19. Sebelum Perang

210 71 61
                                    

Butuh beberapa saat lebih lama bagi Larissa untuk berhasil memproses apa yang baru saja Leedo katakan. Ternyata yang Leedo ucapkan lebih sederhana daripada yang Larissa bayangkan. Kata Leedo, Aiden memang anaknya. Dan Aiden berarti memang sungguh-sungguh anak Leedo. Anak kandung Leedo, dengan Selina.

"Bagaimana kau seyakin itu?"

"Apanya?"

"Tentang yang kau ucapkan. Bagaimana kau seyakin itu? Aku yakin Ravn pun pasti percaya Aiden adalah anaknya karena kalian melakukannya di saat yang bersamaan. Apakah kalian melakukannya bertiga atau bagaimana? Lalu entah bagaimana kau memutuskan bahwa ia adalah anakmu dan bukan anak Ravn?" tanya Larissa cepat.

Leedo menatap Larissa dan ia mengerti bahwa Larissa ternyata sudah memahami satu kalimat yang ia ucapkan. Kenapa Leedo malah memberitahunya? Terlepas dari Larissa tidak pernah berkencan, ia tetap perempuan dewasa yang pasti mengerti apa yang terjadi. Tapi nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Leedo percaya bahwa Larissa tidak akan melihatnya dengan berbeda maka ia berani mengatakan dosanya langsung pada Larissa. Sehingga Leedo mengangkat Aiden lalu ia mendudukkan Aiden di atas meja belajarnya.

"Aiden, kami pergi dulu ya. Kau bisa bermain sendiri kan?"

Aiden mengangguk. Ia langsung mengambil beberapa mainan miliknya lalu tak lama ia langsung larut dalam aktivitasnya. Aiden tampaknya lebih dewasa daripada anak-anak seumurannya. Padahal ia baru empat tahun, tapi ia sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Larissa di umur empat tahun saja sering menangis kalau ditinggalkan orangtuanya. Sungguh, Aiden memang malang. Ia tidak memiliki ibu sejak lahir, tidak memiliki pengasuh juga di umur 4 tahun, ayahnya selalu sibuk, dan ternyata pamannya adalah ayah kandungnya. Ternyata yang terjadi di sini lebih rumit daripada yang Larissa bayangkan.

"Ayo kita ke atas, Larissa."

"Kalau ini percakapan personal, ayo kita bicarakan di ruang kerjaku saja."

Leedo tidak menolak. Jadi keduanya sama-sama beranjak berdiri lalu naik ke atas. Pintu ke ruang bawah tanah sudah dikunci rapat-rapat. Leedo dan Larissa sama-sama tidak memulai percakapan selama berjalan ke ruang kerja Larissa. Tak lama kemudian, di ruang kerja yang tertutup, Larissa dan Leedo duduk berhadapan.

"Kau mungkin bertanya-tanya kenapa aku seyakin itu. Tapi kau belum memiliki anak, Larissa. Kau tidak akan mengerti apa yang aku ucapkan. Ini adalah perasaan seorang ayah kepada anak kandungnya. Tidak bisa dijelaskan, tapi aku yakin ia adalah anakku."

"Apakah Ravn tahu tentang ini?"

"Mungkin ia curiga. Tapi sepertinya ia tidak akan mengakuinya. Ravn pasti tidak akan mau mengakui bahwa Aiden adalah anakku dan selamanya meyakini Aiden adalah anaknya."

"Apakah kau merasa bersalah pada Ravn? Sedikit saja pun tidak apa-apa. Tapi apakah rasa bersalah yang sedikit itu ada?"

"Awalnya aku tidak merasa bersalah. Karena aku memang ingin memperjuangkan cintaku dengan Selina. Saat Selina mengatakan bahwa ia hamil, daripada bahagia aku malah bingung. Sebenarnya anak siapa ini? Anakku atau anak Ravn? Jadi aku tidak merasa terlalu bersalah karena ada kemungkinan itu adalah anak Ravn. Tapi, ternyata Ravn yang tampak begitu bahagia menceritakan pada kami bahwa dokter mengatakan ia akan sulit memiliki anak jika tetap mempertahankan gaya hidupnya. Malah mungkin ia tidak akan memiliki anak dan persentase ia memiliki anak cukup kecil jika tidak mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Dari dulu ia memang selalu sibuk dengan tumpukan pekerjaan dan latihan bertarung sampai lupa menjaga dirinya. Jika ia ingin memiliki anak maka ia harus berubah. Tapi ia tidak berubah dan dengan yakin malah mengatakan bahwa dokter itu salah. Bahwa sebenarnya tidak ada masalah pada dirinya. Sejak saat itu aku yakin bahwa anak itu adalah anakku. Selina juga menamainya Aiden, berarti Selina pun yakin Aiden adalah anak kami. Mungkin aku merasa sedikit bersalah padanya. Dan pada Aiden juga."

TWILIGHT (ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang