"Nyaman"
**IRENE**
Kubuka mataku berat begitu rasa pening menyeruak menyerang kepalaku. Hal yang terakhir kali ku ingat adalah Junmyeon yang menopang tubuhku diambang pintu yang lantas menggendong tubuhku yang setengah ambruk menuju kamar kami.
Pengaruh alkohol masih mendominasi diriku. Rasa mual yang masih terasa sedikit di pangkal tenggorokanku akibat aku yang minum dengan sedikit tidak terkontrol dan sosok wajah terlelap pria itu berbaring disisiku.
Ku tatap wajahnya. Wajah teduh yang selama satu bulan ini selalu kutatap setiap kali mataku hendak tertutup dan setiap kali kedua kelopak mataku terbuka.
Aku tak yakin apa itu cinta, namun jika rasa nyaman ini bisa dikatakan sebagai cinta, mungkin saja aku sudah lama jatuh padanya.
Hubungan pernikahan kami yang masih terbilang seumur jagung ini bukanlah pernikahan yang penuh sensual seperti pasangan lain.
Kami bukan pasangan yang terbentuk dari rasa cinta, yang kami lakukan selama ini hanyalah bagaimana caranya kami menghargai dan menjaga satu sama lain.
Aku suka bagaimana ia yang selalu memperhatikan dan menjagaku dengan baik. Ia mengimbangi segala kekurangan dalam diriku meski aku belum bisa melakukan hal itu lebih baik darinya.
Ia adalah sosok Pria sempurna tanpa cela sedikitpun. Membuatku bertanya apa aku pantas dan bisa menjadi partner hidup yang baik untuknya. Aku masih berusaha, dan harus terus berusaha.
Pernikahan ini adalah hal paling sulit dalam hidupku. Kehidupan pernikahan yang tidak pernah aku bayangkan, membuatku bingung tentang apa yang harus dan tidak harus aku lakukan.
Ada satu keadaan dimana aku berpikir, apa aku harus memberi perhatian padanya disaat dia bisa melakukannya untuk dirinya sendiri. Aku tak tahu tentang hal itu, lebih tepatnya aku sesekali merasa resah dan takut. Takut jika perhatianku akan berubah menjadi rasa cinta dan pada akhirnya hanya akan memisahkan aku dengannya.
Perasaan cinta yang selama ini aku kenal terlalu kejam. Perasaan yang dulu pernah muncul antara ayah dan ibu yang hingga saat ini aku rindukan namun enggan kusebut namanya itu.
Aku merindukan kehadirannya, seringkali ia datang dalam mimpiku. Namun begitu aku terbangun yang tersisa hanyalah rasa benci. Aku benci pada kenyataan bahwa ia adalah wanita yang dulu pernah mencintai ayahku begitu dalam namun memilih pergi pada akhirnya, dan fakta bahwa ayah membenci sekaligus mencintainya membuatku lebih takut untuk jatuh cinta.
Perasaan ditinggalkan adalah hal yang paling aku takutkan akan terjadi jika suatu saat ada perasaan bernama cinta muncul di tengah-tengah pernikahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH MY HUSBAND ? 💍
FanfictionKu pikir dia adalah laki-laki yang aku cari, tapi suatu hari sesuatu tentangnya mengusikku. What's Wrong with my husband?? ©️2020 REDROSE