Siyeon hari ini berada di rumah, tidak sekolah. Kenapa? Karena masih sakit. Ternyata istirahat di UKS sekolah saja tak cukup. Bahkan saat pulang sekolah dan diperiksa kembali oleh anak PMR demamnya itu bukan turun melainkan naik menjadi 42 derajat, padahal saat itu Siyeon bener-bener istirahat dan tidak mengikuti pelajaran sama sekali.
Dan sebenarnya kemarin malam, Siyeon udah diajak pleh Papa Suho untuk ke rumah sakit tapi ditolak dengan alasan sebentar lagi juga sembuh. Suho awalnya ingin memaksa namun Siyeon terus menolak sampai ingin menangis. Akhirnya Suho mengalah dan sebagai gantinya, Lami diminta Suho untuk menginap dirumah Siyeon sampai si pemilik rumah sembuh total.
Dan saat ini keadaan Siyeon sangat parah. Gadis itu benar-benar tiduran sedari kemarin. Jangankan jalan, untuk duduk saja sudah membuat pusing bukan main. Makanya Lami selalu siaga, takut terjadi apa-apa dengan Siyeon.
"Lagian Kakak nonton drakor gak tau waktu! Mana minum es lagi," oceh Lami sembari mengelap keringat yang bercucuran diwajah Siyeon.
Sedangkan yang diocehin hanya bisa terkekeh pelan aja membuat Lami yang melihatnya jadi sedih dan mengenggam tangan Siyeon. "Cepet sembuh atuh. Biar Kakak bisa ketawa bar-bar lagiii," rengek Lami sedih.
"Kucing kamu mbul banget deh," ucap Siyeon. Lami terkekeh mendengarnya.
Siyeon yang sedang sakit itu tengah memeluk kucing yang Lami punya. Si Gembrot namanya, Siyeon suka. Apalagi saat dipeluk Si Gembrot ini tak banyak tingkah.
"Kucing kamu tinggal sama aku aja deh ya?" pinta Siyeon lalu Lami menganggukkan kepalanya.
"Aku punya satu dirumah. Kakak bisa rawatnya?" tanya Lami. Siyeon menggeleng lemah.
Lami tersenyum manis. "Ya udah, sembuh dulu ya? Nanti aku ajarin cara rawatnya."
Siyeon pun tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya.
ting! ting! ting!
"Tolong cek hp Kakak, rame banget kayaknya," pinta Siyeon dengan suara paraunya. Lami pun mengangguk sebagai jawaban dan mengambil ponsel Siyeon diatas laci.
Lami membuka aplikasi WhatsApp karena hanya aplikasi itulah yang notifnya selalu bertambahan. Tapi ternyata aplikasi tersebut dikunci oleh Siyeon.
"Pw WA apaan, Kak? Hp Kakak rame gara-gara WA." Lami menyodorkan ponsel Siyeon kearah pemiliknya untuk menunjukannya.
"231400."
Lami pun mengangguk paham dan langsung menekan angka yang disebutkan oleh Siyeon. Saat berhasil terbuka dan menampakan semua chat, dari grup SMA, grup kelas, dan chat temann-teman Siyeon termasuk Jeno.
"Ada chat dari grup kelas sama dari temen-temen Kakak. Rata-rata pada ngechat semoga cepet sembuh," ucap Lami sembari matanya melihat ke ponsel Siyeon.
"Uww kecuali Kak Jeno yang ngespam." Diakhiri dengan godaan saat melihat spam chat dari Jeno.
"Apa sih? kata dia apa emang?" tanya Siyeon lemas. Lami pun membuka room chat Jeno dan membacakan pesannya satu persatu.
"Pertama say hi, terus banyak nanya. Nanya udah mendingan belum? Udah makan belum? Udah bangun belum? Udah minum obat belum—"
"Ok-ok, Kakak aja yang baca. Kamu kebawah aja gih, Kakak rasa panasnya udah mendingan." Siyeon memotong penjelasan Lami dan mengambil ponselnya dengan pelan. Dia malu banget demi apapun.
"Bener nih? Ya udah, Lami kebawah dulu sekalian buatin Kakak makan ya?" Siyeon mengangguk kecil dan Lami pun membawa baskom yang berisi air lalu berjalan keluar dari kamar Siyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER
FanfictionJefan Nicolas Faresta, cowok dengan panggilan Jeno. Cowok garing yang selalu dapat surat setiap pagi di meja belajar sekolahnya. Menjalani hari seperti anak-anak remaja biasa itu adalah rencana Jeno. Namun, mendapatkan surat setiap pagi itu diluar r...