Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apakah terlalu cepat Jika ku katakan bahwa aku menginginkanmu?"
***
"Bukankah kau terlalu antusias untuk seseorang yang tadi pagi mengatakan bahwa ia tak tertarik dengan kencannya?" Seulgi menatap Irene heran. Ia benar- benar tak memahami jalan pikir sahabatnya saat ini.
"Maksudmu?" Seolah tak memperdulikan ucapan Seulgi, Irene terus sibuk dengan kegiatan yang ia lakukan sejak beberapa jam yang lalu.
"Apa kau bisa menjelaskan apa yang kau lakukan sekarang? aku sama sekali tak mengerti."
Seulgi bersungut, Ia benar- benar tak mengerti apa yang sedang sahabatnya lakukan. Irene sudah beberapa kali melakukan hal di luar kebiasaannya.
"Kau tak bisa melihatnya? Aku sedang mencocokan pakaianku." Irene terus sibuk mematut dirinya didepan cermin berukuran full body.
Itu sudah berlangsung berjam- jam lamanya hingga membuat Seulgi muak dengan yang Irene lakukan.
"Irene-ah...kencannya masih beberapa hari lagi, dan kau sudah mencocokan pakaianmu sedari tadi. Bukankah kau terlalu antusias untuk kencan yang kau anggap tak penting itu?" Protes Seulgi.
"Yak...kau tak tahu manner ? Meskipun melakukan sesuatu yang tidak disukai, setidaknya seseorang harus tetap punya sopan santun. Dan aku sedang melakukan sesuatu yang seperti itu. Kau memgerti??"
Irene menoleh ke ara Seulgi yang tengah memasang wajah bersungutnya.
"Ah terserahlah...manner atau apapun itu. Yang jelas, di mataku kau terlihat seperti seseorang yang benar benar ingin melakukan kencan itu."
Seulgi memutar bola matanya, lalu meraih remote televisi dan memutar channel drama favoritnya.
Sementara itu di apartemen Junmyeon. Berbeda dengan Irene, pria itu tengah menikmati waktunya berdua dengan sang kekasih.
Seolah rekam jejak Irene tak pernah ada dalam kehidupan pria itu. Yang ia tahu hanyalah bagaimana untuk selalu bahagia bersama seseorang yang ia cintai tanpa paksaan.
"Jadi kau akan kencan akhir pekan dengan wanita itu." Itu bukan pertanyaan tapi sebuah pernyataan yang dibarengi dengan ritme nada bicaranya yang seolah menyimpan kekesalan.
"Hmmm...kau marah?" Ia melirik wajah kekasihnya yang disembunyikan di balik buku yang tengah ia baca.
"Jika iya, apakah kau akan membatalkan kencanmu?" Ia menurunkan bukunya lalu menatap Junmyeon yang tengah berabaring di pangkuannya.
"Tidak! Kau pernah bilang seorang pria harus punya sopan santun. Dan menepati janji adalah bagian dari sopan santun. Bukankah begitu?" Ia menatap kekasihnya. Ia sedikit cemas jika ada kesalahan dalam ucapannya.
"Baiklah"ucapnya singkat lalu kembali pada buku bacaannya.
"Begitu saja. Setidaknya marahlah agar aku tahu bagaimana perasaanmu." Junmyeon protes, ia lebih baik mendapat omelan daripada balasan singkat dari kekasihnya.