Irene pun lantas menurut, duduk manis di jok belakang sepeda.
"kau tak mengayuh sepedanya?" ucap Junmyeon melirik sedikit ke arah Irene.
"Kenapa oppa bisa tahu?" ucap Irene mencebik lantas mulai ikut mengayuh sepeda.
"Tentu saja karena semua bebannya haya terasa berat di kakiku, itu kan pasti karena kau tak ikut mangayuh sepedanya." cibir Junmyeon.
Alih-alih berpegang pada pegangan sepeda, Irene lebih memilih memeluk Junmyeon erat sambil terus ikut mengayuh sepedanya. Ia merasa bahwa momen saat bersama Junmyeon hari ini tak akan pernah bisa ia lupakan. Perlahan ia mulai menyadari bahwa lebih dari apapun, Junmyeon akan menjadi seseorang paling istimewa dalam hidupnya suatu saat nanti.
Sementara itu, di Seoul
Eunwo yang beberapa hari sejak keberangkatan Junmyeon menuju Thailand untuk bulan madu bersama Irene mulai mengusik jiwanya. Ia tahu lebih dari apapun, sesuatu antara Junmyeon dan juga Irene tidak akan berjalan lancar sebagaimana yang pasangan lain lakukan, karena ia tahu bahwa Junmyeon tak akan pernah mampu melakukan itu.
Tapi tetap saja, hatinya resah. Segalanya terasa seperti ia sedang melempar hidangan makan malamnya ke kandang singa. Ia paham seberapa besar Junmyeon mencintainya, namun tetap saja. Sejak kehadiran Irene dalam hidup Junmyeon membuat perhatian pria itu perlahan mulai terbagi antara dirinya dengan Irene.
Ia tak suka jika perhatian Junmyeon terbagi, ia mungkin masih dapat mentolerir jika pria itu sibuk dengan pekerjaannya. Namun mengetahui bahwa Irene mulai mencuri perhatian penuh Junmyeon darinya, Eunwoo mulai gelisah dan sedikit tak suka.
Bahkan sejak Junmyeon berangkat menuju Thailand, Eunwoo benar-benar jadi seseorang yang sepenuhnya terabaikan. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan ia tak bisa menerima hal itu begitu saja dan berpura-pura baik-baik saja.
Waktu menunjukkan pukul 12:00 siang waktu Korea. Namun Eunwoo belum juga beranjak dari meja kerjanya. Stylus pen nya masih terus bergerak naik turun mengikuti garis-garis halus untuk menyempurnakan sketsa di drawing pad nya.
Meski pikirannya terurai kesana kemari dan berotasi seputar Junmyeon, ia masih tetap harus fokus pada pekerjaannya. Ia tak ingin mengecewakan para pembaca yang setia menanti karyanya setiap minggu
Ting! saat itulah sebuah pesan masuk ke ponselnya. Begitu ekor matanya menangkap nama Junmyeon sebagai pengirim pesan, ia tak dapat menahan diri untuk tak menengok isi pesan yang baru saja Junmyeon kirimkan untuknya.
Junmyeon
Maaf aku tak bisa bicara terlalu lama denganmu. Nikmati makan siangmu, aku akan menelponmu nanti malam sebelum aku tidur, aku juga merindukanmu.
Sudut bibirnya lantas terangkat begitu membaca pesan dari kekasihnya. Untuk sesaat pikiran-pikiran yang mengusik dirinya perlahan mulai menjauh. Ia tahu, bahwa Junmyeon akan terus merindukan dan mencintainya dan tak bisa hidup tanpanya, sama seperti dirinya yang tak bisa tanpa kehadiran Junmyeon.
***
Thailand
"Kau sudah memesan?" Junmyeon menatap Irene yang tengah fokus pada pemandangan langit sore dengan hamparan sungai dan juga siluet Kuil Wat Arun yang diselimuti senja. Ia lantas meraih buku menu yang masih terletak rapi tak tersentuh diatas meja didepan Irene.
"Terima kasih Oppa, Hari ini sangat menyenangkan" tukas Irene melirik sejenak ke arah Junmyeon, lantas kembali fokus pada apa yang tadi memanjakan matanya.
Mengetahui Irene menikmati hari pertama bulan madu mereka menyisipkan perasaan lega dihati Junmyeon. Meski ia tak bisa memberikan cinta sebagaimana mestinya, ia ingin memastikan bahwa Irene melalui hari-hari bersamanya dengan perasaan bahagia, setidaknya itulah yang bisa ia lakukan untuk menebus hidup Irene yang ia rengut dengan kebohongan.
Sembari menunggu pesanan datang, ia turut larut dalam sapuan rona senja yang terlukis dilangit sore. Ada Irene yang tersenyum cantik dengan wajahnya yang diterpa rona merah senja, namun hanya ada satu memori yang terlintas dalam ruang pikirnya, Cha Eunwoo.
Tak ada yang dapat mencegah hadirnya dalam ruang pikir Junmyeon. Dampak Eunwoo dalam hidup Junmyeon sudah sangat besar. Dengan hadirnya, hidup Junmyeon yang dulu gersang menjadi hijau kembali. Ia yang dulu sempat membenci hidupnya, perlahan mulai berdamai dengan keadaan, dan itu semua karena Tuhan menghadirkan sosok Eunwoo dalam hidupnya.
"Oppa!"
"Eo..hh" Junmyeon terkejut akibat panggilan Irene.
"Apa yang sedang Oppa pikirkan? aku memanggilmu sejak tadi" kedua alis Irene terangkat, ia penasaran dengan apa yang tengah mengisi pikiran suaminya hingga senyuman indah terpahat pada wajah tampan Junmyeon.
"Ah, Maaf! pemandangannya terlalu indah hingga membuatku tanpa sadar melamun" Ucapnya lantas tersenyum ke arah Irene. Junmyeon jujur tentang pemandangannya yang memang indah, tapi Irene tak akan pernah tahu siapa yang tengah Junmyeon pikirkan hingga senyumannya merekah seindah itu.
"Ayo makan, pesanan kita sudah tiba sejak tadi. Aku sangat lapar" ucap Irene excited. Untuk pertama kalinya Irene menjadi dirinya sendiri didepan seorang pria, dan ironisnya pria itu adalah Junmyeon yang tidak akan pernah bisa memberikan cinta yang biasa ia dapatkan dari banyak pria normal lainnya.
Junmyeon tersenyum pahit, ia tak pernah merasa sehina ini sebelumnya hanya karena ia mencintai seseorang. Disisi lain, ia masih sangat mencintai Eunwoo dan saat ini ia juga ingin tetap menjaga Irene dalam dekapannya. Sejak ia menikah dengan Irene 2 bulan lalu, ia tak pernah mempunyai niat untuk berpisah.
Namun serapat apapun ia menyembunyikan rahasianya, suatu saat Irene akan tahu tentang itu. Dan yang bisa ia harapkan hanyalah Irene akan memaafkannya lantas menerima dirinya yang seperti ini, meskipun ia tahu Irene pasti akan pergi disaat wanita itu tahu tentang dirinya.
Usai makan malam dengan ditemani suasana Thailand yang romantis, mereka kembali ke Villa ditepi pantai tempat mereka menginap. Junmyeon memutuskan untuk mandi lebih dulu sementara Irene menerima telepon dari Seulgi.
Setelah beberapa saat, Irene lantas kembali ke kamar untuk memastikan apakah Junmyeon sudah selesai mandi. Baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar mandi, Junmyeon lantas keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada untuk pertama kalinya sejak mereka menikah. Bahkan saat berenang pagi ini pun, Junmyeon tetap mengenakan pakaian renang yang membentuk badannya yang kekar.
Irene tercengang, ia terdiam membisu tanpa bisa berkata apapun. Ini bukan pertama kalinya ia menyaksikan dada telanjang seorang pria karena ia sudah terbiasa melihat dada para atlit renang yang bernaung dibawah agensi miliknya. Hanya saja kali ini berbeda
"Ren...Irene-ah, kau tidak akan mandi?" panggilan lembut Junmyeon menyadarkan Irene dari pikiran liar sesaat yang sempat singgap dalam pikirannya. Ditatapnya Junmyeon intens, pria itu tampak heran dengan Irene karena menatapnya begitu serius.
"Irene-ah..Ada yang ingin kau katakan padaku?" Ia menunduk menyamakan arah pandanganya dengan manik mata milik Irene hingga membuat jarak mereka hanya sepersekian sentimeter jauhnya.
"Ah..eoh..tidak.., Oppa menghalagi pintu" Dirasakannya bahwa tatapannya pada Junmyeon sudah berhasrat dan liar, Irene mendorong tubuh pria itu agar menjauh dari pintu, lantas wanita itu membanting pintu kamar mandi dengan gusar.
"Apa aku tidak menarik? seharusnya tadi adalah waktu yang pas untuk melakukan sesuatu. Bagaimana bisa ia tidak menyadari keadaan barusan? Sial, apa pikiranku terlalu kotor?" Irene menggigit bibir bawahnya.
Seharusnya ada hal yang terjadi disaat seperti keadaan barusan di depan pintu, tapi sepertinya Junmyeon tidak menyadari keadaan itu. Padahal Irene sudah menunggu untuk momen mendebarkan seperti tadi, namun Junmyeon bahkan tak bergeming seolah Irene adalah wanita yang begitu tidak menarik perhatian.
Aku tak akan maju duluan Kim Junmyeon, kau harus melakukannya lebih dulu. Dengan begitu hatiku bisa puas.
***
hai guys,... udah berapa lama nih aku gak update cerita mereka berdua? Btw happy birthday buat mami Irene, dan I miss You untuk papi Suho. sampai ketemu di chapter selanjutnya guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH MY HUSBAND ? 💍
Hayran KurguKu pikir dia adalah laki-laki yang aku cari, tapi suatu hari sesuatu tentangnya mengusikku. What's Wrong with my husband?? ©️2020 REDROSE