21. Perdebatan

215 70 70
                                        

"Apakah kau sungguh akan mengakui pada semua orang bahwa Aiden adalah anakmu? Di saat kau adalah tunangan dari putri Duke?"

"Memangnya kenapa? Aku kan memiliki anak dalam pernikahan yang sah. Aku tidak berniat menyembunyikan Aiden sama sekali."

"Tapi, Ravn, kau tahu sendiri bahwa posisi Larissa sama sekali tidak menguntungkan di sana. Entah gosip buruk apa lagi yang akan menerpanya jika tunangannya telah menikah sebelumnya."

"Aku tidak mengerti kenapa kau peduli, Leedo. Secara hukum, Aiden adalah anakku yang sah. Dan aku juga diakui sebagai tunangan Larissa di sana. Memangnya kenapa kalau aku telah memiliki anak dan melamar seorang putri Duke? Justru aku rasa mereka tidak peduli tentang itu."

"Kau tidak tahu apa-apa, Ravn. Kau tidak tahu apa yang Larissa lalui. Kau tidak tahu bagaimana dibencinya ia di sana."

"Aku tahu. Aku benar-benar tahu karena Larissa sendiri yang menceritakannya padaku."

"Tapi kau tidak menyaksikan langsung perlakuan buruk mereka padanya kan? Apa yang sebenarnya kau ketahui selain dari ceritanya? Lebih baik kau memilih salah satu di antara mereka."

"Kenapa aku harus memilih?" tanya Ravn tidak terima. "Keduanya adalah milikku."

"Tapi kau harus memilih untuk menyelamatkan keduanya."

"Lantas jika aku memilih salah satu, apa yang akan terjadi pada yang tidak aku pilih?"

"Jika kau memilih Aiden, maka lebih baik Larissa menjadi tunanganku. Dan jika kau memilih Larissa, maka lebih baik Aiden diakui sebagai anakku di sana."

"Aku tidak mengerti. Kenapa kau selalu menginginkan apa yang aku miliki, Leedo?"

"Pertanyaan itu sebaiknya ditujukan padamu. Kenapa kau selalu memiliki apa yang aku inginkan, Ravn?"

Perdebatan Ravn dan Leedo terhenti saat keduanya mendengar ketukan pintu. Disusul suara familiar di luar. "Ravn, ini aku, Larissa. Aku membawa dokumen-dokumen yang telah aku pilah untukmu. Bolehkah aku masuk?"

"Silakan masuk, Larissa," Ravn langsung menjawab dari meja kerjanya.

Sementara itu, Leedo bergerak lebih dulu ke pintu dan ia yang membukakan pintu. Terlihat Larissa sedang memegang tumpukan dokumen pada kedua tangannya. Leedo menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung mengambil tumpukan dokumen itu dari Larissa.

"Dasar, tugas seperti ini harusnya diberikan pada pelayan lelaki. Kenapa kau malah membawa dokumen-dokumen berat ini sendirian?"

"Soalnya, para pelayan masih sibuk mengurus para pelayan baru. Dan aku tidak melihat masalah dari ini. Terima kasih ngomong-ngomong, Leedo."

Leedo hanya mengangguk lalu ia meletakkan tumpukan dokumen yang dibawa Larissa di atas meja Ravn. Sementara itu Larissa mengekor di belakang Leedo dan menuju ke depan meja Ravn. Ia menjelaskan singkat tentang dokumen-dokumen apa yang ia bawa, bahwa ia sudah memilahnya sesuai keinginan Ravn. Maklum, Sang Grand Duke benar-benar sibuk sehingga Larissa menawarkan bantuannya. Ini adalah tugas yang biasa ia kerjakan, jadi gadis itu tidak menemui masalah besar.

"Baik, aku mengerti. Kerja bagus seperti biasanya, Larissa. Sekarang istirahatlah."

"Daripada istirahat, bolehkah aku dan Aiden pergi untuk melihat proses pembangunan kota?" tanya Larissa penuh harap.

"Kenapa tidak? Pergilah. Yang penting berhati-hati saja selama di sana."

"Aku bisa menjagamu dan Aiden. Bagaimana jika aku ikut?" tawar Leedo, menyela percakapan keduanya.

"Terima kasih untuk tawarannya, Leedo. Tapi tidak apa-apa, aku akan pergi dengan Keonhee. Kebetulan kami sudah membicarakannya tadi saat makan siang. Kalau begitu, aku dan Aiden akan pergi dulu dengan Keonhee ya!" pamit Larissa.

TWILIGHT (ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang