¡ D E S T I N Y ¡
¡ E N J O Y ¡
.
.Jiwon sudah duduk bersama Jackson dan Hangyul di cafe didepan perusahaan Chanyeol.
Entah inisiatif dari mana Jiwon mempunyai keinginan seperti itu dan kebaikan ingin memberikan Jackson kesempatan.
Tapi semoga Jackson tidak salah mengartikan kebaikannya kali ini, karena kesempatan yang Jiwon berikan bukan sekedar kesempatan biasa yang bisa terus-terusan terulang.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan, Jiwon?" tanya Hangyul sedikit berbasa-basi. Karena, Hangyul mengatakan pada Jackson untuk tidak terlalu bahagia dan anggap saja belum tahu.
Jiwon menghela nafasnya, dan mengeluarkan beberapa surat dari tasnya. Hangyul dan Jackson menampilkan raut wajah yang sama, terkejut.
"Aku tahu ini surat dari kalian," ada sekitar 3 surat yang Jiwon pegang dan memberikan satu surat yang sudah sangat lusuh tetapi masih terlipat dengan rapih.
"Dan ini adalah surat pertama yang disembunyikan oleh papaku," Jiwon melihat kearah Jackson dan Hangyul secara bergantian.
"Mungkin kau selalu bertanya, kenapa papa tidak pernah membalas surat yang kalian kirimkan kerumah, bukan? Karena aku yang menyimpannya,"
"Kau—" Jackson sangat marah. Dan Hangyul menahannya, karena jika salah langkah maka Jackson akan kehilangan kesempatannya.
Jiwon menyunggingkan senyuman penuh arti, dan menatap kearah Jackson. "Papa hanya tahu kau mengirimkan surat sebanyak 1 kali, dan selebihnya aku yang menyimpannya." jelas Jiwon.
"Kenapa aku menyimpannya? Karena, aku pernah sekali tidak sengaja lihat papa menangis saat membacanya. Aku nggak tahu apa yang papa baca, tetapi aku nggak suka liat papa nangis. Kecuali nangis untuk kebahagiaan. Jadi aku memutuskan untuk menyimpan surat yang lainnya." sarkas Jiwon.
Jackson mengeraskan rahangnya, bukan hanya Daddynya sebagai penghalang untuk nya bertemu dengan papa, tetapi adiknya juga.
"Tenang Jackson-ssi, aku tidak pernah membaca suratnya. Aku hanya menyimpannya dengan baik, karena pada awalnya aku berencana ingin membakar—"
BRAK!
"Keterlaluan kau!" Jackson sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, sedangkan Hangyul mencoba menenangkan Jackson.
"Sudah, Jack. Kita dengarkan dulu penjelasannya." tenang Hangyul. Hangyul berdiri membungkukkan badannya, meminta maaf atas keributan yang terjadi dan menenangkan Jackson.
Sedangkan Jiwon hanya mendengus kesal, dan memalingkan wajahnya. Anggaplah Jiwon kali ini jahat, tetapi ini demi kebahagiaan papanya.
"Jika aku membakarnya, maka surat ini tidak ada sekarang. Bisakah kau mendengarkanku?!" Jiwon sedikit menaikkan suaranya.
"Silahkan lanjutkan, Jiwon-ssi." ujar Hangyul. Karena jika dilihat, Jiwon memang sengaja memancing amarah Jackson dan pasti ujungnya tidak jadi memberikan kesempatan itu.
"Baiklah, aku ingin bertemu kalian, dan yang paling utama kau, Park Jackson. Karena ingin memberikan kesempatan untuk bertemu dengan papa," Jiwon menjeda ucapannya. "Tapi dengan syarat."
Jackson tidak percaya akan hal ini. Demi tuhan, dia hanya ingin bertemu dengan papanya dan banyak bercerita dengan papanya. Bukan hal lain, tetapi kenapa semua orang, terlebih saudaranya ini sangat memberikan batas yang tinggi?
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [chanbaek]
FanfictionPernikahan yang berawal dari kesalahan memang tidaklah semudah itu. Tidak saling mencintai, tetapi saling membutuhkan satu sama lain. Dan pernikahan dini pun tidaklah selalu berakhir bahagia. Apalagi dengan kehadirannya dua buah hati diantara mereka...