Aku terbangun karena mendengar suara tangisan di dekatku. Aku berusaha bangkit walaupun tubuhku begitu letih karena semalaman melayani pria itu. Aku meraih bathrobe yang berada di dekat kakiku, setelah memakainya, aku merangkak turun ke arahnya. Ia selalu seperti ini, setelah melakukannya denganku, ia akan duduk di samping tempat tidur, meringkuk seorang diri dan menangis.
Aku meraihnya dalam pelukanku. Ia menerimanya tanpa mengatakan apapun. Aku juga tidak melakukan apapun selain memeluknya, memberikannya kenyamanan. Mungkin yang tidak ia dapatkan dari istrinya.
Istri? Ne, aku hanya simpanannya atau mungkin lebih parah dari itu. Aku tidak memiliki status apapun dengannya. Dia hanya datang jika membutuhkan tubuhku. Lebih tepatnya aku adalah jalangnya. Tidak ada yang bisa aku tawarkan padanya selain tubuhku.
Aku tidak mengingat bagaimana awalnya ini semua bisa terjadi. Yang aku ingat adalah ia adalah pahlawanku, sehingga aku merelakan semuanya untuknya termasuk keperawananku. Dia orang pertama yang memberikanku perhatian, semua yang tidak pernah aku dapati dari siapapun termasuk kedua orang tuaku.
"Terkadang aku begitu ingin bisa hidup sepertimu. Tanpa beban dan selalu tersenyum" ujarnya. Ini pertama kali ia bicara setelah sekian kali ia menangis dalam pelukanku.
Aku tersenyum bukan berarti aku tidak memiliki masalah.
"Aku merasa bersalah padamu, kamu tahu aku tidak pernah mencintaimu" ujarnya lagi dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Gwenchana, aku tidak pernah menuntut apapun darimu. Kamu bisa menikmati tubuhku kapan saja kamu inginkan, aku tidak mengikatmu dalam hubungan apapun. Dan kamu lihat sendiri kan? Aku selalu membunuh benihmu yang masuk dalam tubuhku dengan pil-pil ini. Hubungan kita hanya sebatas ini, kamu bisa tetap bersama keluargamu" aku menepuk pelan punggungnya
"Jika kamu tidak membutuhkanku lagi, kamu bisa mengatakannya saja dan aku berjanji tidak akan pernah muncul di hadapanmu lagi" aku mengatakannya seolah aku tidak terluka. Aku terluka? Aku bahkan tidak memiliki perasaan lagi. Jika aku memiliki perasaan tidak mungkin aku bersedia menjalin hubungan dengan suami orang.
"Aku akan memberikanmu kompensasi besar jika hari itu tiba" ujarnya lagi
"Aku tidak butuh apapun darimu, tenang saja. Aku tidak menuntut apapun juga darimu. Jika kamu ingin mengakhiri, kamu cukup katakan saja" ujarku lagi
"Aku belum bisa melepaskanmu. Kamu tahu, kenyamanan ini tidak aku dapatin lagi dari istriku sejak putriku meninggal" ujarnya dan aku melihat air matanya mengalir
"Kalian akan memiliki anak lagi, kalian masih muda" ujarku dan ia mengangguk
"Jika aku melepaskanmu suatu hari nanti, aku harap kamu bisa mendapatkan pria yang baik" ujarnya
"Kamu tenang saja, aku masih bisa hidup dengan baik walaupun tidak menemukan pria yang baik" ujarku, lalu aku melepaskan pelukanku padanya. "Sudah waktunya kamu pulang. Istrimu pasti menunggumu"
Ia tidak pernah menginap, setelah melakukannya, ia akan pulang. Dia pria yang baik diluar ketidak setiaannya. Tapi ia hanya mencintai istrinya.
Sejak awal ia sudah mengatakan padaku kalau ia tidak akan pernah mencintaiku. Pria yang berselingkuh tentu tidak akan menggunakan hati, ia hanya menikmati tubuhku. Bohong jika pria mengatakan mereka berselingkuh karena cinta.
"Aku masih ingin disini" ujarnya
"Istrimu,,"
"Aku sudah mengatakan padanya aku tidak pulang" ia meraihku dalam pelukannya dan menciumku.
***
Aku terbangun dan tidak menemukannya lagi. Ponselku berbunyi,
Eomma calling..
"Ne eomma" sapaku,
"Sayang, kamu kapan akan pulang ke rumah?" Tanya eomma
"Tidak akan pernah pulang selama eomma dan appa berusaha menjodohkanku dengan pria pilihan kalian"
"Sayang,,"
"Eomma, aku memiliki hidup sendiri, aku tidak ingin terikat dengan orang yang tidak aku cintai"
"Yoong, kamu tahu appa dan eomma tidak mencarikanmu pria yang buruk. Kami mencarikanmu pria yang bisa mencintaimu"
"Aku tidak mau eomma. Aku tidak ingin hidup seperti eomma, selalu membuntutin kemana pun appa pergi sehingga melupakan anak eomma karena eomma tidak nyaman dengan appa. Eomma tidak yakin appa mencintai eomma" ujarku
"Yoong,,"
"Sudahlah eomma" aku mengakhiri panggilannya. Mereka tidak tahu bagaimana pria yang mereka jodohkan untukku. Pria itu yang menyebabkan aku bertemu dengan Siwon. Jika malam itu bukan Siwon yang menolongku, mungkin aku sudah dibunuh olehnya.
***
Aku melewati hariku dengan bekerja di cafe sebagai pelayan. Walaupun Siwon oppa memberikanku uang yang cukup, tapi aku tidak ingin bergantung padanya.
Dimana lagi aku bisa mendapatkan pekerjaan jika bukan menjadi pelayan. Aku hanya lulusan senior high school, aku tidak melanjutkan pendidikanku karena appa ingin menjodohkanku dengan putra dari rekan bisnisnya. Aku masih berusia 18 tahun saat keluar dari rumah dan bertemu dengan Siwon oppa.
"Selamat siang, silahkan dilihat menunya" sapaku sambil menyerahkan buku menu pada seorang wanita yang baru masuk dan duduk di pojokan cafe.
"Americano tanpa gula satu dan machiato satu" ujarnya
Aku menerima orderannya, setelah bartender selesai menyajikannya, aku pun menghidangkannya ke meja itu. Dan aku cukup terkejut melihat siapa yang duduk disana.
Choi Siwon
Dan artinya wanita tadi itu istrinya.
"Sayang, kenapa memesan kopi lagi? Bukankah dokter mengatakan untuk sementara kamu tidak boleh meminum kopi?" Tanyanya
"Aku menginginkannya yeobo" ujar wanita itu. Ia begitu cantik. Mereka pasangan yang cocok. Aku segera meletakkan pesanan mereka dan mengundurkan diri dari hadapan mereka.
Walaupun kita sering berbagi ranjang. Tapi diluar, kita adalah orang asing, apalagi di hadapan istrinya.
Mereka tampak bahagia, aku tidak boleh melibatkan perasaan. Mungkin setelah istrinya memberikan kenyamanan. Ia tidak akan datang padaku lagi.
"Nona" panggil Siwon
"Ne, ada apa Tuan?" Tanyaku
"Mintakan cake stawberry satu" ujarnya dan aku mengangguk. Ternyata selama ini cake stawberry adalah kesukaan istrinya, ia sering membawakan ke tempatku mungkin karena cake itu ditolak oleh istrinya bukan ia sengaja memberikan untukku.
"Im Yoona, sadarlah. Kamu tidak berhak terluka" gumamnya. Lalu ia mengangguk sambil tersenyum. Ia berlalu pergi untuk mengambilkan pesanan tamunya.
Tidak ada air mata yang bisa mengalir dari mataku.
Aku wanita tanpa perasaan dan tanpa air mata. Yang sangat aku butuhkan adalah perhatian, jika ada yang bisa menawarkan hal itu maka aku akan membalasnya dengan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Love You
FanfictionAku percaya takdir, walaupun takdir mempermainkanku. Aku akan tetap mempercayainya. Aku mempercayaimu sama seperti mempercayai takdir, sehingga aku akan melakukan apapun yang kamu katakan, walaupun itu melukai diriku sendiri. Aku tetap melakukannya...