"Tak butuh lama baginya untuk merubahku, namun butuh waktu lama untukku menyadari betapa mengagumkannya ia"
•••
"Apa Oppa juga sehebat ini dengan wanita lain?" Irene memainkan jemari Junmyeon. Mereka baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka dan mungkin saja tak akan berhenti jika air panas dari bak mandi tidak meluap.
"Apa maksudnya? kau itu wanita pertama" tegas Junmyeon, lalu mengecup pundak tengkuk Irene.
"ciih...Benarkah? Tapi Oppa terlalu hebat untuk seseorang yang baru pertama kali melakukannya" Irene mencebik, menyentil ujung jari Junmyeon.
"Apa maksudmu? Kita kan sudah pernah melakukannya sebelum ini, kau lupa? Wah...aku kesal kalau kau sampai melupakannya." Junmyeon melepas pelukannya lalu bersandar pada dinding bak mandi.
"Oh malam itu, tentu saja aku mengingatnya. Bagaimana mungkin aku melupakannya, malam itu perasaanku kacau, tapi Oppa membuatku jadi lebih baik." Irene mendongakan kepalanya lalu tersenyum pada pria itu, lantas Junmyeon mendaratkan kecupan singkat di bibir Irene dengan cepat.
"Bagaimana mungkin hal itu membuatmu jadi lebih baik, aku lah mengabil kesempatan di saat kau sedang lengah." Wajahnya datar, ia merasa bersalah jika mengingat malam itu. Malam dimana ia merenggut kehormatan Irene dan memanfaatkannya untuk mengambil hati wanita itu. Meski ia sudah menyadari perasaannya pada Irene, lantas apakah itu akan merubah fakta bahwa ia memang memanfaatkan keadaan Irene? Tentu saja tidak, ia bahkan tak yakin apa ia pantas untuk menyimpan perasaan untuk wanita itu.
"Jadi Oppa, jangan pergi. Aku tak punya siapa-siapa lagi yang biasa aku andalkan jika kau juga meninggalkanku. Jika suatu saat memang ingin pergi, pergilah disaat aku benar-benar bisa berdiri dengan benar, jangan pergi ketika aku masih tertatih-tatih." Irene bersandar di dada bidang pria itu, lalu menarik tangan Junmyeon untuk ia lingkarkan di pinggangnya.
Suhu air panas di bath up yang mulai hangat membuat hati mereka juga ikut menghangat meski di luar jendela sedang bersalju. Di usapnya punggung tangan Irene, mengecup puncak kepalanya dan bersandar di bahu wanita itu.
Sejak awal aku memang tak berniat meninggalkanmu lebih dulu, tapi jika saatnya tiba, saat kau mengetahui semua hal tentangku, kau lah yang akan membuangku Joohyun-ah. Batin Junmyeon.
"Aku sudah berjanji didepan semua orang dihari pernikahan kita, apa janji itu tak cukup untukmu?" ia mengecup pundak Irene berkali-kali, lalu mengecup lehernya, mengecup cuping telinganya dan berakhir dipuncak kepalanya.
"Aku hanya ingin memastikannya kembali, itu karena aku sudah terlalu sering di khianati, dan kali ini aku tak ingin di khianati lagi, terutama olehmu. Aku tak tahu apa yang mungkin bisa aku lakukan jika itu terjadi." Irene memejamkan matanya, merasakan kehangatan yang tengah merasuk hingga ke dalam aliran darahnya.
Sedangkan Junmyeon, ia merasa tertohok dengan ucapan Irene. Pada kenyataaanya, yang terjadi adalah Junmyeon sejak awal sudah mengkhianati wanita itu, bahkan sejak ia memutuskan untuk menikahi Irene, ia telah menjadi seseorang yang berkhianat. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu waktu hingga Irene membencinya setelah mengetahui sekejam apa dirinya.
•••
2 minggu kemudian
"Sayang aku pulang" suara teriakan Junmyeon dari pintu depan, membuat Irene yang tengah menata meja menjadi kegirangan, lantas menghampiri Junmyeon untuk menyambutnya.
"Kenapa hari ini terlambat? Aku bahkan rela pulang kantor lebih cepat agar bisa memasak untukmu." Irene mencebik karena Junmyeon pulang terlambat.
"Maaf sayang, aku harus meeting mendadak dengan klien. Aku akan berusaha pulang lebih cepat, jadi jangan marah" tukas Junmyeon mencoba merayu Irene yang tengah merajuk dengan menciumi tiap inci wajah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH MY HUSBAND ? 💍
FanfictionKu pikir dia adalah laki-laki yang aku cari, tapi suatu hari sesuatu tentangnya mengusikku. What's Wrong with my husband?? ©️2020 REDROSE