5. Dewa Matahari

301 83 21
                                        

Kerajaan Utara, lima tahun yang lalu. Seperti biasa kedatangan Enam Raja selalu disambut dengan meriah. Kedatangan mereka selalu diartikan sebagai kedamaian. Kedatangan mereka berarti sudah tidak ada bencana lagi.

Jamuan terbaik disiapkan, para rakyat bersorak-sorai memuja Enam Raja yang selalu menjaga dan melindungi kerajaan. Pujian datang tiada habisnya yang ditujukan pada enam lelaki ini. Suasana benar-benar meriah dan menyenangkan.

"Apa yang kau lihat, Helios?"

"Selene," yang dari tadi mengamati Kerajaan Utara mengalihkan pandangannya kepada yang baru saja datang dengan memanggil namanya. "Itu, para manusia."

"Para manusia? Ada apa dengan mereka?"

"Mereka memuja sesama manusia. Mereka menganggap enam manusia itu sebagai Dewa dan mengabaikanku."

"Kau cemburu?"

"Tentu. Aku cemburu dan iri pada mereka. Tidak tahukah mereka betapa pentingnya matahari? Betapa pentingnya aku? Sepertinya aku harus mengingatkan mereka."

"Kau mau turun begitu saja? Karena para manusia itu?"

"Ya, aku mau turun melihat mereka. Supaya mereka tahu tidak seharusnya mereka memuja manusia yang lemah. Mereka mungkin kuat, tapi apa yang akan mereka lakukan tanpa matahari? Selain itu aku juga akan memberikan hadiah kecil."

"Baiklah, lakukan saja yang kau inginkan."

Helios menyeringai lalu ia turun ke bumi. Kehadirannya sayangnya tidak disambut dengan baik. Baru saja ia memperlihatkan dirinya, semua rakyat berteriak ketakutan. Enam Raja dengan para ksatrianya langsung maju ke depan dengan pedang di tangan masing-masing.

"Lihat apa yang aku temui? Kalian meremehkanku? Kalian merasa kalian sudah hebat?"

"Helios?" gumam seorang ksatria lalu ia menghadap ke Enam Raja. "Sang Dewa Matahari."

"Helios? Apa yang kau inginkan?" Ravn bertanya lantang. Ia tidak terlihat gentar, walaupun yang ada di hadapannya adalah seorang Dewa.

"Mengambil matahari."

"Apa? Kenapa?" kali ini Seoho yang bertanya.

"Karena aku tidak menerima persembahan yang seharusnya. Manusia memuja manusia? Lalu aku dilupakan begitu saja? Kalian tidak tahu seberapa pentingnya aku?"

Semua rakyat langsung ketakutan. Dewa membenci mereka! Dewa ingin mengambil matahari dari mereka. Bagaimana kehidupan tanpa matahari? Pasti semuanya akan gelap, dingin, belum lagi penyakit yang akan disebabkan. Semua orang langsung ketakutan, tapi Enam Raja tidak gentar.

"Kita masih bisa membicarakannya. Kami dipuja hanya atas dasar kami pelindung tempat ini. Kau tetaplah Dewa bagi kami," Ravn berusaha tenang dan mengajak sang Dewa bernegosiasi.

"Kau sedang mengajakku bernegosiasi, manusia? Aku hanya akan membatalkan niatku jika kalian berhenti memuja Enam Raja."

"Tentu, Helios. Kami tidak akan memuja Enam Raja. Malah, kami akan dengan senang hati memberikan mereka padamu selama matahari tidak hilang dari kerajaan ini!" seorang rakyat bersuara.

Sontak keenam pemuda beserta ksatrianya menoleh ke sumber suara. Maksudnya apa? Mereka diserahkan pada Helios? Padahal mereka selama ini berusaha melindungi mereka?

"Apa-apaan?" seorang Marquess pimpinan pasukan ksatria bertanya geram. "Dasar tidak tahu terima kasih."

"Menarik," suara Helios yang menggelegar kembali terdengar. "Tapi aku sama sekali tidak datang untuk bernegosiasi. Tempat ini akan menjadi malam selamanya. Matahari tidak akan lagi terbit atau terbenam. Matahari tidak akan tampak sepanjang hari di sini. Dan aku akan memberikan hadiah kecil pada para manusia yang berani ini."

TWILIGHT (ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang