si gadis sudah ingin kabur.
Siyeon mengaduh kencang saat rambutnya ditarik dengan kencang, setres Jeno!
"Adaw, anjir! Enteng banget tuh tangan!" kesal Siyeon lalu memukul bahu Jeno kencang yang membuat Jeno teriak.
"Lagian itu chiki gua, sialan!" ucap Jeno lalu merebut kembali makanannya.
"APAAN SIH! MAS, TOLONGIN SAYA INI! SAYA DI SIKSA SAMA COWOK INI, MAS. HUHUHU!" Siyeon reflek berteriak saat melihat mas-mas indomaret lewat.
Jeno yang panik pun langsung melepaskan jambakan Siyeon dan diganti menjadi mengelus-elus rambut gadis itu sembari tertawa canggung.
"Loh, gak disiksa kok, Mbak. Itu pacarnya lagi elus-elus rambut Mbak," ucap Mas Indomaretnya lalu pergi meninggalkan Siyeon yang menatapnya tak percaya dan Jeno menghembuskan nafasnya lega.
"Mas, loh. Kok saya di tinggal sih?" tanya Siyeon heran lalu berniat untuk menyusul Mas Indomaret. Tapi baru beberapa langkah, tangannya sudah di tarik oleh Jeno. Untung saja bukan rambutnya lagi.
"Kenapa sih?" tanya Siyeon kesal. Ia memegang dadanya yang berdetak tak normal, berusaha menyembunyikannya wajahnya yang memerah, dah menahan senyuman bahagianya.
"Ngapain sih ngikutin mas-mas nya? Mending sama gua," ajak Jeno yang membuat Siyeon berlagak seperti ingin muntah.
"Sama lu ngapain emang?" Jeno pun berpikir lalu menjentikkan jarinya.
"Kemarin Mbak ama Teteh gua nonton film, tapi gak ngajakin gua," ujar Jeno menggantungkan ceritanya.
Siyeon mengangkat sebelah alisnya, meminta Jeno untuk melanjutkan ucapannya. Terlalu malas membuka suara atau mungkin takut gelagapan.
"Nonton film bareng gua aja yuk? Sekarang mah beli cemilannya aja dulu. Mau kan? Ya pasti maulah." Tanpa menunggu jawaban Siyeon, Jeno pun langsung menggenggam tangan gadis itu untuk membantunya memilih cemilan.
Setelah membeli banyak cemilan yang sampai terisi 2 keranjang penuh, Jeno dan Siyeon pun berjalan menuju kasir untuk membayar, ya kali main bawa keluar aja.
"Semuanya menjadi Rp. 244.000, Kak," ujar sang Mbak kasir yang membuat Siyeon ternganga.
"Mahal amat anjir," gumam Siyeon yang ternyata terdengar oleh Jeno.
Jeno pun terkekeh mendengar gumaman Siyeon, "Ini masih mending. Belum Mbak sama Teteh ikut, bisa lebih dari ini." Ucapnya yang membuat Siyeon semakin ternganga.
"Nih, Kak. Kembaliannya tolong sumbangin aja ke masjid yang mau di bikin. Makasih, Kak." Setelah memberi uang lebih ke Mbak Kasir, Jeno pun mengambil belanjaannya dan menggandeng tangan Siyeon agar gadis itu tak kabur.
"ANJINGGG!" Jeritan senang hati seseorang.
💌💌💌💌💌
"Bundaa, Nono pulang," salam Jeno saat sampai dirumahnya, dan diikuti oleh Siyeon.
Eh, sebentar. Apa kata Jeno tadi? Nono?
"Pftt." Siyeon menahan tawanya dan membuat Jeno mendengus kesal.
"Gosah ditahan gitu kali," ujar Jeno lalu menoyor jidat Siyeon yang hanya dibalas umpatan kecil oleh Siyeon.
"Nono, lama banget kamu— Eh, siapa ini? Cantik banget." Dari dalam datang seorang wanita paruh baya yang Siyeon yakini Ibunda Mertua, eh maksdunya Ibunda Jeno.
"Halo, Tante." Siyeon membungkukkan badannya melihat Ibunda Jeno.
"Panggil Bunda Fany aja!" seru Tiffany riang.
"Ini tumben banget kamu bawa main temen perempuan kamu?" tanya Tiffany bingung sembari mengusap lembut kepala Jeno.
"Gak sengaja ketemu di indomaret, Nda. Nono bosen main sama cecurut, jadi Nono ajak Siyeon aja buat nonton film bareng," jawab Jeno yang dibalas anggukan mengerti oleh Tiffany.
"Ya udah, ke kamar sana. Perlu Bunda bawain makanan gak?" tawar Tiffany yang dibalas gelengan oleh Jeno dan Siyeon.
"Gak usah, Ndaa. Nono ama Siyeon udah beli makanan, hehehe," balas Jeno lalu menunjukkan belanjaannya, Tiffany pun hanya terkekeh pelan saja.
"Ok, gih sana ke kamar kamu. Pintunya jangan ditutup, apalagi dikunci, oke?" Tiffany memperingati yang dibalas anggukan paham oleh mereka berdua.
Jeno dan Siyeon pun berjalan menuju kamar Jeno yang berada di lantai 2. Namun saat ditangga, mereka berpas-pasan dengan Kakaknya Jeno.
"Walah, udah punya cewek kamu, No?" Tanya Kakaknya memasang muka tengilnya.
"Apasih, Mbak Jen? Udah ah sana!" geram Jeno lalu menarik tangan Siyeon untuk masuk ke kamarnya.
Bagaimana perasaan Siyeon? JANGAN TANYA DIA!
DIA LAGI NAHAN TANGIS SAKING BAHAGIA NYA!"Pake adat apa ya kira-kira?" Kira-kira begitulah apa yang ada dipikiran Siyeon sekarang.
to be continued.
mohon dimaafkan bila ada kesalahan kata.
jangan lupa klik tombol bintang dan komen, terimakasih sudah membaca cerita nojaem 🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER
FanfictionJefan Nicolas Faresta, cowok dengan panggilan Jeno. Cowok garing yang selalu dapat surat setiap pagi di meja belajar sekolahnya. Menjalani hari seperti anak-anak remaja biasa itu adalah rencana Jeno. Namun, mendapatkan surat setiap pagi itu diluar r...