Junmyeon memeluk Irene erat di depan ruang perawatan intensif, menunggu Dokter yang masih bertugas di dalam ruangan untuk mempersilahkan mereka masuk.
"Dokter bagaimana keadaan beliau?" Junmyeon dengan sigap menghampiri Dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
"Kita masih harus memantaunya, beliau masih dalam masa kritis. Kami khawatir jika beliau tidak bisa melewati masa kritisnya, Nona Bae anda sebaiknya mempersiapkan diri" Dokter menatap Irene dengan tatapan serius.
Wanita itu tampak lemas, kakinya tak mampu lagi untuk menopang tubuhnya. Lantas ia terduduk lemah dengan air mata yang tak mampu lagi ia bendung. Ucapan dokter membuat tubuhnya seketika lemas, air matanya mengalir deras dan dirinya menangis sejadinya dalam pelukan Junmyeon.
Membayangkan akan kehilangan satu-satunya orang yang paling peduli dan paling mencintainya tanpa syarat membuat dunianya seolah jungkir balik.
"Semua akan baik-baik saja, percayalah" pelukan Junmyeon semakin erat, menyalurkan kekuatan untuk wanita itu. Siapa yang menyangka kejadian seperti ini akan terjadi pada tuan Bae yang beberapa waktu lalu masih sehat dan baik-baik saja.
Diliriknya Irene yang menangis dalam diam tanpa suara di dalam dekapannya. Wanita itu memang wanita yang kuat, tapi akan aneh jika disaat seperti ini ia tidak menangis. Ia perlu menangis sesekali untuk mengusir rasa sesak yang sudah seringkali ia simpan untuk dirinya sendiri.
Saat ini hanya kekuatan yang Irene butuhkan, dan Junmyeon harusnya menjadi kekuatan yang wanita itu butuhkan. Setidaknya hanya itu yang bisa ia berikan dan lakukan untuk Irene. Menemani dan menjadi kekuatan disaat dirinya berada di titik terlemah.
Ingin rasanya Irene berhamburan masuk dan memeluk sang ayah, namun belum saatnya pria yang tengah terbaring tak sadarkan diri itu untuk menerima kunjungan dari siapapun karena ia belum juga melewati masa kritis.
Irene dengan hati pedih tak dapat melakukan apapun karena dirinya hanya bisa menatap sang ayah dari balik kaca kecil di pintu ruang perawatan intensif. Air matanya sudah mengering, tak ada lagi yang bisa ia keluarkan. Yang tersisa hanyalah do'a serta harapan agar malam ini ayahnya melewati masa kritis dan baik-baik saja.
Semua orang berada disana untuk menguatkan Irene, namun tentu saja mereka tak bisa berdiam lama, dan pada akhirnya yang tersisa hanyalah Junmyeon dan Seulgi yang pada akhirnya menunda syutingnya sedikit lebih lama.
"Kembalilah, aku akan menjaga Irene. Para staff dan artis pastii menunggumu, jadi kembalilah tak usah mengkhawatirkannya, aku pasti akan menjaganya." ucap Junmyeon yang meyakinkan Seulgi untuk kembali.
Tatapan mata Seulgi masih fokus pada Irene yang sudah tak bisa berkata apapun lagi, tatapan matanya yang sembab terasa begitu kosong. Ini adalah kejadian yang tak pernah ia duga sekaligus membuat Irene syok.
"Irene-ah..aku akan kembali lagi setelah syuting, Junmyeon-ssi akan menemanimu." digenggamnya jemari sahabatnya yang sudah seperti saudara perempuannya itu. Namun tak ada respon dari wanita itu, tatapan matanya kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH MY HUSBAND ? 💍
FanficKu pikir dia adalah laki-laki yang aku cari, tapi suatu hari sesuatu tentangnya mengusikku. What's Wrong with my husband?? ©️2020 REDROSE