22

981 78 21
                                    

Thailand, Desember 2019

Sinar matahari menerpa wajah indah Irene, menyilaukan pandangannya hingga kedua matanya perlahan terbuka akibat pantulan sinar matahari yang menembus jendela kaca. Sesekali ia mengerjapkan kedua matanya lalu menoleh perlahan, namun seseorang tak ia temukan disana.

Ia pun bergegas bangkit begitu telinganya menangkap suara riak air yang sepertinya berasal dari kolam renang yang berada tepat di depan kamar. Dan disanalah pria itu berada, berenang meliuk-liuk layaknya hewan laut. Pemandangan pagi yang indah untuk hari pertama di momen bulan madu mereka yang sempat tertunda.

Ia lalu berjalan keluar, bersender pada tiang bangunan lalu menatap lurus ke arah kolam renang yang berjarak hanya sepersekian meter dari bibir pantai itu.

Ia lalu menghirup napas panjang, memejamkan kedua matanya lalu membiarkan udara musim panas yang tak sempat ia nikmati itu. Baru saja semalam butiran-butiran Kristal putih menghujani dirinya, tanpa sadar kakinya telah berpijak di suatu negara tropis yang tak akan pernah diterpa musim dingin sepanjang tahun bahkan mungkin selamanya.

Terkadang ia sedikit iri dengan penduduk lokal, musim panas yang sangat ia sukai itu hanya berjalan beberapa bulan di negara kelairannya, hanya disinilah ia akan terus merasakan musim panas.

"Kau sudah bangun?" suara tegas itu menyadarkannya dari mditasi singkatnya.

"Kenapa tak membangunkanku?" ia lantas duduk ditepi kolam dengan kakinya yang di biarkan menjuntai hingga menyentuh air kolam yang terasa segar.

"Tidurmu terlalu lelap, aku sangsi untuk membangunkanmu" ucap Junmyeon yang kemudian naik ke permukaan dan duduk disebelah istrinya.

"Keringkan tubuhmu, aku sudah memanggil Room Service" ucap Irene, lalu menyodorkan handuk kering yang ia raih pada kursi yang berada tak jauh dari tepi kolam renang.

"Sepertinya kau sangat cocok dengan tempat ini" tukas Junmyeon yang menatap Irene dari atas kepala hingga ujung kaki wanita itu. Irene tampak santai dengan hotpants dan croptop tanpa lengannya dengan rambut cepol berantakan, dan seperti biasa wajahnya yang selalu terlihat bak dewi dari mitologi Yunani. Siapapun tahu itu, bahkan Junmyeon tak bisa menyangkal bahwa wanita yang sudah menjadi istrinya selama kurang lebih 6 pekan itu adalah sosok wanita terindah yang pernah ia temui.

"Aku suka karena Oppa merubah destinasi untuk bulan madu kita, musim panas lebih cocok untukku dibanding musim dingin" ucapnya tersenyum cerah, senyuman yang akhir-akhir ini sangat Junmyeon sukai.

Senyuman Irene selalu memberinya sebuah sentuhan hangat, jika saja ia adalah pria normal pada umumnya, tak akan sulit untuk mencintai wanita seperti Irene. Ia adalah wanita yang akan membuat pria manapun bertekuk lutut hanya dalam sekali kedipan mata, sebesar itulah setidaknya prestise Irene.

"Aku tahu kau akan menyukainya, aku hebat kan?" Junmyeon mengangguk bangga karena setidaknya ia dapat berguna dalam beberapa hal dalam hidup Irene.

"Aigoo...anak pintar" ujar Irene dengan nada seolah-olah ia tengah berbincang dengan bocah 5 tahun, mengacak gemas rambut Junmyeon yang basah sehabis kegiatan berenangnya.

Tok..tok..

"Room Service..." suara ketukan pintu yang bersamaan dengan suara pria muda di balik pintu mengakhiri sikap menggemaskan Irene yang ia tujukan untuk Junmyeon.

"Tunggulah" pinta Irene yang lantas bangkit dan bergegas membuka pintu, lalu meraih kereta dorong berisi satu set breakfast couple untuknya dan Junmyeon.

Begitu ia tiba di teras, Junmyeon tengah berdiri beberapa meter dari meja yang terlihat sedang memiliki panggilan telepon. Raut wajahnya terlihat resah, seolah ada sesuatu yang mengenakan ia dengar dari balik panggilan telepon.

Setelah beberapa saat Junmyeon terlihat menatap ponselnya, lalu lagi-lagi wajahnya terlihat tak mengenakan.

"Oppa!" panggil Irene dengan suara lantangnya.

"Eoh..." Junmyeon pun menyahut lantas berjalan ke arah Irene yang tengah menata makanan di atas meja.

"Siapa yang menelpon sepagi ini?" ia menatap suaminya dengan tatapan khawatir, lantas memenuhi gelas Junmyeon dengan jus yang kemudian diseruput hingga kalis.

"Orang perusahaan" ucap Junmyeon meletakkan gelasnya, kemudian menyeka sisa jus yang menempel di bibirnya.

"Apa ada hal buruk terjadi?" tatapannya masih fokus pada Junmyeon yang sedang sibuk memotongkan pancake menjadi beberapa bagian untuknya.

"Makanlah" ucap Junmyeon menginterupsi, lantas menyodorkan piring berisi pancake yang sudah terpotong menjadi potongan kecil agar Irene bisa menikmatinya dengan tenang.

"Oppa boleh kembali jika memang hal buruk terjadi dengan perusahaan" raut wajahnya masih resah karena memikirkan raut wajah Junmyeon yang tadi tampak tegang dan penuh kegelisahan.

"Aigoo...sepertinya aku membuat nyonya Kim khawatir." Pria itu terlihat seolah tengah mengalihkan pembicaraan, itu terlihat jelas dari senyum kikuk yang ia pasang di wajah tampannya.

"Pasti ada masalah kan? Pulanglah, aku aka__mmm" Irene tiba-tiba saja berhenti berbicara karena Junmyeon menyuapkan sesuap besar sandwich miliknya ke dalam mulut wanita itu.

"Makanlah, tak ada yang serius. Jadi tak perlu dipikirkan" ucap Junmyeon menenangkan istrinya. Meski sebenarnya panggilan telepon tadi benar-benar mengusik pikirannya.

Eunwoo terus saja menelpon sejak semalam saat mereka tiba di Thailand, namun Junmyeon mengabaikannya secara tak sengaja hingga membuat pria itu merajuk. Eunwoo sedikit marah karena Junmyeon mengabaikannya.

Ia tak mengerti dengan sikap kekasihnya itu, sejak terlibat kecelakaan beberapa bulan lalu ia berubah jadi sedikit sensitif dan ingin terus diperhatikan, tentu saja ia tak mungkin menghabiskan banyak waktunya bersama sang kekasih seperti sebelumnya karena kini ada Irene yang juga harus ia perhatikan, dan lagi ia sudah berjanji pada dirinya untuk tak menerima panggilan telepon dari siapapun demi menghargai eksistensi Irene sebagai istrinya, namun Eunwoo bukanlah seseorang yang dapat ia abaikan dengan mudah.

"Benarkah? Tak ada yang serius kan? kita sudah berjanji untuk tak menyembunyikan apapun, ingat?" Irene mencebik, menatap lekat ke arah Junmyeon yang kemudian di respon dengan satu anggukan tegas. Setelah memastikan bahwa taka da hal serius yang terjadi pada suaminya, barulah irene bisa melahap sarapannya dengan tenang.

Menikmati semilir angin pagi yang bertiup dari arah pantai yang membentang di depan kamar mereka. Musim panas yang selalu ia rindukan pada akhirnya ada didepan matanya. Bayangan tentang berjalan ditepi pantai tanpa alas kaki dengan topi rotan, menikmati ice cream favorite nya atau bersepedah berkeliling pulau lalu mampir di toko souvenir, semuanya terangai indah bak lukisan picaso dalam benaknya.

Usai menikmati sarapan romantis, mereka berdua memutuskan untuk berkeliling disekitar pulau dengan mengendarai sepeda double seat yang disewa jauh-jauh hari oleh Junmyeon sebelum mereka tiba di Thailand.

"Oppa!" pekik Irene tiba-tiba yang membuat Junmyeon terlonjak kaget.

"Ww..wae..? ada yang salah?" Junmyeon memeriksa sepeda dan Irene secara bergantian untuk memastikan bahwa tak ada sesuatu yang salah.

"Kau cenayang?" ucap Irene lantas melempar tatapan tajamnya pada Junmyeon.

"Hah?" alis Junmyeon tertaut, ia bingung dengan apa yang sedang istrinya bicarakan. Ia lantas spontan menggaruk pelipisnya.

"Kau bisa membaca pikiran? Bagaimana bisa kau tahu kalau aku ingin naik sepeda?" ucap Irene kegirangan, tatapan tajamnya lantas perlahan melunak menjadi tatapan penuh antusiasme. Membuat Junmyeon terkekeh dengan tingkah menggemaskan Irene, lalu mencubit pipi wanita itu pelan.

"Naiklah, aku akan membuatmu lebih kagum lagi dengan apa yang aku lakukan" ucapnya menepuk bangku belakang agar Irene lekas naik. Wanita itu pun menurut dengan senyum seceria biasanya.

--------------------------

Hai guys... lama gak ketemu yah. Kali ini aku datang bawa yang manis-manis walaupun ada telepon dari hama penganggu sih, tp gpp. Pantengin aja terus sampai. Btw aku kangen Irene guys, kalian gimana? Kangen gak? Udah lama doi gak update instagram hiks....
Ya udh deh yah, bye bye.....

WHAT'S WRONG WITH MY HUSBAND ? 💍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang