"Rasa manis yang kau janjikan...aku menginginkannya."
***
Bae Corporation, Ruangan Direktur.
"Yaish...ada apa dengan pria itu? apa dia sedang berusaha bermain tarik ulur denganku?" Irene menggerutu. Ia terus memikirkan satu objek sejak beberapa hari terakhir. Bahkan ia sama sekali tak bisa fokus pada rapat pagi ini.
"Apa dia sama sekali tak tertarik padaku? kenapa hanya aku yang seperti ini? dia bahkan tak menghubungiku sejak kencan beberapa hari lalu." Ia menggerutu lagi, kali ini wajahnya terlihat begitu kesal.
Ia bahkan tak perduli pada tumpukan berkas yang menunggu untuk segera di tanda tangani.
"Oho Bae Irene! sejak kapan kau memikirkan seorang pria lebih dulu? apa kau gila?" Irene menggelengkan kepalanya kencang. Bagaimana mungkin dirinya menjadi begitu terobsesi pada seorang pria.
"Fokus Irene-ah...Fokus!" ia menghela napas dan berusaha kembali fokus pada pekerjaannya.
"Aish! Jebaaaaal...! menghilang dari pikiranku Kim Junmyeon!" Ia mendengus kesal, bayangan pria itu terus berotasi dipikirannya. Membuatnya kehilangan fokus.
"Apa aku juga harus menghilang dari hadapanmu Bae Irene-ssi?" Suara yang tak asing terdengar dari pintu ruangannya.
"Kim Junmyeon?" Irene bangkit secara spontan karena dirinya terkejut mendengar suara Junmyaon.
"Ah! tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu? Kau tidak punya sopan santun?" ekspresi wajahnya berubah hanya dalam hitungan detik.
"Apa yang sedang kau pikirkan tentangku? aku bahkan mengetuknya berkali-kali dan kau tak mendengarnya? apa kau sedang merindukanku?" Junmyeon berjalan ke arah Irene, kemudian duduk bersandar pada sofa panjang di ruang kerja Irene.
"Mwo? memikirkanmu? merindukanmu? cih...Jangan menghayal!" cibirnya menyangkal ucapan Junmyeon.
"Ini bahkan belum lewat tiga hari. Sepertinya anda benar- benar telah teracuni pesona saya Bae Issa-nim?" Junmyeon tersenyum penuh kemenangan.
"Sudah ku bilang jangan menghayal. Itu hanya halusinasimu. Jadi untuk apa kau kemari?" Irene duduk kembali di kursi kerjanya, dan menatap remeh ke arah pria di depannya itu.
"Menurutmu? apa kau bisa menebak untuk apa aku kemari?" Ia menyeringai ke arah Irene seperti biasa.
"Hmmm..." Irene menyipit, ia bangkit lalu berjalan perlahan ke arah Junmyeon.
"Jangan bilang kau datang untuk meminta kencan kedua? secepat itu? ini bahkan belum tiga hari..." Irene mengarahkan jari telunjuknya di depan wajah Junmyeon, ia menahan sudut bibirnya agar tak terangkat.
Benar kan...kau hanya sedang berusaha tarik ulur denganku. Aku mengerti, sepertinya kau memang tipe pria yang Jual mahal. Kena kau sekarang Kim Junmyeon. Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH MY HUSBAND ? 💍
FanfictionKu pikir dia adalah laki-laki yang aku cari, tapi suatu hari sesuatu tentangnya mengusikku. What's Wrong with my husband?? ©️2020 REDROSE