Tidak habis pikir ibunya akan bersikap semanis itu didepan orang tadi. Entah siapa itu, kenapa juga orang itu bisa berada dirumahnya dan-tunggu? Mengetahui alamatnya juga? Dan apa itu tadi, bisikan ibunya?
'Nanti akan ibu jelaskan, sekarang bersikaplah biasa saja, oke.'
Begitulah sekiranya perkataan ibunya tadi. Baekhyun membuatkan minuman dan mengambil beberapa cemilan kecil yang tersedia. Apa yang sebenarnya ibunya rencanakan?
"Siapa, pa?"
Jiwon yang melihat papa nya sedikit sibuk, didapur pun menghampiri. Baekhyun yang ditanya pun hanya menjawab sekedar nya saja. Jujur, ia juga tidak tau siapa orang itu dan sepertinya sudah terlihat akrab dengan ibunya. Tapi kenapa perasaannya tidak enak?
Jangan-jangan orang yang ingin dijodohkan dengannya? Tidak mungkin, pikirnya.
"Papa?"
"Hm? Iya, nak? Ada apa?"
Jiwon tersenyum, dan mengambil alih hidangan yang disiapkan Baekhyun untuk tamu tadi.
"Biar Jiwon saja yang mengantarkannya. Papa daritadi melamun."
Baekhyun mengangguk kepalanya, membiarkan anaknya yang mengantar sajian untuk tamu didepan tadi. Ia bingung harus bagaimana, hingga suara deringan ponsel memecahkan pikirannya. Baekhyun menghela nafasnya, ia sedikit pusing akhir akhir ini banyak yang menghubunginya.
Entah itu orang dulu mencarinya hingga nomor-nomor yang tidak ia kenal menghubunginya. Baekhyun merasa, akan ada hal buruk atau baik yang datang dari masa lalunya. Enggan mengangkat sambungannya, Baekhyun memilih untuk membereskan piring dan alat makan tadi.
Mencoba mengalihkan segalanya, tetapi ingatan masa lalu yang paling menyakitinya tidak henti menghampiri kepalanya. Baekhyun tersenyum pahit dan mencoba melupakannya, dengan membereskan semua yang ada di depannya. Setidaknya mengurangi ingatan masa lalu itu.
"Kenapa kau baru menemuiku sekarang?"
"Ah maafkan aku nyonya Byun, aku kesusahan mencari alamatmu disini. Kemarin aku kesekitaran sini, tapi tidak ada yang bisa aku tanyakan."
Hana tersenyum maklum, mungkin ini perintah Baekhyun. Bagaimanapun, ia tidak mau kejadian pengusiran itu terjadi lagi padanya. Jadi setiap ada yang nanya tentang dirinya atau keluarganya, semua orang disuruh tidak memberitahu keberadaan tersebut.
"Lantas, bagaimana kau menemukanku disini?"
"Aku bertanya di toko roti yang tidak terlalu jauh dari sini, awalnya tampaknya ia ragu, tapi setelah aku menunjukkan fotomu, dia langsung memberitahukan, nyonya."
"Tidak masalah. Lalu, bagaimana perjanjian itu? Apa sudah diselesaikan?" Jiwon datang membawa minuman dan cemilan ringan untuk nenek dan tamu nya.
Hana yang melihat bukan Baekhyun yang mengantarkan, bertanya dengan Jiwon.
"Didalam, lagi menerima telfon." Hana hanya menganggukkan kepalanya, dan menyuruh Jiwon untuk masuk kedalam rumah. Obrolan ini setidaknya jangan sampai terdengar oleh mereka berdua. Jinhyuk mengeluarkan amplop sedikit besar yang berisikan surat surat, dan mengeluarkan map yang dibawanya juga.
"Menurut dari hasil laporan yang saya dapatkan, perjanjian itu tidaklah terlalu sah dan tidak terdapat hitam diatas putih. Lalu, untuk pengembalian aset atas nama Byun Baekhyun bisa dilakukan dengan beberapa syarat yang kita terima dari pihak pertama."
"Syarat lagi? Bukankah semuanya sudah kita penuhi? Semua pembayaran juga sudah kita lakukan. Jadi keluargaku sudah bisa pindah ke Seoul tanpa adanya campur tangan dari mereka lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [chanbaek]
FanfictionPernikahan yang berawal dari kesalahan memang tidaklah semudah itu. Tidak saling mencintai, tetapi saling membutuhkan satu sama lain. Dan pernikahan dini pun tidaklah selalu berakhir bahagia. Apalagi dengan kehadirannya dua buah hati diantara mereka...