"Putra Mahkota! Apa yang kau lakukan dengan calon tunanganku? Berhari-hari aku mencarimu dan ternyata kau menggantikan kepala pelayanku untuk pergi diam-diam?"
Seoho nyengir menanggapi omelan Ravn. Ia pura-pura tidak dengar dan membantu Larissa untuk turun. Gadis yang baru keluar dari kereta itu menatap bingung Seoho yang tertawa dan Ravn yang terlihat tidak senang. Apakah hubungan mereka sedekat itu? Kalau tidak salah Larissa ada mendengar kata 'Putra Mahkota'. Di mana lelaki itu? Dan bagaimana bisa seorang kepala pelayan santai saja menghadapi majikan yang tidak senang? Aneh, Larissa tidak akan bisa terbiasa dengan budaya Kerajaan Utara.
Kembali ke kesadarannya, Larissa langsung memberi hormat pada Ravn tanpa mempertanyakan di mana Putra Mahkota. Ravn juga langsung bergegas mendekati Larissa dan mencium tangannya. Mau sekesal apa pun Ravn pada Seoho, tamu prioritasnya tetaplah Larissa.
"Selamat datang di kediamanku. Bagaimana perjalanannya?" tanya Ravn lembut.
Larissa tersenyum tipis. "Aku menikmatinya. Terima kasih."
"Lelaki ini tidak melakukan apa-apa padamu kan?"
"Tidak, Sir Seoho sangat memperhatikanku. Aku menikmati perjalanan ini karenanya."
"Oh begitu ya," Ravn menatap Seoho tajam dan mengisyaratkan mereka harus bicara setelah ini. "Silakan beristirahat dulu, Lady. Masih ada waktu sebelum makan malam. Pelayanmu akan mengantarkanmu ke kamar. Semoga menikmati untuk tinggal di sini."
"Tentu, terima kasih banyak."
"Mari, Lady. Kami akan menunjukkan kamar tidurmu."
Sepeninggal Larissa, Ravn menatap Seoho tajam. "Baik, mau menjelaskan apa yang terjadi barusan, Yang Mulia Putra Mahkota? Apa yang kau lakukan dengan tunanganku?"
"Hanya ingin melihat saja," Seoho mengangkat bahunya cuek. "Sepertinya dia terlalu bagus untukmu. Untukku saja, bagaimana?"
"Sepertinya kau sudah terlalu tinggi menilai dirimu sendiri ya."
Seoho tertawa tanpa beban. "Kau mengira kau lebih baik dariku? Yang benar saja."
"Ya sudah, cepat ke intinya. Apa yang kau cari darinya dan apa yang kau temukan?"
"Hanya ingin melihat bagaimana penampilan seorang gadis asing saja. Dan mungkin ramalan itu benar. Gelangnya itu adalah batu yang menahan kekuatan sihir. Bola matanya yang hitam tampak menyimpan banyak hal. Semua keluarganya berambut pirang dan mata biru, ia memang bukan orang biasa. Terlepas dari itu, ia juga menarik."
"Syukurlah mereka memang tidak menipu kita," Ravn menghela napas lega. "Dan terserah padamu mau menganggapnya menarik atau tidak, dia tetap calon pasanganku."
"Ah aku masih tidak terima. Kalau ia sekuat itu harusnya ia menjadi milikku saja. Bayangkan aku akan memimpin negara dengan seorang penyihir yang kuat," Seoho cemberut, masih tidak terima tentang satu fakta kecil bahwa gadis yang ia temani seharian adalah pasangan lelaki yang di depannya ini.
"Justru karena ia kuat seharusnya menjadi milikku. Hanya ia yang mampu melindunginya."
Seoho mengangkat kedua tangannya, seolah menyerah berdebat. "Baiklah untuk yang satu ini aku mengalah. Jiwa seorang 'Ayah' memang berbeda ya."
"Tutup mulut dan kembalilah ke istanamu."
"Wah kalau kita bukan sepupu aku akan menghukummu karena tidak sopan. Untungnya aku Putra Mahkota yang penuh dengan belas kasihan. Aku pergi dulu dengan kereta kuda sihir ini. Sihirnya akan sirna pada tengah malam, sayang kalau tidak dipakai. Aku akan mengajak jalan-jalan yang lain juga."
"Dasar kekanak-kanakan. Aku juga memiliki beberapa urusan penting."
"Aku tidak tanya, Grand Duke sok sibuk," Seoho tertawa mengejek lalu ia masuk ke kereta kuda. "Aku ingin kita pergi ke istana! Cepat, Sir."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT (ONEUS)
Fiksi PenggemarGagal bertunangan lima kali membuat Larissa memutuskan perjodohan dengan Ravn adalah pertunangan yang terakhir kalinya. Gadis ini pergi jauh ke kerajaan lain hanya untuk mendapati hidupnya semakin kacau sebagaimana kacaunya Kerajaan Utara. Langit ta...