6. Kutukan Helios

265 81 33
                                    

Kerajaan Utara, lima tahun yang lalu. Setelah rakyat bisa ditenangkan, Enam Raja beserta ksatrianya harus melaksanakan rapat dadakan. Apa yang harus mereka lakukan ke depannya? Bagaimana mereka menghadapi tempat tinggal tanpa matahari ini? Rasanya semua langsung menjadi kacau hanya karena ulah Dewa Matahari yang tidak berpikir sebelum memberikan hukuman.

Rapat dilakukan tanpa hasil yang jelas. Tidak ada satupun yang memiliki solusi atas fenomena langka yang terjadi ini. Tidak ada satu ide pun yang bisa dilakukan untuk mengatasi bencana ini. Rapat yang berlangsung dari siang sampai matahari terbenam ini benar-benar tidak memiliki hasil.

"Kenapa hari ini rasanya haus sekali ya? Padahal kan sudah tidak ada matahari," keluh Hwanwoong yang kembali meminum isi gelasnya yang kesekian. "Kita melewatkan makan siang tapi tidak terasa lapar. Dari tadi kita minum tapi dahaga ini tidak kunjung puas. Ada apa dengan kita?"

Semuanya menyetujui dan turut merasa heran. Rasa haus itu semakin menjadi-jadi di saat bulan muncul. Minuman apa pun tidak ada yang bisa memuaskan dahaga mereka. Tapi mereka mencoba mengabaikan fakta ini dan pulang ke rumah masing-masing. Namun niat itu batal karena kejadian ini.

Waktu itu seorang pelayan masuk ke dalam ruang rapat, hendak membereskan ruang rapatnya. Tidak ada sesuatu yang aneh terjadi sampai suara pekikan pelayan itu terdengar. Seorang ksatria menerjang pelayan itu dan dengan taringnya yang terlihat panjang ia menggigit pembuluh darah pelayan itu dan meminum darahnya.

Semuanya begitu terkejut sampai tidak ada yang bisa bergerak. Leedo yang pertama kali pulih dari keterkejutan langsung mengambil pedangnya dan mengarahkannya ke ksatria itu. "Apa yang kau lakukan?"

"Minum. Akhirnya dahagaku hilang juga. Akhirnya rasanya puas luar biasa."

"Kau bercanda? Kau membunuh kekasihmu dan kau malah mengatakan dahagamu hilang karena meminum darahnya?" tanya Seoho tidak percaya. Ia juga langsung mengarahkan pedangnya ke ksatria itu.

"Kekasih? Omong kosong. Pasti dia juga menginginkan kita diserahkan kepada Helios asalkan matahari tetap ada. Mereka semua pengkhianat! Instingku mengatakan untuk meminum darahnya dan ternyata aku tidak merasa haus lagi! Pantas saja air mana pun tidak mempan, karena kita harus meminum darah. Mungkin darah pengkhianat? Aku akan ke kota, ada yang ikut?"

"Jangan bilang ini hadiah dari Helios?" Ravn memandang sendu ke para ksatria yang sudah bersiap untuk keluar. "Ah, bukan hadiah. Tapi kutukan. Kita menjadi haus darah. Kita harus meminum darah supaya rasa haus ini lenyap. Sialan, padahal mengambil matahari sudah cukup gawat dan kita diberikan kutukan ini?"

"Ravn, kita harus cepat!" ucap Keonhee panik. "Mereka mungkin akan menghabisi pelayan seluruh istana ini. Kita harus cepat mencegah niat mereka."

"Kita memang harus bergerak tapi rasa haus ini begitu menyiksa. Aku tidak yakin apakah bisa tahan untuk berperang saat ini," Xion, yang merupakan anggota termuda, hanya bisa terduduk di lantai dan ia terlihat begitu tersiksa.

"Begini, Xion. Tidak perlu meminum darah orang yang tidak bersalah, mereka yang telah membunuh banyak orang, lebih baik darahnya yang kita minum. Ayo, cepat, sebelum hal ini menjadi pembantaian satu istana dan satu kota!" ucap Ravn sambil berusaha membantu Xion berdiri.

Keenamnya langsung berpencar dan suasana koridor istana benar-benar gawat. Mayat tergelatak dan darah di mana-mana. Pemandangan itu membuat mereka tidak tahan lagi. Mereka mengambil salah seorang yang tergeletak dan meminum darahnya. Memang benar, dahaga mereka perlahan hilang. Tapi ini rasanya tidak benar.

"Teman-teman, jangan terlena. Para ksatria sudah pergi dan aku khawatir mereka mengacau di kota. Ayo, kita harus melindungi para rakyat. Sayangnya bukan dari musuh di luar, melainkan dari ksatria yang seharusnya melindungi mereka."

TWILIGHT (ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang